"Ma, boleh nggak Jumat malam aku nginap di rumah Selina? Dua malam ini "sturmfrei" untuk dia."
Begitu putri saya meminta izin untuk menginap di rumah temannya beberapa minggu lalu.
"Memang mamanya sedang pergi?" Tanya saya penasaran.
"Iya, sedang ada tugas di luar kota." Anak saya memberi penjelasan.Â
Selina adalah salah seorang teman baik anak saya dari sekolah. Hubungan pertemanan mereka cukup baik, sesekali anak saya menginap di rumah Selina, atau sebaliknya. Selina hidup berdua dengan mamanya sebagai orangtua tunggal.
"Kapan aku bisa dapat sturmfrei?" Putri saya melanjutkan kalimatnya dan membuat saya tersenyum.
Apa arti sturmfrei?
"Sturmfreie Bude" atau biasa disingkat dengan "sturmfrei" berasal dari kata; Sturm: badai, Frei (baca: frai), artinya bebas, Bude (baca: budê; dengan ê  pepet, seperti e pada kata "lemah"), artinya kamar, ruangan, rumah kecil, bilik, toko, atau kios.Â
Istilah Sturmfrei ini adalah keadaan ketika anak ditinggal di rumah sendiri (melewati malam hari atau beberapa hari) tanpa pengawasan orangtua.
Situasi tanpa kehadiran orangtua ini membuat mereka dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan, termasuk juga mengundang teman-temannya datang berkunjung atau menginap.
Jadi, sturmfreie bude adalah rumah yang bebas badai. Anak remaja bebas melakukan apa saja yang diinginkan tanpa takut akan ada "badai kemarahan dari orangtua".Â
Kata sturmfrei juga digunakan dalam istilah militer, artinya adalah keadaan yang aman dari serangan musuh, atau benteng yang tidak bisa ditembus musuh.
Kapan anak remaja boleh mendapat strumfrei bude?
"Nanti kita diskusikan bersama-sama dengan papa," demikian saya menjawab pertanyaan putri saya tadi.
Anak saya mengatakan hal ini terkait masa  liburan sekolah yang sedang dijalani saat ini. Dua minggu ini sedang berlangsung liburan Pentakosta (Pfingstferien).
Di waktu bersamaan suami saya harus tugas ke luar kota dan mengajak saya dan putri kami untuk ikut bersama sekaligus mengisi waktu liburan.
Namun, anak saya punya ide lain. Katanya, biar saya saja yang ikut menemani papanya tugas di kota lain, sementara dia rumah dan menikmati sturmfrei-nya. Dia bisa sendirian di rumah atau mengundang teman baiknya untuk menginap.Â
Setelah mendiskusikan dengan suami mengenai permintaan sturmfrei anak kami, saya dan suami sepakat untuk menolaknya. Nanti waktunya akan datang setelah ia berusia 15 tahun. Kebetulan usia Selina lebih tua setahun dari anak saya.Â
Tidak tertulis secara hukum mulai usia berapa anak remaja boleh ditinggal di rumah sendiri tanpa pengawasan orangtua atau orang dewasa.Â
Namun begitu, menurut ahli hukum, anak remaja usia di bawah 15 tahun lebih baik tidak dibiarkan sendirian di rumah tanpa ada pengawasan dari orangtua. Untuk waktu singkat selama satu malam masih bisa dilakukan, tetapi tidak untuk beberapa hari.
Anak remaja perlu diberi kesempatan untuk belajar mandiri dan memiliki pengalaman bagaimana mengurus diri mereka sendiri dan melakukan aktivitas sehari-hari secara baik dan bertanggung jawab.
Sebagai contoh, kegiatan memasak di dapur. Setelah memasak harus diperiksa apakah kompor telah dimatikan dan tidak lupa untuk membersihkan serta merapikan dapur. Pintu dan jendela harus dikunci pada malam hari atau saat meninggalkan rumah.Â
Secara umum, anak remaja usia 16 tahun sudah mampu mandiri dan bisa melakukan rutinitas sehari-hari secara baik.Â
Tantangan bagi anak dan orangtua
Meninggalkan anak remaja sendiri di rumah tanpa pengawasan bukanlah hal gampang bagi orangtua. Namun, ini adalah salah satu proses perkembangan kepribadian dan kedewasaan anak. Â
Situasi ini merupakan tantangan bagi orangtua dan anak remaja itu sendiri. Orangtua harus bisa memberikan kepercayaan pada anaknya. Anak remaja harus diberi ruang untuk melakukan tindakan dan mengambil keputusan sendiri.Â
Hal penting yang harus diperhatikan adalah jangan terlalu sering membiarkan anak sendirian di rumah. Kesenangan yang terjadi pada awal anak ditinggal sendiri bisa berubah menjadi rasa tidak aman dan kesepian.Â
Hal penting yang harus dilakukan saat anak remaja mendapat sturmfrei, usahakan secara teratur berkomunikasi lewat telepon atau aplikasi perpesanan. Selain itu tinggalkan nomor telepon penting yang harus dihubungi jika terjadi keadaan darurat, serta memberitahu tetangga terdekat.
Semoga bermanfaat
Hennie Triana Oberst
Germany, 12.06.2022
Referensi:
(1)Sturmfrei/ Eltern.de // (2)T-Online.de
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H