Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

"Hujan Darah", Debu Sahara di Langit Jerman

4 Maret 2021   07:32 Diperbarui: 4 Maret 2021   07:32 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Butiran debu Sahara di udara - foto: dpa/Marijan Murat

Hari ini langit di wilayah tempat tinggal kami tidak terlihat cerah seperti kemarin. Warna langit abu-abu agak kekuningan. Pagi beberapa hari yang lalu bahkan langit berwarna seperti senja hari.

Pemandangan alam yang sangat luar biasa. Debu dari gurun Sahara penyebabnya. 

Kira-kira 5 hingga 15 kali dalam setahun pasir halus Sahara ini terbawa hingga ke Jerman. Lebih dari 1.000 ton per menit pasir Sahara ditiup angin kencang dan terbang ke segala arah. 

Pasir gurun di udara yang menghadirkan warna kemerahan ini sering disebut dengan istilah "hujan darah", karena biasanya disertai dengan curah hujan. Tetapi kali ini hanya butiran debu yang kering.

Fenomena alam ini terjadi karena suhu udara yang sangat hangat dan angin kencang. Pasir dari gurun di Afrika ini naik 2 hingga 5 km dan terbawa ke wilayah Eropa, termasuk wilayah selatan Jerman, seperti di tempat kami, dan negara tetangga sekitarnya.

Pasir halus yang beterbangan ini sangat jelas terlihat, menutupi permukaan kendaraan yang diparkir di tempat terbuka.

Untungnya kendaraan di rumah berada di bawah atap. Tidak terlihat jejak debu yang tebal dan membutuhkan penanganan khusus.

Partikel halus yang menempel di kendaraan harus dibersihkan dengan hati-hati. Disarankan untuk membawa ke tempat pencucian mobil, agar dapat ditangani dengan baik. Butiran pasir kecil ini dapat meninggalkan goresan di atas kendaraan.

Kabarnya, pasir Sahara ini tidak terlalu mengganggu kesehatan. Namun seperti lazimnya debu, butiran halus ini dapat menimbulkan masalah kesehatan, terutama bagi penderita alergi serbuk sari (polen) dan asma.

Meskipun terlihat mengganggu dan hanya mengotori, debu Sahara ini sangat bermanfaat bagi tumbuhan, sebagai pupuk alami terbaik. Partikel kecil ini memberikan nutrisi seperti kalsium, magnesium, zat besi, dan fosfor.

Begitu juga plankton di lautan, organisme laut ini juga mendapat faedah dari pasir Sahara. Sekitar 40 juta ton pasir setiap tahun tertiup ribuan kilometer melintasi Atlantik.

Alam selalu menghadirkan keistimewaan dan panorama yang luar biasa.

-------

Hennie Triana Oberst

De, 03.03.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun