"Ular melingkar-lingkar di pagar pak Umar"
Kalimat di atas, dulu, sering menjadi permainan saya dengan saudara dan teman-teman. Terlihat gampang dan sederhana, tetapi jika diucapkan berulang-ulang bisa membuat lidah terselip.Â
Pernah juga saya minta suruh suami untuk mengucapkan kalimat tersebut, dan dia menyerah. Memang dia tidak bisa berbahasa Indonesia, kecuali beberapa kata yang penting dan sering saya gunakan di rumah.
Dengan teman-teman sekolah dulu ada kalimat yang suka kami ucapkan, terutama jika ada ada maksud tersembunyi di balik ucapannya.
"Saya suka sama situ sebab situ suka senyum-senyum sama saya"
Baca juga : Pembelit Lidah Bahasa Jawa "Berbahan" Kolang-kaling
Permainan kata-kata yang dikenal dengan sebutan pembelit lidah (tongue twister) ini adalah susunan kata-kata (frasa) yang memiliki kemiripan dalam bunyi, sehingga sulit diucapkan secara cepat dengan benar. Kadang kata-kata disusun dari homofon, atau mengandung rima.
Penutur bahasa asli sekalipun sering kewalahan untuk mengucapkan kata-kata pembelit lidah. Biasanya, saat mempelajari bahasa, pembelit lidah ini sering diselipkan sebagai satu permainan.Â
Sewaktu mempelajari bahasa Jerman, terkadang guru kami di kelas meminta kami secara bergilir untuk mengucapkan pembelit kata. Contoh yang paling sering kami ucapkan adalah;
"Blaukraut bleibt Blaukraut und Brautkleid bleibt Brautkleid"
(Kubis biru tetap kubis biru dan gaun pengantin tetap gaun pengantin)
"In Ulm, um Ulm, und um Ulm herum"