Hanya sekali putri saya mengatakan dia melihat sesuatu. Usianya saat itu baru satu setengah tahun.
Satu malam di rumah kami, selesai makan malam kami menuju kamar tidur di lantai atas. Hanya kami berdua di rumah, kebetulan suami saya sedang tugas ke luar kota.
Anak saya berjalan di depan saya. Ketika sudah berada di lantai atas, dia menunggu saya, menghadap tangga.
"Mama, guck mal. Opa ist da." Anak saya berkata bahwa Opa dia (bapak mertua saya) ada di rumah kami, sambil tersenyum dan melihat bagian langit-langit dan menunjuk-nunjuk.
"Mana ada Opa di sini," saya menimpali omongannya.
"Itu di belakang Mama. Coba lihat." Anak saya mencoba meyakinkan.
Saya tidak mau melihat ke belakang, tetapi langsung mengajak anak saya masuk ke kamarnya dan berkata bahwa Opa tidak ada.
Putri saya hanya tertawa-tawa dan mengatakan ada.
Terus terang saya memang tidak berani menoleh ke belakang. Kalau anak saya benar dan dia memang melihat opanya di rumah kami. Bagaimana reaksi saya?
Bapak mertua saya belum lama meninggal dunia. Beberapa minggu berlalu, saya  tidak tahu persisnya. Mungkin saja beliau menampakkan dirinya, ingin melihat cucu kesayangan dan satu-satunya.
Anak saya tidak merasa ketakutan saat itu. Dia juga belum terlalu mengerti tentang kematian.
Saat bapak mertua saya meninggal di kamar tidurnya akibat serangan jantung (beliau pergi dengan tenang), saya malam itu menginap di rumah mertua. Hanya berdua dengan putri saya, menunggui ibu mertua.
Setelah itu kami sering menginap di sana. Saya sama sekali tidak merasa takut, merinding, atau pernah melihat sesuatu penampakan.
Entahlah, perasaan takut akan makhluk halus dan hantu sepertinya tidak hadir selama saya tinggal di sini (semoga saja tidak pernah ada).
Pengalaman di Bali
Pengalaman lain saat saya masih tinggal di Indonesia. Waktu itu saya bersama dua saudara kandung, dan anak kakak saya yang berusia satu setengah tahun pergi liburan ke Bali.Â
Ponakan saya itu tidak mau masuk ke kamar di hotel. Dia tidak saja menangis ketakutan, tetapi juga menunjuk di pojok kamar dan berkata ada seseorang di sana.
Akhirnya kami minta pihak hotel untuk menukar kamar kami. Setelah berganti kamar, dia merasa tenang, kembali ceria, dan mau memasuki kamar yang baru.
Kejadian yang mirip aat kami pergi berbelanja. Ponakan saya hanya mau memasuki beberapa toko. Ada toko-toko tertentu yang tidak ingin dikunjungi. Ponakan saya menangis ketakutan sambil menutup wajahnya.
Meskipun tidak ada di antara kami yang melihat sesuatu yang aneh, kami harus mengalah. Memang tidak di antara kami yang melihat satu kejanggalan.
Entahlah, apakah anak-anak memang lebih peka merasakan dan melihat makhluk halus. Apa mungkin ada hal lain yang dirasakan anak-anak sehingga membuat mereka takut?
(Hennie Triana Oberst - De, 29.10.2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H