Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Bijaksanakah Menghukum Anak karena Nilai Rapor Buruk?

30 Juni 2022   03:00 Diperbarui: 30 Juni 2022   04:10 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bijaksanakah menghukum anak karena nilai rapor buruk? | foto: Pixabay—

"Kamu lebih santai bersikap pada anak ya?" Saranda melayangkan pertanyaan pada saya saat kami sedang makan siang di rumahnya bersama beberapa orang teman.

Sesekali saya dan teman-teman yang memiliki anak sebaya berkumpul. Kadang kami bertemu di restoran atau cafe, tetapi tidak jarang mengundang makan ke rumah secara bergantian.

Mungkin saya termasuk orangtua yang tidak streng (ketat/ keras) dan hampir tidak pernah memberi hukuman pada anak, termasuk jika nilai dari sekolahnya tidak seperti yang diharapkan.

Seingat saya, pernah satu kali putri kami mendapat "hukuman" tidak boleh menggunakan komputernya selama seminggu untuk bermain. Itu terjadi saat dia masih di sekolah dasar.

Sambil berbincang tentang rencana liburan, kami juga membahas bagaimana sikap saat melihat rapor anak masing-masing.

Penerimaan rapor di negara bagian tempat tinggal kami akan dilakukan beberapa minggu lagi, pada akhir Juli. Wilayah selatan Jerman mendapat giliran liburan belakangan. Sementara awal minggu ini di bagian utara Jerman sudah dimulai liburan musim panas yang bersamaan dengan akhir tahun ajaran.

Saranda mengatakan, anak dari salah seorang kenalannya pernah pulang sampai larut malam setelah penerimaan rapor. Anak itu takut mendapat amarah orangtuanya karena rapornya tidak sesuai yang diharapkan orangtuanya.

Seandainya situasi seperti ini terjadi pada anak saya, tidak bisa terbayangkan bagaimana khawatirnya kami. Ponsel mati dan tidak bisa dihubungi, sementara orangtua tidak tahu di mana anaknya berada.

(Pada hari penerimaan rapor biasanya di hari terakhir sekolah dan berlangsung hanya sebentar. Di Jerman, rapor diberikan pada murid tanpa perlu kehadiran orangtua di sekolah.)

Tidak perlu ada amarah dan hukuman

Bukan hanya orangtua saja yang merasa kesal dengan nilai rapor anak yang jelek, tetapi juga anak itu sendiri. Mereka pasti memiliki rasa bersalah dan kecewa. Nilai rapor jelek dan tidak memuaskan itu sudah menambah beban anak. Tidak ada seorang anak pun yang ingin membawa pulang rapor dengan nilai yang buruk.

Reaksi yang tidak menyenangkan dan hukuman dari orangtua akan memperburuk suasana hati mereka. Jika ingin menegur, lakukan dengan baik tanpa perlu marah, meninggikan suara, atau membentak. 

Hindari untuk mengucapkan kata-kata buruk, misalnya, "Kamu benar-benar mengecewakan kami." Kalimat ini akan menyakiti perasaan anak dan kemungkinan akan menjadi luka yang akan sulit dihapus hingga anak dewasa. 

Saya dan suami tidak marah dan atau memberikan hukuman pada anak kami karena nilai jelek. Bukan karena nilai yang dicapai anak kami selalu baik dan sesuai yang diharapkan. Bukan sama sekali. Anak kami juga sesekali membawa nilai yang tidak memuaskan.

Menurut saya, memarahi dan menghukum anak benar-benar kontraproduktif. Yang paling penting, anak kami tahu bahwa prestasinya tidak sesuai harapan dan dia harus berusaha memperbaikinya. 

Saya melakukan ini berdasarkan pengalaman sendiri. Orangtua saya dulu mendidik kami dengan memberikan kebebasan yang tanggung jawab, tidak ada hukuman atau amarah. Konsekuensi harus diterima tanpa keluhan dan selanjutnya harus diperbaiki. 

Bantu dan motivasi anak untuk lebih baik

Dukungan dari orangtua adalah hal paling penting bagi anak-anak. Siswa sudah cukup terbebani dengan banyaknya tugas dari sekolah.

Saya tahu, tugas anak adalah belajar. Akan tetapi, jika prestasi yang mereka raih tidak memuaskan, tidak tepat juga jika orangtua menghukum anak. 

Cari tahu terlebih dahulu mengapa nilainya buruk. Tidak selalu nilai jelek itu disebabkan anak malas belajar. Ada banyak sebab, misalnya, anak sulit untuk berkonsentrasi, suasana rumah dan sekolah yang tidak nyaman, konflik dengan teman, atau cara guru mengajar yang sulit dipahami. 

Hubungan baik dan kerja sama antara orangtua siswa dan guru akan memberikan rasa aman pada anak, sehingga mereka akan lebih termotivasi untuk lebih giat belajar. Ada baiknya orangtua membicarakan hal ini dengan guru. 

Selain rapat orangtua siswa dan guru, biasanya pada beberapa minggu awal semester secara rutin dilakukan sesi konseling masing-masing orangtua siswa dengan guru mapel. Pertemuan ini bisa saja berlangsung beberapa kali sesuai kebutuhan masing-masing.  

Tanyakan secara teratur pada anak pekerjaan rumah (PR) apa yang sedang dikerjakan dan tema apa yang sedang dipelajari di sekolah. Anak akan merasa diperhatikan dan membuka diri untuk bertanya jika ada hal yang belum dipahami. 

Beri pujian jika prestasi anak mulai membaik. Anak akan merasa mendapat perhatian lebih dan membuat mereka lebih bahagia. 

Masa depan itu penting

Nilai rapor dengan angka yang baik memang tidak selalu menjamin masa depan yang cemerlang, begitu juga sebaliknya. Namun, anak perlu diberi pengertian bahwa angka dalam rapor bukan hanya sekadar angka.

Nilai rapor adalah penilaian prestasi, hasil usaha anak saat itu. Rapor dan ijazah juga memegang peranan penting untuk pendidikan selanjutnya. Ini adalah salah satu sertifikat yang mereka perlukan untuk meraih masa depan yang baik.

Nikmati liburan tanpa beban

Nilai rapor jelek juga berdampak buruk pada awal liburan. Anak-anak mungkin saja tidak bisa menikmati liburan dengan baik karena rasa bersalah mereka. Orangtua tidak perlu menambah keruh suasana hati anak.

Berusahalah untuk berempati dengan anak. Setelah memberi pengertian pada anak, tunjukkan pada mereka bahwa kita selalu mendukung mereka, serta selalu siap membantu dan tetap berada di sisi anak. Dengan begitu liburan panjang ini akan bisa dilewati dengan menyenangkan bagi anak dan orangtuanya.  

Setiap orangtua tentu punya cara sendiri untuk mendidik anaknya.

Tulisan ini hanya pendapat dan cara kami bersikap kepada anak.  Bagaimanapun, semua orangtua ingin mendidik anak dengan baik. Begitu juga dengan anak, mereka ingin mempersembahkan yang terbaik untuk orangtuanya.

Selamat menikmati liburan musim panas dan akhir tahun ajaran.

Hennie Triana Oberst
Germany, 29.06.2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun