Akhir minggu lalu putri saya berkata akan pergi ke bioskop bersama seorang teman baiknya dan ibu dari temannya itu. Sebetulnya mereka ingin menonton film "Smile" yang mulai tayang tanggal 29 September di bioskop Jerman.Â
Akan tetapi, rencana anak saya dan temannya berubah karena film "Smile" dengan genre horor ini diberi label  "FSK 16" di Jerman.
FSK (Freiwillige Selbstkontroller der Filmwirtschaft GmbH) adalah lembaga yang memeriksa film bioskop dan DVD untuk melihat apakah film itu dapat dilihat oleh usia muda. Ada 5 pembagian FSK yang dikenal di Jerman. Â
Tujuan pemeriksaan peringkat usia film ini adalah untuk melindungi anak-anak dan remaja dari isi film yang dapat membebani anak secara berlebihan dan mengganggu perkembangan mereka.
Izin menonton
Saya masih ingat ketika pertama mengajak putri saya menonton di bioskop. Pengalaman yang luar biasa dan sangat berkesan untuknya. Anak saya waktu itu di tahun terakhirnya di Kindergarten dan akan memasuki sekolah dasar.
Memang tidak bisa sembarangan membawa anak ke bioskop karena ada aturan yang berlaku di Jerman. Izin menonton film tergantung dari kategori FSK yang dilekatkan di tayang itu.
Berikut ini 5 pembagian FSK di Jerman.Â
FSK 0: tidak ada pembatasan usiaÂ
FSK 6: film yang boleh ditonton oleh anak mulai 6 tahun.
Anak usia di bawah 6 tahun boleh masuk bioskop dengan dampingan orangtua atau orang dewasa sebagai walinya.
FSK 12: film yang boleh ditonton mulai 12 tahun.
Anak usia di bawah 12 tahun boleh menonton dengan didampingi orangtua atau wali.
Orangtua atau wali sebagai pendamping ini juga berlaku untuk anak hingga usia di bawah 14 tahun, jika film berakhir lewat dari pukul 8 malam. Sedangkan usia 14 hingga 15 tahun harus didampingi jika film berakhir lewat pukul 10 malam.
FSK 16: film hanya boleh ditonton setelah anak berulang tahun ke-16.
Tidak ada pengecualian, meskipun ada surat izin tertulis dari orangtua atau orangtua ikut mendampingi.
KTP akan diperiksa saat membeli tiket dan memasuki ruang pemutaran film.
Hingga usia di bawah 18 tahun hanya diizinkan menonton hingga pukul 12 malam.Â
FSK 18: film untuk usia mulai 18 tahun. Tidak ada dispensasi untuk yang belum berulang tahun ke-18. Â
Kapan sebaiknya anak diajak ke bioskop?
Di Jerman, anak usia di bawah 3 tahun tidak diizinkan menonton di bioskop. Ini berlaku secara umum, meskipun "FSK- 0" tertulis di film yang akan ditonton.
Di sarankan untuk mengajak anak ke bioskop jika mereka di usia sekolah dasar. Anak mulai umur 5 tahun sudah bisa dibawa menonton ke bioskop, tetapi akan lebih baik mulai 6 tahun.
Hal ini berkaitan dengan keadaan ruangan bioskop yang gelap saat film ditayangkan. Suasana yang jauh berbeda dengan ruangan di rumah jika anak-anak menonton film.Â
Selain itu, suara di ruangan bioskop cukup keras dan datang dari berbagai arah. Keadaan ini dapat membuat seorang anak takut dan menimbulkan kepanikan.Â
Sebelum mengajak anak ke bioskop, alangkah baiknya orangtua mencari tahu terlebih dahulu film tentang apa dan karakter apa saja yang akan tampil.
 Pertimbangkan dengan baik sebelum memutuskan untuk mengajak anak di bawah usia 6 tahun menonton ke bioskop, agar mereka tidak mengalami ketakutan dan trauma.Â
Lupa Bahasa Indonesia
Putri saya pulang agak malam dari acara menonton film karena mereka menonton di bioskop yang jaraknya agak jauh dari rumah kami. Malam itu dia terlihat capek dan langsung pamit tidur.
Esok harinya kami mengobrol banyak hal, seperti yang sering kami lakukan. Saya juga bertanya film apa yang mereka tonton.Â
"Drama komedi gitu, aku lupa judulnya apa." Begitu anak saya menjawab.
Saya tidak menanyakan lebih lanjut karena saya juga tidak tahu film apa saja yang sedang diputar di bioskop sini.
"Ma, kemarin itu aku dengar bahasa Indonesia. Tapi aku nggak ngerti sama sekali." Anak saya tiba-tiba berkata di sela-sela obrolan kami.
Saya tanya dimana. Anak saya menjawab di bioskop. Lalu saya tanya, apa dia bertemu orang Indonesia di sana dan mendengar percakapan mereka.
"Bukan, Ma. Ya di film yang aku tonton itu. Banyak orang Indonesia yang ngomong, tapi aku nggak ngerti."Â
"Ticket to Paradise?" Sayang langsung bertanya dan kemudian tertawa.
Lalu saya jelaskan, di film yang menggambarkan suasana Pulau Bali itu orangnya berbahasa Bali. "Mama juga nggak ngerti," ujar saya.
"Gott sei Dank! Aku kira, aku lupa bahasa Indonesia." Anak saya berkata dengan lega.
Kami ngakak bersama.
Meskipun tidak bisa berbicara dalam bahasa Indonesia, putri saya cukup mengerti bahasa Indonesia dengan baik. Bisa dikatakan hampir 90 persen dia mengerti jika orang lain berbicara bahasa Indonesia.
Oleh sebab itu saya tetap menggunakan bahasa Indonesia dengannya. Siapa tahu, nanti dia bisa kembali berbicara bahasa Indonesia.
Salam hangat
Hennie Triana Oberst
Germany, 09.10.2022 Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H