Dalam video itu terlihat Stefan Pfeiffer, seorang polisi Jerman memberhentikan truk dan mengajak untuk turun dari kendaraannya. Dengan menggunakan ponselnya terlihat pengemudi itu terlihat sedang merekam kecelakaan yang menyebabkan korban meninggal dunia.
"Do you wanna see the dead people? ... If you want you can say hello to him." ... "Shame on you!"Â
Itu beberapa potongan kalimat yang diucapkan pak Pfeiffer kepada pengemudi truk yang berasal dari salah satu negara Eropa Timur.Â
Stefan Pfeiffer melakukan hal itu karena marah dan hilang kesabaran melihat ulah para pengemudi yang tidak memiliki empati. Langkah yang diambil polisi ini mendapat dukungan dari rekan kerjanya, bahkan dari menteri dalam negeri Bavaria, serta mendapat pujian dari banyak kalangan.
Pengendara dan orang yang melintasi lokasi kecelakaan dengan sengaja memperlambat laju kendaraan, sampai-sampai ada yang berhenti untuk merekam dan memotret situasi beserta korban kecelakaan. Lalu, dengan bangga mereka akan membagikannya di jejaring sosial.Â
Tingkah laku orang-orang seperti pengemudi truk itu bukan saja sangat tidak pantas, tetapi juga melanggar hukum. Mereka mengunggah foto dan video di media sosial, saling berlomba untuk menjadi orang pertama yang mengabarkan berita pada publik.Â
Orang-orang seperti ini dalam istilah bahasa Jerman disebut sebagai Gaffer.
Gaffer, jika diartikan adalah orang merekam atau memotret korban dan hanya menjadi penonton saat terjadi kecelakaan, kekerasan, dan bencana.
Istilah Gaffer (pelaku) ini berasal kata "gaffen" (kata kerja) yang merupakan bahasa gaul yang sudah dikenal sejak abad ke-15, artinya adalah melongo; terheran-heran, tercengang dengan mulut terbuka.
Sanksi berat untuk Gaffer
Apabila terjadi kecelakaan, setiap warga di Jerman memiliki kewajiban untuk memberi pertolongan jika petugas medis atau polisi belum tiba di lokasi. Alih-alih memberi bantuan, mereka sibuk menonton dan mengabadikan situasi kecelakaan dan para korban.Â