Lahan di belakang rumah yang luas dimanfaatkan untuk membuat tempat kos, hanya tiga kamar saja, agar rumah tidak terlalu sepi. Begitu menurut salah seorang wanita yang bekerja di sana. Ada 2 orang asisten rumah tangga, yang satu mengurusi rumah induk, satu lagi mengurusi tempat kos.
Antara rumah induk dan tempat kos terdapat dapur terbuka yang dapat digunakan oleh anak kos. Ibu kos yang baik dan ramah sering duduk di teras dapur ini, sambil sesekali mengobrol dengan kami.Â
Tiga kamar kos ini berada di atas bangunan tempat tinggal asisten rumah tangga, dan 1 kamar menyerupai apartemen kecil. Untuk anak kos disediakan dua kamar mandi, kecil dan besar yang berdempetan. Letak bangunananya berhadapan dengan kamar, ya, berada di luar kamar.Â
Di antara kedua bangunan ini terdapat halaman yang luas dengan pohon mangga yang sangat besar. Pekarangan ini adalah ruangan terbuka, jadi kami, anak kos, jika harus ke kamar mandi saat hujan turun, harus membawa payung.
Karena saya tidak lama tinggal di tempat ini, mungkin sekitar 3 bulan, terasa tidak terlalu merepotkan. Namun, ada yang membuat saya tidak nyaman, jika tengah malam harus ke kamar mandi, sementara semua orang sudah tidur.
Oh, bukan, saya bukan seorang yang penakut, hanya saja berada di ruang terbuka malam hari dengan situasi seperti itu sering membuat pikiran ke mana-mana. Membayangkan seandainya ada  orang jahat memanjat tembok tinggi yang dipagari jeruji pengaman, dan mendarat di halaman, atau makhluk lain yang menampakkan diri.
Pernah juga kami, penghuni kos, membicarakan hal ini. Tetapi akhirnya hanya sebatas menghibur diri supaya tidak ada rasa takut. Saya memilih cara aman, ke kamar mandi sebelum semua orang tidur, dan berusaha tidak minum lagi hingga pagi hari.
Sayangnya, serapi apapun rencana, adakalanya tidak berjalan seperti keinginan. Ya, saya harus ke kamar mandi tengah malam, sekalian berwudu.
Lengang, seperti biasa suasana sekitar rumah ini. Baru saja keluar dari kamar mandi dan berjalan beberapa langkah, tepat di kuping kanan saya ada yang menyapa.Â
Jelas, tetapi lembut, suara seorang pria. "Hei, lihat sini dong. Sini, sebelah sini."
Aduh, saya tahu tidak ada orang ketika saya membuka pintu kamar mandi. Lagipula, di tempat ini tidak ada pria, kecuali bapak kos yang tidak pernah berada di halaman belakang.