Seperti anak SD dia memperlakukan kami. Menyebalkan.
Ujian mata kuliah tersebut saya mendapat nilai "D". Jelas tidak lulus, karena ini mata kuliah jurusan.Â
Tidak ada pilihan lain, semester berikutnya saya harus ikut lagi. Jumlah mahasiswanya makin banyak. Betapa membosankannya.
Saking bosannya, terkadang saya bolos. Toh materi tetap sama, saya bisa belajar sendiri di rumah.Â
Malas sekali membayangkan suasana kuliah yang tidak menyenangkan itu. Saya cuma bisa pasrah, tetap mengikuti kuliah sambil berdoa ada keajaiban terjadi.
Ternyata memang Tuhan sayang sama kami. Memang ada keajaiban datang.
Di akhir semester itu terjadi kesalahan, mungkin bisa dikatakan keteledoran bapak dosen tersebut.Â
Beliau terlambat menyerahkan nilai ujian mahasiswa dari batas waktu yang telah ditetapkan.
Oleh sebab itulah Dekan mengambil keputusan, seluruh mahasiswa yang telah mengikuti ujian dinyatakan lulus semua, dengan nilai "C" sama rata. Hadiah terindah dari bapak Dekan.
Di semester berikutnya, saya dengar dari teman-teman yang mengikuti mata kuliah ini. Beliau mengatakan bahwa kami lulus cuci gudang. Tak apalah dia memakai istilah itu, yang penting kami terbebas dari mata kuliahnya dan bisa melanjutkan kuliah lanjutan.
Mungkin masa sekarang sudah tidak ada dosen yang bersikap semena-mena seperti ini. Orang dulu memang beda ya.