"Ayo bangun, Quinta," terdengar suara ibu membangunkan putrinya.
Quinta berusaha menarik selimut, ingin melanjutkan tidurnya. Tapi tiba-tiba ia sadar, hari ini bukan hari libur. Ia pun bergegas bangun, menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah.Â
"Ini bekalnya jangan lupa dibawa ya," ibu mengingatkan Quinta sambil menyiapkan teh manis untuk Ayah.
"Buburnya enak," gadis mungil itu terlihat lahap menyantap semangkuk kecil bubur kacang hijau yang dimasak Ibu kemarin. Masakan yang dibuat oleh ibu selalu enak  rasanya.
"Bekalnya nasi goreng ya Bu?" tanyanya.
Ibu mengangguk sambil tersenyum. Berharap bekal yang disiapkannya di tempat makan mungil itu cukup mengganjal perut gadis kecilnya. Ia tidak mampu memberikan uang jajan. Lagian menyantap masakan dari rumah lebih terjamin kebersihannya, selain menghemat biaya hidup mereka sehari-hari.
Quinta pamit sambil memberi salam pada Ibu dan Ayah.
Temannya, Lili yang tinggalnya hanya berjarak 4 rumah telah memanggilnya dari depan pintu.
Dua gadis kecil itu berjalan riang dengan seragam dan tas sekolahnya. Terlihat mereka tertawa-tawa di pagi yang sejuk itu.
Di jalanan mulai banyak terlihat anak-anak yang menuju sekolahnya. Jalanan desa selalu ramai di pagi hari seperti ini. Sebagian anak-anak mendahului dengan sepeda mereka.
Dua puluh menit berjalan kaki, akhirnya kedua gadis kecil itu tiba di gerbang sekolah mereka. Salah satu Sekolah Dasar yang ada di desa mereka. Bangunannya biasa saja, tidak nampak mewah seperti sekolah di kota, tetapi nampak teduh karena banyak pohon-pohon di halaman sekolah.Â