"Suamimu baik sekali ya."
Melati mengomentari begitu aku selesai berbicara dengan suamiku.
Aku cuma berterima kasih sambil tersenyum.
Tak berapa lama telepon kamar berdering. Melati berbicara dengan suaminya dengan bahasa yang terbata-bata antara bahasa Indonesia, Inggris dan Perancis.
Aku tidak bermaksud menguping, tapi berada di dalam kamar hotel mana mungkin aku tidak mendengarnya.
Lantas rasa penasaranku tak kuasa dibendung. Jadi aku tanyakan sudah berapa lama ia menikah dan tinggal di negeri tetangga Jerman itu.
Delapan tahun, mengarungi rumah tangga dengan lelaki yang berbeda bangsa dan kultur. Hidup jauh di tanah air tanpa teman di sekitarnya.
Melati ingin sekali punya anak, tetapi suaminya tidak. Keputusan yang akhirnya disepakati oleh Melati. Tetapi dengan berjalannya waktu, ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Katanya hidupnya hampa dan sepi di rumah yang sepertinya belum menyatu dengan jiwanya.
Aku tak tahu harus berkata apa. Lebih baik menjadi pendengar yang baik saja. Hanya dia yang bisa mengambil keputusan akan melangkah ke mana.
***
Tiba di bandara, penerbangan kami dialihkan ke maskapai penerbangan negara Singapura. Aku bantu Melati untuk check-in.