Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Betulkah Hantu Itu Tidak Ada?

26 November 2020   20:18 Diperbarui: 26 November 2020   20:50 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah penyihir  - foto: cocoparisienne/pixabay.com

Konon, setiap rumah atau bangunan ada penghuni yang merupakan makhluk halus yang tidak kasatmata.

Saya sebetulnya seorang yang relatif berani, meskipun ada beberapa pengalaman yang membuat bulu kuduk berdiri.

Pernah ada sosok laki-laki yang ikut berjalan di bawah payung saat hujan rintik-rintik, tetapi sosok ini menghilang begitu saja. Pengalaman lain, melihat makhluk tinggi hampir mencapai atap, berjubah tanpa kepala.

Beberapa tahun silam, saya dan teman kerja di Jakarta pergi liburan akhir minggu ke pulau Bali. Kami terdiri dari 2 pria dan 3 wanita. Teman kami, panggil saja Andy, yang mengurus hotel. Sebetulnya ini hotel gratisan yang dia dapatkan.

Saat check-in di hotel itu kami bertiga (yang cewek) baru tahu bahwa kamar yang dipesan untuk kami ada 2 kamar. Teman saya bilang mereka tidak mau tidur sendirian di kamar yang relatif luas tersebut.

Tidur bertiga sekamar? Saya mengalah dan tidak mau tidur sempit-sempitan.

Kedua teman saya seperti tidak percaya dengan keputusan itu.

Besok paginya saat sarapan, mereka penasaran. Adakah kejadian aneh yang saya alami? Tidak, saya tidur sangat nyenyak tanpa gangguan.

Entah kenapa, kadang ada rasa khawatir ketika memilih penginapan di Indonesia. Mungkin ini terjadi karena saya tanpa sengaja, membaca review hotel menemukan pengalaman aneh para tamu. Ternyata lumayan banyak review hotel dengan pengalaman makhluk halus.

Hantu di Jerman

Selama menetap di Jerman, saya belum pernah mendengar dari teman Indonesia dan negara Asia lainnya mengenai pengalaman mereka yang berkaitan dengan hantu di negeri ini.

Dari orang Jerman sendiri? Mungkin mereka akan menganggap saya aneh dan berhalusinasi jika berbicara tentang hantu.

Ketakutan akan hantu, monster dan sejenisnya itu dianggap khayalan dan pikiran anak kecil.

Anak-anak di usia antara 3 dan 5 tahun berada pada fase magis. Pemikiran dan tingkah mereka dipengaruhi oleh ide-ide magis, seperti hantu, monster dan penyihir.

Sering kita mendengar anak-anak mengatakan ada monster yang bersembunyi di kolong tempat tidur atau di balik gorden. Ada juga yang bertanya apa mungkin hantu dan monster dari satu dongeng bisa keluar dari buku.

Ketakutan seperti ini sangat mengganggu tidur mereka. Menemani mereka hingga tertidur dapat mencegah mimpi buruk.

Orang dewasa di sini, sepanjang yang saya tahu, tidak ada yang percaya bahwa hantu atau monster itu ada.

Herannya, saya juga tidak pernah merasa takut selama berada di negeri ini. Bahkan jika misalnya saja berjalan sendirian di pemakaman ketika mengunjungi makam mertua.

Teman-teman saya dari Indonesia juga berpendapat yang sama. Ada seorang teman saya yang bisa "melihat" dan memiliki perasaan yang sangat peka terhadap makhluk halus.

Lita, panggil saja begitu, mengatakan tidak pernah merasa takut atau dihinggapi rasa aneh di negeri ini. Tengah malam tidur dengan jendela terbuka juga tak masalah. Tapi berbeda jika dia berada di Indonesia, begitu pengakuannya.

Dalam parapsikologi, ilmu sosial cabang dari psikologi, yang meneliti kemampuan psikologis di luar kesadaran dan kemampuan normal. Ada 3 bidang kategori, yaitu Indra keenam (misalnya telepati, kewaskitaan), psikokinesis (interaksi pikiran terhadap suatu objek), dan kehidupan setelah mati.

Parapsikologi dapat menjelaskan mengapa orang melihat gerakan yang tidak dapat dijelaskan dari sudut pandangan biasa. Saraf adalah bagian yang mempengaruhinya.

Sel batang pada retina memiliki resolusi jauh lebih rendah dari sel kerucut di penglihatan pusat manusia.

"Jika kita mengira telah melihat gerakan sesuatu, biasanya gerakan itu tidak dapat dijelaskan dalam warna hitam atau putih. Sel batang kita tidak dapat melihat warna apapun," begitu penjelasan Dr. O'Keeffe, kepala Psikologi di Buckinghamshire New University, Inggris.

Otak manusia mencari penjelasan itu, dan penjelasan rasionalnya adalah roh.

Bagaimanapun, penampakan singkat itu membuat tubuh manusia bereaksi, napas yang berat, jantung berdebar kencang dan tubuh yang gemetar. Sebagian orang merasa merinding.

Neurotransmitter di otak manusia yang bertugas menyampaikan informasi ke sel-sel saraf inilah yang bertanggung jawab. Dopamin adalah salah satunya, senyawa kimia yang memiliki peran besar dalam mengendalikan emosi, misalnya kebahagiaan maupun ketakutan.

Jumlah Dopamin di otak manusia berbeda-beda, itu sebabnya ada orang yang menyukai petualangan yang seram, sedangkan sebagian lainnya tidak suka dan merasa ketakutan.

Rasa takut ini bisa juga disebabkan dari pengalaman buruk yang pernah dialami, contohnya menonton film horor, atau berada di rumah kosong yang dianggap berhantu.

"Kombinasi dari Imajinasi dan seberapa kuat kepercayaan akan hantu inilah yang membuat seseorang merasakan kehadiran hantu di sekitarnya." Begitu menurut Dr. O'Keeffe.

Jadi, menurut pendapat saya, karena masyarakat di Jerman tidak percaya hantu, maka rasa takut tidak menghampiri. Seperti yang saya dan teman-teman alami.

Bagaimana menurut anda?

-------

Hennie Triana Oberst - DE.26112020

Rujukan: dw.de, Kindergesundheit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun