Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesona Kota Kanal Qiandeng di Pinggiran Shanghai

6 April 2020   15:57 Diperbarui: 29 April 2021   04:39 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudut kota Qiandeng - foto: HennieTriana

Pertunjukan opera tidak hanya memperkaya kehidupan intelektual penontonnya, tetapi juga menyebarkan moralitas sosial, pandangan tentang kesetiaan, kesalehan, kebaikan dan keadilan, kerinduan akan kehidupan yang baik, juga cinta yang setia.

Pada tahun 2001 Opera Kunqu masuk daftar warisan dunia UNESCO sebagai "Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity".

Kami putuskan untuk meninggalkan ruangan, menonton opera seperti ini dengan membawa anak kecil bukan pilihan yang tepat.

Oh iya, di sekitar gedung pertunjukan ada beberapa tempat penyewaan kostum opera. Tidak ketinggalan jasa tata rias wajah dan fotografer, bagi yang ingin menyewa dan mendapatkan hasil foto yang bagus.

Menikmati Kota dan Makan

Gang-gang sempit di sini terbuat dari susunan lempengan batu-batu sepanjang 1,5 km, yang terbentang dari utara ke selatan. Kadang-kadang batu-batu ini agak licin jika ditapaki, terutama jika menggunakan sepatu hak tinggi. Rumah-rumah yang berada di gang ini sebagian adalah toko-toko yang menjual cenderamata.

Penjual Chou Doufu - foto: HennieTriana
Penjual Chou Doufu - foto: HennieTriana
Aroma chou doufu (tahu busuk) tercium di mana-mana. Chou doufu adalah tahu yang dibuat dengan cara fermentasi dan diasinkan, yang menghasilkan aroma yang sangat tajam. Makanan ini sangat populer di Cina. Dulunya chou doufu merupakan kudapan murah yang tersedia di warung-warung dan pasar malam. Tetapi sekarang restoran juga menyajikan tahu busuk ini sebagai salah satu menu khas mereka.

Di Qiandeng, chou doufu sepertinya merupakan jajanan khas, dijual dengan cara menggoreng, kemudian disajikan dengan siraman saus di atasnya. Saya tidak mencobanya, karena masih belum biasa dengan aroma yang tajam menusuk. Menurut beberapa teman yang pernah mencoba, chou doufu ini sangat enak rasanya setelah digoreng.

Sudut kota Qiandeng - foto: HennieTriana
Sudut kota Qiandeng - foto: HennieTriana
Di desa kuno ini kami menikmati makan siang di salah satu warung yang terletak di pinggiran kanal. Rumah makan ini kami pilih, karena menampilkan menu makanan dengan gambar hidangannya. Ini adalah trik ampuh jika tidak mengerti aksara Cina. Makan di warung yang hanya menyediakan menu dengan tulisan tanpa gambar makanan, sementara mereka sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris, dan kita tidak mengerti bahasa mereka, maka harus siap jika makanan yang tersaji adalah menu yang salah.

 

Wisatawan kaukasia, atau bule hampir tidak tampak di kota kanal ini. Sepertinya hanya suami saya siang itu satu-satunya bule yang ada di Qiandeng. Maka kami pasrah, makan siang ditemani orang-orang yang berdiri di sekitar meja, menonton kami makan. Lebih tepat, menonton suami dan anak kami yang setengah bule. Betapa berkesannya jalan-jalan di Qiandeng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun