Copotnya gigi susu pertama bagi anak-anak adalah pengalaman penting dalam hidup mereka. Anak-anak akan akan bangga menunjukkan celah gigi (Zahnlücke) mereka, pertanda mereka bukan anak kecil lagi.Â
Umumnya anak-anak kehilangan gigi susu pertama saat memasuki usia sekolah dasar, sekitar 6 dan 7 tahun, tetapi ada juga yang mengalaminya lebih cepat, saat berusia 4 tahun.
Legenda Peri Gigi
Mitos yang dipercaya dan kebiasaan yang dilakukan di tiap negara berbeda-beda.Â
Di Indonesia, dulu, jika gigi copot dilempar ke atas atap rumah.
Konon, kebiasaan ini bukan hanya ada di Indonesia dan negara Asia lainnya, tetapi juga di Rumania. Anak-anak berteriak sambil melempar gigi dan meminta gigi baru yang kuat dan sehat.Â
Di Jerman, anak-anak percaya Zahnfee (peri gigi) akan datang pada malam hari setelah tanggalnya gigi susu dan membawa hadiah untuk mereka.
Konon, sosok peri gigi ini berasal dari kepercayaan orang-orang pada awal Abad Pertengahan. Sebagai penanda beralihnya masa anak-anak menuju remaja, dilakukan ritual magis.Â
Masa itu orang sangat percaya takhayul. Untuk mencegah agar penyihir tidak menggunakan gigi untuk mengutuk dan menyihir, maka gigi yang copot akan dibakar, dihancurkan, dikubur, atau dijadikan makanan hewan.Â
Suku bangsa Viking mengenal istilah "tann-fe" artinya adalah "uang gigi", yang merupakan hadiah untuk anak yang kehilangan gigi susunya. Prajurit membawa gigi susu dalam pertempuran sebagai "jimat" keberuntungan.Â
Kepercayaan kuno ini kemudian berubah. Pada abad ke-19 dan 20 kisah peri gigi menjadi sosok yang baik hati dan menyenangkan anak-anak dengan membawa hadiah koin emas.
Kapan mulai datangnya kisah peri gigi membawa koin emas tidak ada yang tahu pasti. Cerita ini mulai dikenal pada awal tahun 1900. Di susul tahun 1949 kisah "Tooth Fairy" ditulis oleh Lee Rogow dan diterbitkan di Amerika. Cerita ini menyebar ke negara-negara lain di seluruh dunia.Â
Peri Gigi pembawa hadiah
Kisah awal peri gigi membawa koin emas kemudian berubah seiring berjalannya waktu. Hadiah dari peri gigi, yang disediakan oleh orangtua menjadi beragam. Ada yang memberi koin berwarna emas dengan gambar peri gigi, atau sejumlah uang tunai, serta hadiah berbentuk barang lainnya.
Anak saya mendapatkan Zahnlücke pertama kalinya saat dia duduk di kelas satu sekolah dasar. Awalnya dia gelisah karena banyak teman-temannya yang sudah ompong, sementara gigi dia belum ada yang goyang.
Penantian berminggu-minggu hingga gigi susu pertama lepas adalah masa-masa yang mendebarkan sekaligus menyenangkan baginya. Satu malam saat menjelang tidur, tiba-tiba putri saya berteriak kegirangan. Gigi susu pertamanya copot.
Dia bergegas membersihkan giginya yang copot dan meletakkan ke dalam satu kotak mungil yang telah saya siapkan jauh-jauh hari.
Kotak ini dia letakkan di meja samping tempat tidur dengan tutup terbuka. Menurut anak saya, peri gigi akan lebih gampang mengambil giginya. Gigi susu akan ditukar dengan hadiah yang diselipkan di bawah bantal saat ia tidur.
"Mama harus tidur sekarang," begitu ia memaksa saya untuk segera tidur.
"Kenapa mama harus tidur cepat?"
"Peri gigi datang kalau kita tidur pulas. Kalau mama belum tidur, mana mungkin peri datang membawa hadiah untukku." Jawaban yang masuk akal dan membuat saya tersenyum.Â
Esok harinya, anak saya bangun lebih pagi. Dia kebingungan karena kotak giginya tidak ada di atas meja samping tempat tidur.
"Coba periksa di bawah bantalmu," saya mengatakan sambil menyiapkan keperluan sekolahnya.
Dengan mata berbinar anak saya menunjukkan hadiah berupa lembaran uang dari "peri gigi" yang diletakkan di bawah bantalnya. Dia pun tidak sabar untuk segera berangkat ke sekolah, memamerkan bahwa sekarang dia juga memiliki Zahnlücke.
Ompongnya gigi bagi anak-anak di Jerman bukan sesuatu yang memalukan, dan bukan untuk ditertawakan, melainkan satu kebanggaan. Â
Dongeng peri gigi diceritakan kepada anak-anak untuk mempermanis kehidupan mereka. Sosok imajinasi ini membantu menghilangkan kecemasan dan ketakutan yang mungkin timbul akibat hilangnya gigi mereka.
***
Tanggal 24 Juni diperingati sebagai International Fairy Day.
Peri, makhluk mitologis dari cerita rakyat. Kisah-kisah tentang peri berhubungan erat dengan budaya suku bangsa Kelt. Suku bangsa kuno dari bagian utara Pegunungan Alpen, antara Bohemia dan Prancis bagian timur, pada 1300 hingga hingga 800 SM.
Awalnya peri identik dengan sosok yang serius, berbahaya dan kejam. Dengan bergantinya masa, penggambaran peri juga berubah. Peri tidak lagi menakutkan, melainkan sosok yang memiliki kekuatan sihir yang digunakan untuk kebaikan.Â
Selamat Hari Peri Internasional
-------
Hennie Triana Oberst
De, 24.06.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H