Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Takhayul di Jerman: Pantang Menjemur Pakaian antara Natal dan Tahun Baru

30 Desember 2021   03:18 Diperbarui: 30 Desember 2021   03:23 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dipercaya bahwa kekuatan gaib seperti hantu, penyihir, dan setan dapat menempel pada cucian, khususnya bahan berwarna putih seperti seprai, taplak meja, karena roh jahat akan menjadikannya sebagai kain pembungkus mayat.

Mencuci pakaian dulu dan sekarang

Jika melihat ke belakang, mencuci pakaian adalah pekerjaan yang menyita cukup banyak waktu dan membutuhkan banyak tenaga. Dulu, pakaian dicuci dengan menggunakan papan cuci, air harus diambil dari sumber mata air. 

Sejak awal abad ke-20 mesin cuci elektronik baru mulai digunakan oleh masyarakat. Saat ini bahkan hampir semua rumah tangga menggunakan mesin pengering untuk mengeringkan pakaian yang sudah dicuci.

Di Jerman, sebagian keluarga menjemur cucian mereka di luar, tetapi tetapi umumnya hanya dilakukan pada musim panas.

Ilustrasi Rauhnaechte di winter yang beku | foto: HennieTriana
Ilustrasi Rauhnaechte di winter yang beku | foto: HennieTriana

Rauhnächte

Latar belakang takhayul yang dipercaya masyarakat zaman dulu ini berhubungan dengan Rauhnächte yang berjumlah 12 malam, 6 sebelum titik balik matahari musim dingin, dan 6 malam setelahnya.

"Rauhnächte" berasal dari kata "rauh" dan "Nächte".

Kata rauh asalnya dari kata "rûch" dari bahasa Jerman Abad Pertengahan, yang artinya; berbulu, liar (mungkin merujuk pada hewan atau makhluk liar). Kata rûch juga berarti asap (yang berasal dari dupa).

Sedangkan kata "Nacht - Nächte (jamak) artinya malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun