"Orang Indonesia juga, tapi sombong sekali." Melati menjawab kesal.
"Mungkin mereka capek dan kesal penerbangan batal. Sementara di rumah sudah ditunggu keluarganya," timpalku menenangkan dia.
Siapa yang tidak kesal dengan situasi ini. Apalagi ada yang tanya-tanya minta bantuan. Aku juga kesal, tapi melihat wanita ini aku iba.
Dia tidak mengerti pengumuman dalam bahasa Inggris dan Jerman yang disampaikan tadi. Makanya dia mencari seseorang untuk ditanyai.Â
***
Sesuai jadwal, bus datang dan mengantar kami menuju hotel. Kami mendapat kamar sendiri-sendiri. Tapi Melati memohon untuk sekamar denganku.
Sebetulnya aku tak mau. Aku belum kenal dia. Tapi, aduhhh... daripada nanti aku dihantui rasa bersalah menelantarkannya, ya sudahlah.
Dia terlihat betul-betul seperti orang yang tidak mengerti apa-apa. Mengisi kartu kedatangan imigrasi saja dia tidak mengerti. Dengan tanpa membuatnya tersinggung aku bantu mengisi data-datanya.
***
Di kamar hotel bintang 5 lima yang nyaman kami berdua berbincang. Waktu yang kami miliki tidak lama, mestinya aku bisa tidur beberapa jam jika sendirian. Tapi, begitu tiba di hotel aku tidur 2 jam saja, setelah itu mandi dan siap-siap. Jam 6 pagi kami harus sudah harus siap-siap menuju bandara lagi.
Aku kabarkan pada suamiku bahwa pesawat tertunda dan memberikan nomor telepon suami Melati. Aku minta tolong agar ia menelpon lelaki berkebangsaan Perancis itu, mengabarkan berita ini dan meminta suami Melati untuk menelpon melalui nomor telepon hotel dan memberikan nomor kamar hotel kami.Â