Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Hallstatt, Desa Romantis di Austria yang Kewalahan dengan Ulah Wisatawan

28 Januari 2020   05:40 Diperbarui: 28 Januari 2020   16:45 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hallstatt - dok. HennieTriana

Memanfaatkan waktu ketika anak kami sedang mengikuti darmawisata dari sekolahnya, maka kami berdua pergi berlibur juga. Setelah anak-anak berangkat meninggalkan sekolahnya, kami pun melanjutkan perjalanan ke Austria juga, tentu ke kota tujuan yang berbeda.

Sampai hari ini salju di tempat kami bisa dikatakan tidak ada. Jika pun turun hanya tipis-tipis saja, siangnya sudah mencair.

Maka untuk melakukan aktivitas main ski, pilihan terdekat adalah ke negara tetangga di Austria dan Swiss. 

Di negara Jerman ada juga wilayah di negara bagian Bavaria (yang ibukotanya Munich) sebagai kawasan main ski, sayangnya tahun ini salju juga tidak terlalu banyak.

Rumah penduduk - dok. HennieTriana
Rumah penduduk - dok. HennieTriana

Hallstatt

Kami mampir ke desa cantik Hallstatt. Dengan mengendarai mobil dari kota Salzburg bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan.

Desa ini benar-benar kecil dengan jumlah penduduk kurang dari 800 jiwa, panjang wilayahnya hanya 13 km dan lebar 9 km.

Letaknya di antara gunung dan tepian danau, indah dihiasi rumah-rumah Fachwerk, dengan warna-warna pastel dan atap sirapnya. 

Desa indah ini juga terkenal dengan tambang garamnya sejak 7000 tahun yang lalu, dan merupakan tambang garam tertua di dunia. 

Menyusuri jalanan desa ini di musim dingin yang berangin betul-betul membuat badan menggigil, kedua pipi terasa beku karena terpaan angin yang menusuk sampai ke tulang.

Sepanjang jalan pinggiran danau terlihat tumpukan salju yang mulai mengeras. Gunung di sekitarnya diselimuti salju yang tidak terlalu tebal, masih terlihat belum putih seluruh permukaannya.

Kucing di atas pohon - dok. HennieTriana
Kucing di atas pohon - dok. HennieTriana

Digemari wisatawan Asia

Desa ini mulai dijadikan salah satu tujuan utama wisata ketika masuk dalam acara televisi "Spring Watch" di Korea Selatan. Hallstatt kemudian mulai dikenal dan digemari rombongan wisatawan Asia.

Hallstatt semakin dikenal lagi, khususnya dari Cina setelah tahun 2011. Seorang taipan pertambangan Cina menghabiskan uang sebanyak 1,3 miliar Dollar untuk membangun replika desa Hallstatt di Guangdong Selatan.

Ia benar-benar membuat desa Hallstatt tiruan di sana, desa yang terletak di antara gunung dan pinggiran danau, dengan bangunan rumah yang betul-betul mirip.

Warga Desa yang Kewalahan

Yang menarik adalah kabar yang beredar bahwa film animasi Disney, "Frozen 2" yang tayang tahun 2019 terinspirasi dari desa Hallstatt ini. Dikatakan bahwa menara Gereja yang menjadi ikon Hallstatt memiliki kesamaan dengan istana Elsa di film tersebut.

Setelah tayangnya film ini kunjungan wisatawan betul-betul melonjak, terutama rombongan wisatawan dari Asia.

Menurut penduduk desa ini mereka betul-betul terganggu, seperti tidak memiliki privasi lagi. 

Orang-orang yang mengunjungi tempat ini bertingkah layaknya mereka sedang berada di satu taman hiburan, mengambil foto dan berpose sembarangan di sekitar rumah-rumah penduduk.

Saat kami sedang berjalan-jalan itu terlihat banyak bus pariwisata yang bergantian parkir dan mengantar jemput penumpang. Di jendela-jendela dan depan rumah penduduk tertempel stiker "No Photo" dengan gambar kamera dan ponsel yang disilang.

Mereka tidak bisa lagi duduk santai di teras rumah karena banyaknya pengunjung dan sembarangan memotret.

Menara gereja - dok. HennieTriana
Menara gereja - dok. HennieTriana

Untuk membatasi jumlah pengunjung, sejak bulan Mei tahun lalu pemerintah daerah telah membuat aturan baru. Hanya bus pariwisata yang telah mendaftar terlebih dahulu yang diizinkan memasuki Hallstatt.

Waktu kunjung minimal adalah 150 menit. Langkah tersebut bisa mengurangi jumlah kunjungan wisatawan paling tidak sekitar sepertiganya. 

Hallstatt yang romantis ini masuk daftar situs warisan alam dan budaya oleh UNESCO pada tahun 1997. 

Berjalan-jalan di Hallstatt  seperti sedang menyusuri negeri dongeng yang dulu, ketika masih kecil hanya bisa saya nikmati di majalah dan buku cerita.

-------

Hennie Triana Oberst
Deutschland 27.01.2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun