Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Ada Tokoh Jahat dalam Dongeng?

26 Februari 2022   06:43 Diperbarui: 26 Februari 2022   06:54 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa hampir semua dongeng memiliki sosok jahat, padahal dongeng umumnya dibacakan atau diceritakan untuk anak-anak, misalnya, dongeng Hänsel dan Gretel ini. Ada sosok  penyihir jahat yang berniat memasak dan menyantap mereka. Namun, niat jahatnya ini tidak terlaksana, sebaliknya penyihir yang mati terbakar dalam oven yang telah disiapkannya. 

"Kengerian yang muncul dalam dongeng, seperti perang, kemiskinan, kelaparan, juga hadir di dunia. Ketakutan adalah bagian dari kehidupan mental anak." Begitu menurut Prof. Kristin Wardetzki. (BR Wissen)

Cerita dongeng dipaparkan dengan jujur, menggambarkan realitas kehidupan, tentang dunia yang tidak sempurna. Sosok yang digambarkan dalam dongeng adalah sifat dan kekuatan yang ada di dalam diri manusia, bukan mengenai satu orang yang baik sementara yang lainnya jahat.

Pengumpamaan seperti ini untuk memudahkan anak-anak membedakan karakter yang disampaikan. Anak-anak perlu mendengar cerita dongeng yang berakhir dengan baik; bahwa kejahatan dapat dikalahkan dan harus dibasmi, dan kebaikan selalu menang. Ini mengajak mereka untuk hidup dengan optimis.

Akhir cerita yang bahagia juga mengungkapkan secara simbolis bahwa anak-anak telah mandiri dan berhasil melawan ketakutan dan menaklukkan kejahatan. Hal ini akan mendorong mereka untuk terus berusaha dan tidak cepat menyerah. Selalu ada jalan menuju keberhasilan. 

Pada akhirnya, pilihan cerita dongeng mana yang tepat untuk dibacakan pada anak-anak berada di tangan orang tua masing-masing. Nantinya, anak-anak yang akan menentukan cerita mana yang mereka sukai dan mana yang tidak. 

Salam hangat.

Hennie Triana Oberst - DE, 25.02.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun