"Kalau banyak es yang terjual nanti uangnya bisa ditabung. Aku mau sekolah yang tinggi di kota. Aku ingin menjadi guru,"Quinta berkata dengan mata berbinar.
Kedua gadis cantik itu tertawa bersama.
***
"Bu, nanti kalau aku jadi guru, aku mau seperti Bu Siska. Ibu guru kesayanganku," sambil berbaring di tempat tidur Quinta berkata pada ibunya yang sedang memasukkan tumpukan baju yang sudah diseterikanya tadi.
"Besok Bu Siska mengajar. Aku suka kalau Bu Siska bercerita di kelas," lanjut Quinta menceritakan guru Bahasa Indonesia di sekolahnya.
Bu Siska memang disukai murid-muridnya. Beliau selalu menyelipkan cerita-cerita jika sedang mengajar. Tidak hanya cerita yang berhubungan dengan pelajaran sekolah, Bu Siska juga sering menceritakan keindahan tempat-tempat di tanah air. Anak-anak selalu tertarik mendengarkannya.
"Makanya kamu harus rajin belajar, biar naik kelas dan bisa sekolah tinggi seperti cita-citamu," ibu menyahut.
"Nanti kalau aku sudah jadi guru, Ibu nggak perlu lagi jualan es," Quinta melanjutkan celotehnya.
"Iya, ibu akan selalu doakan kamu. Biar belajarnya tetap semangat," ibu menjawab sambil mengingatkan Quira untuk segera tidur.
Ibu beranjak meninggalkan kamar tidur putrinya. Matanya berkaca-kaca, terharu.
"Semoga cita-cita muliamu tercapai, putri cantikku," gumam ibu dalam hati.