Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Cita Rasa Nusantara di Frankfurt

19 Juli 2023   02:36 Diperbarui: 19 Juli 2023   02:49 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati cita rasa Nusantara di Frankfurt | foto: HennieOberst—

"Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui"

Jumat lewat tengah hari, seperti yang telah disepakati, kami menjemput teman anak saya di stasiun kereta. Kebetulan temannya tinggal sekitar 100 km dari rumah kami. Mereka berdua akan menonton konser musik di Frankfurt yang telah lama direncanakan.

Perjalanan menuju Frankfurt paling tidak akan memakan waktu sekitar 3 jam. Lalu lintas di Autobahn (jalan tol) pada hari Jumat seperti ini dipastikan padat. Tidak apalah, kami nikmati saja perjalanan untuk bersenang-senang di akhir pekan ini.

Meskipun ada waktu yang harus dikejar, tetapi keselamatan harus didahulukan. Kami juga menyempatkan mampir di Rastplatz (rest area) untuk makan dan minum. Ada beberapa titik kecelakaan dan perbaikan jalan di jalan tol yang menambah kepadatan dan membuat macet lalu lintas. 

Sesuai perkiraan, kami tiba di Frankfurt sebelum pukul setengah enam sore. Lobi hotel terlihat tidak terlalu sibuk. Ada beberapa tamu yang baru datang dan akan check-in seperti kami. Tidak memerlukan waktu lama, petugas di resepsionis yang ramah bekerja sangat cekatan.

Sepertinya cukup banyak tamu yang menginap malam ini. Tidak mengherankan saat akhir pekan seperti ini. Ditambah lagi hotel ini letaknya sangat dekat dengan Waldstadion (Deutsche Bank Park), hanya satu stasiun dengan menumpang S-Bahn (MRT) dari hotel ke lokasi acara. 

Kami berpisah di lift. Putri saya dan temannya mendapat kamar di lantai yang berbeda. Keduanya terlihat bergegas, mereka harus siap-siap untuk pergi menonton konser. 

Suami dan saya juga segera mengejar waktu. Setengah jam cukup untuk mandi, ganti baju, dan bersiap menerima undangan dari satu Kompasianer di Jerman.  

Menunggu sate matang | foto: HennieOberst 
Menunggu sate matang | foto: HennieOberst 


Silaturahmi dan mencicipi cita rasa Nusantara

Ini adalah kunjungan balasan. Sewaktu  Kompasianer Theresia Iin Assenheimer berkunjung ke rumah saya pada musim semi yang lalu, saya katakan akan ke Frankfurt 14 Juli  untuk mengantar anak menonton konser. 

Iin mengundang untuk mampir dan makan malam di rumahnya. "Bikin sate," begitu katanya. Di tengah suhu yang super panas seperti ini memang paling cocok nge-grill.

 

"Mulai pukul 18. Pokoknya kalau sudah bebas (setelah anak-anak berangkat ke konser)." 

Iin menjawab lewat aplikasi perpesanan, saat saya tanya jam berapa kami harus datang.

Pas dengan perkiraan GPS, sekitar pukul 18.30 kami berdua tiba di rumah Iin. Saat memasuki ruang tamu, terlihat Kompasianer Inosensius I. Sigaze sudah hadir dan menyambut kami. Senang sekali beliau bisa mengambil waktu di tengah aktivitasnya yang super padat.

Hari ini saya juga mengenal suami, ibunda, dan putra bungsu dari Iin. Keluarga yang ramah dan menyenangkan. Oh iya, satu lagi tamu yang hadir, seorang kolega dari Bung Ino yang juga berasal dari Indonesia. 

Mengamati Bung Ino  memanggang sate yang benar | foto: Iin Assenheimer 
Mengamati Bung Ino  memanggang sate yang benar | foto: Iin Assenheimer 

Iin telah menyiapkan sate yang jumlahnya cukup banyak. Bung Ino sibuk memanggangnya. Aroma sate sungguh menggugah selera. Sengaja saya tidak makan sejak siang tadi, demi menikmati sate di rumah Iin.

Sudah cukup lama saya tidak bertandang ke rumah seseorang dan dihidangkan sate khas Indonesia seperti ini. Sambal kecap dan bumbu kacang tidak ketinggalan melengkapi sajian. 

Bumbu kacang dari Indonesia sangat spesial. Meskipun di beberapa negara lain juga ada yang mirip, tetapi bumbu kacang kuliner Nusantara memiliki kelezatan yang luar biasa. Suami saya ketagihan dengan bumbu kacang yang disajikan ini. (Resepnya harus tanya pada Iin.)  

Sate vegan tidak ketinggalan menambah nikmat santap malam | foto: HennieOberst 
Sate vegan tidak ketinggalan menambah nikmat santap malam | foto: HennieOberst 

Iin menyiapkan makanan yang sangat banyak. Saking banyaknya jenis makanan yang disajikan, saya lupa mencicipi pepes yang dibungkus daun pisang dan dimasak menggunakan bamboo steamer.

Malam itu kami menyantap hidangan di bawah pohon ceri, di halaman belakang rumah yang luas sekali. Nggak terbayang mengurus halaman rumah sebesar ini. Sayangnya, musim ceri sudah berakhir. Di pohon masih terlihat bergantungan sisa ceri yang mengering. 

Tidak terasa, saking asyiknya mengobrol, tengah malam sudah tiba. Pertemuan yang sangat menyenangkan dan lucu. Obrolan yang lumayan berisik dengan cerita rupa-rupa dan tawa yang tidak terkontrol. Syukurlah, tidak ada tetangga yang merasa terganggu dan komplain.

Sekali lagi, vielen Dank untuk Iin dan keluarga atas undangan, keramahtamahan, dan sajian yang sangat lezat dan berkesan. Begitu juga untuk Bung Ino atas waktu, panggangan sate yang sedap, dan tips menulis. Tidak ketinggalan untuk koleganya yang ramah dan lucu.

Semoga ada kesempatan untuk berkumpul di lain waktu.

Hennie Triana Oberst
Germany, 18.07.2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun