Menuju lokasi paling gampang dan bebas macet adalah dengan menumpang Metro, kereta bawah tanah. Pilih Line 1, 2, atau 8, kemudian turun di stasiun People's Square.Â
Mendekati lokasi Pasar Jodoh terlihat berbagai ragam payung yang berjajar rapi. Di bagian atasnya terdapat kertas dengan tulisan tentang data diri pria atau wanita. Umumnya ditulis dalam bahasa Mandarin. Ada yang menyertakan foto, tetapi kebanyakan tidak.
Contohnya, wanita; usia, tinggi dan berat badan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan bulanan, penyayang keluarga, aset (rumah, mobil, dan lainnya).
Kriteria pria yang diinginkan; status perkawinan, pekerjaan, penghasilan, aset, ganteng, cerdas, bukan perokok, bukan gamer, bukan peminum, dan sebagainya.
Perjodohan adalah tradisi kuno yang ingin dipertahankan para orangtua di China. Pada masa lalu, orangtua yang menentukan dengan siapa anak mereka menikah. Sementara anak-anaknya hanya memiliki sedikit hak suara dalam pengambilan keputusan.
Para orangtua mulai gelisah ketika anak perempuan mereka hampir berusia 28 tahun atau anak laki-laki umur 33 belum berjodoh. Idaman untuk segera menimang cucu membuat mereka menempuh jalan seperti ini.Â
Dalam tradisi China, dianggap sangat penting untuk mencapai tujuan pada usia tertentu. Misalnya, menikah pada usia 25, mempunyai anak usia 27, dan membeli rumah sebelum usia 30 tahun.Â
Saya ingat, seorang kolega suami di Shanghai, sebut saja Liam, yang berusia hampir 34 tahun. Menjelang Imlek Liam putus dari pacarnya. Dia bingung karena harus mengunjungi orangtuanya tanpa pacar.
Saya kenal Alin, pacar Liam, beberapa kali kami pergi makan bersama. Seorang wanita muda yang cantik dan cerdas. Alin mengatakan belum ingin menikah, karena akan melanjutkan kuliahnya ke Jerman.
Tahun lalu Liam mengabarkan telah menikah dengan pacar barunya. Sayang sekali dia tidak bisa mengundang kami menghadiri pernikahannya karena pandemi.