Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perhatikan Kebiasaan Makan Remaja demi Mencegah Eating Disorder

11 Oktober 2023   06:54 Diperbarui: 12 Oktober 2023   16:20 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perhatian kebiasaan makan remaja demi mencegah eating disorders | Foto: Pexels/ Andres Ayrton—

Sekali waktu di lini masa satu media sosial, saya membaca status seseorang; "Kalau memang gendut, jangan marah dikatai gendut."

Banyak yang memberi komentar, sebagian besar setuju dengan pernyataan yang ditulis.

Agaknya, status itu berkaitan dengan video seorang ibu yang memarahi anaknya. Saya tidak tahu, apakah video yang viral beberapa bulan lalu itu hanya "settingan," atau memang kejadian nyata. Hanya saja, saya heran, kenapa banyak yang membenarkan. Bukankah ejekan seharusnya tidak didukung? 

Katakanlah, seorang anak mengalami kelebihan berat badan dan diejek oleh teman-temannya. Apakah mesti orangtua membenarkan olok-olokan yang dilontarkan teman-teman anaknya, bahkan memarahi anaknya?

Sikap seperti itu bisa memperburuk keadaan anak. Alih-alih memotivasi untuk menurunkan berat badan, anak bisa merasa tertekan dengan ejekan dan keadaan tubuhnya. Jika situasi ini berlanjut terus, bisa-bisa memicu eating disorder.

Remaja dan Eating disorder

Usia remaja adalah masa yang labil. Perjalanan dari anak-anak menuju kedewasaan bukanlah proses yang mudah. Menurut penelitian, remaja banyak menderita gangguan mental, salah satu yang umum terjadi adalah eating disorder. 

Eating disorder (gangguan makanan) adalah serangkaian gangguan mental yang ditandai dengan pola makan yang tidak sehat atau tidak wajar. 

Penderitanya terus-menerus berputar di sekitar perilaku makan dan berat badan mereka. Orang yang mengalami eating disorder makan terlalu sedikit untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi mereka, atau makan lebih banyak dari yang tubuh mereka butuhkan. 

Orang sehat dapat mengubah perilaku makan mereka kapan saja, sementara penderita eating disorder tidak bisa melakukan hal itu. Mereka biasanya memerlukan bantuan profesional untuk keluar dari masalah ini.

Menurut studi Kesehatan Anak dan Remaja di Jerman, sekitar 19,8 persen anak-anak dan remaja berusia antara 11 dan 17 tahun menunjukkan gejala gangguan makanan. Remaja putri lebih banyak jumlahnya, sebesar 27,9 persen, sedangkan laki-laki sekitar 12 persen.

Tiga kelompok utama eating disorder 

Anoreksia nervosa; penderitanya memiliki berat badan yang sangat rendah, disebabkan asupan makanan yang sangat terbatas, olahraga secara berlebihan, atau mengonsumsi obat pencahar. Penderita merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Di mata penderita, tubuhnya "terlalu gemuk," sekalipun terlihat sangat kurus. 

Bulimia nervosa; penderitanya makan secara berlebihan karena kehilangan kendali atas perilaku makan mereka. Takut akan berat badan meningkat, mereka mencegahnya dengan memuntahkan kembali makanannya, minum obat penekan nafsu makan, diet berlebihan, atau terlalu berlebihan melakukan olahraga.

Penderita bulimia sering tidak gampang diketahui, karena umumnya mereka terlihat tidak mengalami masalah berat badan.

Binge eating disorder; orang yang terkena gangguan ini akan makan berulang secara berlebihan. Berbeda dengan penderita bulimia nervosa yang mengeluarkan kembali makanannya, penderita binge eating disorder tidak melakukan pencegahan apa pun. 

Mereka sering merasa malu dan menderita dengan masalah yang dialami, sehingga mereka bersembunyi untuk makan. Banyak dari penderita binge eating disorder memiliki kelebihan berat badan. 

Penyebab eating disorder

Eating disorder bisa terjadi karena beberapa sebab, seperti faktor genetik, konflik keluarga, pengalaman traumatis, panutan yang salah, tekanan sosial dan masyarakat, perundungan, perbandingan dan komentar kritis mengenai penampilan fisik, serta media sosial.

Selain hal itu, faktor stres akut juga bisa menjadi pemicu gangguan makan, misalnya kehilangan orang yang dicintai, perpisahan, pindah rumah, atau pindah sekolah.

Perhatikan kebiasaan makan dan perilaku remaja

Biasanya, saat anak memasuki masa pubertas, mereka akan makan lebih banyak dari sebelumnya. Hal yang wajar, remaja memiliki kebutuhan kalori yang lebih tinggi daripada orang dewasa karena mereka sedang dalam proses pertumbuhan. 

Kami di rumah selalu membiasakan untuk makan bersama, meskipun pada hari kerja kami hanya bisa makan bersama saat makan malam. Saat sarapan, biasanya saya berdua dengan anak.

Pada malam hari, sering putri saya makan lagi, padahal sudah makan malam beberapa jam sebelumnya. Terkadang dia menyantap makanan yang tersisa, tetapi sesekali dia memasak makanan sesuai seleranya saat itu. Saya tidak pernah melarang dia untuk makan pada malam hari karena dia masih makan dengan porsi yang wajar.

Di media sosial, topik seperti standar kecantikan, berat badan ideal, dan penampilan, membawa pengaruh besar pada remaja. Kenali sikap dan perubahan perilaku anak. Apakah mereka terlalu sering berolahraga, terobsesi dengan berat badan dan bentuk tubuh ideal. 

Apa yang harus dilakukan orangtua?

Ketika salah seorang anggota keluarga mengalami eating disorder, dampaknya akan dirasakan oleh seluruh keluarga. Mungkin tidak selalu gampang mengajak remaja untuk berbicara terbuka.

Namun, sebagai orangtua harus aktif mendukung remaja dan berusaha agar mereka keluar dari masalah ini. Cobalah hal berikut;

  • Bicara secara terbuka dan jangan menghakimi, apalagi marah-marah
  • Memotivasi anak untuk meminta bantuan pada tenaga profesional
  • Tidak mengontrol perilaku makan dengan bertanya terus-menerus, atau hanya membahas tema nutrisi
  • Tetap berlaku wajar dan menyiapkan makanan di rumah dengan menyesuaikan kebutuhan nutrisi anak 

Minta bantuan tenaga profesional

Mereka yang mengidap penyakit ini sering tidak memiliki kekuatan mental dan fisik. Bahkan banyak dari mereka yang menarik diri dari keluarga dan teman.

Zoe (nama samaran), seorang remaja seusia putri saya harus mengalami gangguan makan. Remaja cantik bermata biru ini mengalami anoreksia nervosa pada masa pandemi lalu dan harus dirawat beberapa bulan di rumah sakit. Sekarang, Zoe telah sembuh dan kembali ceria seperti sebelumnya.

Eating disorder adalah penyakit serius yang perlu ditangani oleh tenaga medis profesional dan psikoterapis. 

Anoreksia merupakan penyakit mental dengan angka kematian tertinggi. Tingkat kesembuhan anoreksia hampir 50 persen, di kalangan remaja angka ini jauh lebih tinggi. Deteksi dan pengobatan dini akan meningkatkan peluang untuk sembuh. 

Salam sehat dan sejahtera

***

Hennie Triana Oberst
Germany, 10.10.2023
World Mental Health Day
Rujukan: Essstroerungen/PI, helios-gesundheit,
pro-medienmagazin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun