Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Romantika Anak Kos: Disapa Hantu?

19 Maret 2021   03:26 Diperbarui: 19 Maret 2021   03:36 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kamar tidur | foto: Pexels/ Elina Sazonova-

"Merantaulah. Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang

Merantaulah. Kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang"

(Cuplikan syair Imam Syafii)

Seperti cuplikan syair ini, saya akhirnya merantau menuju ibukota, mengejar impian. Tidak pernah terbayangkan bagaimana rasanya tinggal di tempat kos, tinggal sendirian, tanpa orangtua dan saudara kandung. 

Masa kuliah  di kota kelahiran, saya hanya mengenal tempat kos dari teman-teman yang merantau ke kota Medan. Kadang kala saya menumpang istirahat di tempat kos teman kuliah (yang juga kerabat jauh), jika harus mengikuti kuliah sore hari.

Ternyata hidup ngekos banyak lika-likunya. Seru, lucu, dan kadang pilu. Selama tinggal di Jakarta, beberapa kali saya berpindah tempat kos. Setiap tempat meninggalkan cerita dan kenangan yang unik. Seperti tempat kos terakhir saya menjelang pindah ke Jerman.

Tempat kos khusus wanita yang hanya memiliki  tiga kamar ini sangat nyaman, tidak bising walaupun berada di tengah kota. Berada di bagian belakang rumah induk. 

Pemilik rumah, sepasang suami istri yang tinggal bersama asisten rumah tangga mereka. Anak-anak mereka sudah dewasa dan tinggal terpisah dengan keluarga masing-masing.

Lahan di belakang rumah yang luas dimanfaatkan untuk membuat tempat kos, hanya tiga kamar saja, agar rumah tidak terlalu sepi. Begitu menurut salah seorang wanita yang bekerja di sana. Ada 2 orang asisten rumah tangga, yang satu mengurusi rumah induk, satu lagi mengurusi tempat kos.

Antara rumah induk dan tempat kos terdapat dapur terbuka yang dapat digunakan oleh anak kos. Ibu kos yang baik dan ramah sering duduk di teras dapur ini, sambil sesekali mengobrol dengan kami. 

Tiga kamar kos ini berada di atas bangunan tempat tinggal asisten rumah tangga, dan 1 kamar menyerupai apartemen kecil. Untuk anak kos disediakan dua kamar mandi, kecil dan besar yang berdempetan. Letak bangunananya berhadapan dengan kamar, ya, berada di luar kamar. 

Di antara kedua bangunan ini terdapat halaman yang luas dengan pohon mangga yang sangat besar. Pekarangan ini adalah ruangan terbuka, jadi kami, anak kos, jika harus ke kamar mandi saat hujan turun, harus membawa payung.

Karena saya tidak lama tinggal di tempat ini, mungkin sekitar 3 bulan, terasa tidak terlalu merepotkan. Namun, ada yang membuat saya tidak nyaman, jika tengah malam harus ke kamar mandi, sementara semua orang sudah tidur.

Oh, bukan, saya bukan seorang yang penakut, hanya saja berada di ruang terbuka malam hari dengan situasi seperti itu sering membuat pikiran ke mana-mana. Membayangkan seandainya ada  orang jahat memanjat tembok tinggi yang dipagari jeruji pengaman, dan mendarat di halaman, atau makhluk lain yang menampakkan diri.

Pernah juga kami, penghuni kos, membicarakan hal ini. Tetapi akhirnya hanya sebatas menghibur diri supaya tidak ada rasa takut. Saya memilih cara aman, ke kamar mandi sebelum semua orang tidur, dan berusaha tidak minum lagi hingga pagi hari.

Sayangnya, serapi apapun rencana, adakalanya tidak berjalan seperti keinginan. Ya, saya harus ke kamar mandi tengah malam, sekalian berwudu.

Lengang, seperti biasa suasana sekitar rumah ini. Baru saja keluar dari kamar mandi dan berjalan beberapa langkah, tepat di kuping kanan saya ada yang menyapa. 

Jelas, tetapi lembut, suara seorang pria. "Hei, lihat sini dong. Sini, sebelah sini."

Aduh, saya tahu tidak ada orang ketika saya membuka pintu kamar mandi. Lagipula, di tempat ini tidak ada pria, kecuali bapak kos yang tidak pernah berada di halaman belakang.

Saya tidak berani lari (takut jatuh), hanya berjalan lebih cepat, melewati halaman di bawah pohon mangga, kemudian menaiki tangga dan masuk ke kamar.

Beberapa hari setelah itu, saya bercerita mengenai pengalaman ini ke teman kos. Mereka tertawa. Ternyata, bukan saya saja yang pernah mengalami kejadian aneh ini.

Lega, karena saya tidak lama tinggal di sana.

Salam mantan anak kos.

Catatan

Kos, adalah bahasa percakapan, bentuk tidak baku dari kata indekos.

Indekos, menurut KBBI;  tinggal di rumah orang lain dengan atau tanpa makan (dengan membayar setiap bulan); memondok

-------

Hennie Triana Oberst

De, 18.03.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun