Salah satu menu sarapan kesukaan orang di Medan adalah lontong sayur. Setiap pagi, pada jam-jam tertentu banyak penjual yang menawarkan makanan ini, di samping menu lainnya seperti lupis, nasi gurih, dan pulut (ketan) dengan pisang goreng.
Belakangan, saya mengetahui bahwa lontong sayur dari Medan ternyata digemari di daerah lain. "Lontong Sayur Medan", begitu sebutannya, untuk membedakan lontong sayur dari daerah lainnya.Â
Di rumah (alm.) orangtua kami, ketika lebaran selalu ada menu lontong sayur. Meskipun rendang, dan beberapa masakan lainnya selalu ada. Sebab itulah nasi putih selalu tersedia, karena sewaktu-waktu kami, maupun tamu tidak ingin menyantap lontong.Â
Seperti lazimnya kuliner satu daerah, sering tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya. Tidak terkecuali dengan lontong sayur Medan ini.
Lontong adalah makanan yang awalnya dikenal di masyarakat Jawa. Makanan yang terbuat dari beras ini dibuat dengan cara membungkusnya dengan daun pisang, kemudian dimasak beberapa jam lamanya hingga menghasilkan bentuk padat.Â
Menurut sejarawan kota Medan, M. Azis Rizky Lubis, kemungkinan lontong masuk ke Medan sekitar pertengahan abad ke-19. Pada masa itu banyak pekerja perkebunan dari Jawa yang dibawa oleh Belanda ke Tanah Deli. (Detikfood)
Lontong sayur sendiri, konon berasal dari Minang. Bisa jadi kuliner ini dibawa oleh penduduk yang berasal dari Minangkabau. Mengingat masyarakat kota Medan terdiri dari penduduk yang multikultural, meskipun suku aslinya adalah suku Melayu.Â
Sebetulnya tidak hanya masyarakat di Medan yang mengenal lontong sayur. Banyak daerah lain di Indonesia yang juga memiliki makanan khas yang terbuat dari beras yang padat ini. Namun, masing-masing daerah memiliki ciri tersendiri sebagai pembeda kulinernya.
Yang menjadi kekhasan lontong sayur Medan adalah rasa tauco. Kendatipun setiap keluarga memiliki sayur tauco kesukaan, sangat umum dijumpai tauco kacang panjang dengan udang dan tahu.
Sayuran berkuah yang wajib disediakan adalah gulai nangka muda, atau labu jipang (labu siam).
Menu lontong sayur saat lebaran
Dulu, kami tidak pernah membuat lontong sendiri, lantaran proses memasaknya memakan waktu yang relatif lama. Kami biasa memesan kepada seorang kerabat yang membuat lontong dan menerima pesanan setiap tahun.Â
Lontong yang kami pesan bentuknya segi empat, ukurannya lebih kurang 30x20 cm. Saya ingat sekali karena sering membantu memotong lontong menjadi ukuran kecil sebelum dihidangkan.
Bisa jadi bentuk ini dibuat untuk lebih memudahkan kerabat kami memenuhi pesanan dalam jumlah yang banyak. Ukuran besar seperti ini juga menghemat waktu pembungkusan.Â
Lontong sayur yang kami siapkan sebagai menu Idulfitri adalah sayur nangka, tetapi tidak jarang juga labu jipang. Sebagai penguat rasa kami tambahkan daging tetelan, dulu di pasar (orang Medan menyebutnya pajak) daging tetelan ini kerap disebut dengan "daging cincang", tetapi bukan daging giling.
Tauco yang kami buat seperti menu harian, yaitu kacang panjang dan udang, tetapi sering juga dilengkapi dengan tahu yang dipotong kecil-kecil, kemudian digoreng. Penggunaan cabe hijau lebih banyak dari jumlah cabe merah.
Membuat tauco tidak rumit karena bumbu cukup dipotong-potong saja. Cabe diiris serong, bawang merah, putih dan tomat diiris memanjang. Jahe, lengkuas, dan serai cuma digeprek. Lengkapi dengan daun salam, dan tidak lupa bumbu utamanya tauco.Â
Sebenarnya, hari terakhir Ramadan kemarin, saya ingin membuat tauco. Sayangnya, bahan lainnya tidak tersedia, meskipun persediaan tauco ada di dapur.
Kacang panjang lumayan sulit ditemui di supermarket biasa, mesti ekstra ke toko yang menjual keperluan bahan makanan Asia. Udang selalu ada di pasaran, tetapi saya sudah tidak mungkin lagi mengonsumsi makanan laut, karena reaksi alergi yang luar biasa.
Sambal goreng kering kentang, dan/atau tempe, beserta teri dan kacang tanah, juga telur ayam balado tidak boleh lupa disiapkan untuk menyempurnakan menu lontong sayur Medan.
Penyajian tergantung kepada selera tiap orang. Ada yang suka menambahkan bihun, serundeng, kerupuk, atau emping.Â
Jika anda kebetulan berada di Medan, jangan lupa mencoba lontong sayurnya. Meskipun di kota dan provinsi lain sudah banyak ditemui kuliner ini, tetapi cita rasa dari daerah asalnya dijamin lebih lezat.Â
Salam kuliner!
Catatan:
Tetelan adalah daging sapi yang merupakan sisa daging yang melekat pada tulang, berupa campuran daging, urat, lemak, dan sebagainya. (id.wikipedia.org)
-------
Hennie Triana Oberst
De, 13.05.2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI