"Wah, Makassar. Apa ini restoran Indonesia?" Ujar saya pada suami, sekaligus bertanya pada diri sendiri.
"Sepertinya tutup." Suami saya menjawab sambil menunjuk ruang berpintu kaca yang gelap.
Saya buka ponsel dan mencari restoran ini. Benar, ternyata restoran tutup pada hari Minggu dan Senin. Sekilas saya baca daftar menu yang tertera di situs web restoran. Menu yang secara umum tidak akrab dengan kuliner Nusantara yang saya kenal.
Ah, nanti dulu. Saya belum pernah ke Makassar dan mencicipi kuliner di sana. Satu-satunya yang pernah saya coba hanya Coto Makassar yang paling terkenal itu. Sayangnya dua hari kemudian saya tidak mungkin kembali ke restoran Makassar karena sudah ada janji makan di tempat lain. Saya jadikan pe-er saja dan mencari tahu tentang restoran Makassar ini.
Makassar
Rasa penasaran membawa saya mengetik kata "Makassar" di mesin pencarian. Semua mengarah kepada kota Makassar di Indonesia, yang dulu pernah bernama Ujung Pandang dan merupakan ibukota provinsi Sulawesi Selatan.
Makassar tercantum dalam syair ke--14 kitab Nagarakertagama karya Mpu Prapanca (1365), sebagai daerah taklukan.Â
Menurut etimologi, Makassar berasal dari kata "Mangkasarak" yang berarti mulia dan jujur.
Makassar sudah ada sejak masa Kerajaan Gowa. Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi Kallonna, Raja Gowa ke-9, dianggap sebagai tokoh pertama yang menggembangkan kota Makassar.Â
Selama beberapa waktu Gowa merupakan kerajaan paling kuat di bagian timur wilayah negeri yang sekarang adalah Indonesia. Masa keemasan Kerajaan Gowa dicapai pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (Raja Gowa ke-16), yang berupaya menyatukan kerajaan-kerajaan tetangga untuk melawan kekuasaan kolonial Belanda.Â