Sesekali ayahku menggunakan jasanya untuk memotong pohon-pohon yang sudah tinggi di halaman belakang rumah kami.
Aku berhenti sejenak, menjawab pertanyaan bang Jul.
"Nggak takut kau malam-malam jalan sendiri?" Suara bang Jul terdengar berat.
Kulihat dia tersenyum makin lebar. Tapi kenapa tubuhnya makin lama makin tinggi. Hampir menyamai tingginya tiang lampu jalan.
Aku berlari lintang pukang. Tapi kakiku, kenapa berat sekali. Aku jatuh, terduduk.
Seorang bapak dengan peci putih dan kain kotak-kotak di bahunya mendekatiku. Aku terduduk di depan pintu pagar rumahnya, menghalangi jalan masuk ke rumahnya.
"Kamu kenapa? Terluka nggak?" Ada nada khawatir saat dia melontarkan pertanyaan dan membantuku berdiri.Â
"Ya sudah, cepat pulang sana." Bapak itu berkata dengan suara yang menenangkan.
Aku permisi dan bergegas meninggalkan tempat itu setengah berlari.
Kulihat ibuku berdiri di teras rumah. Beliau pasti cemas menunggu. Ponselku tadi tak sempat kubawa karena sedang dicas.
Kulirik jam di pergelangan tanganku, hampir jam 10 malam.