Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Benarkah Liburan Tanpa Pasangan akan Menyehatkan Hubungan Cinta?

6 Januari 2020   17:33 Diperbarui: 6 Januari 2020   19:40 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by ELEVATE from Pexels

Bepergian tanpa pasangan bukanlah hal yang sulit dilakukan jika kita belum terikat pernikahan. Tetapi bagaimana jika kita telah menikah, hidup bersama, ditambah lagi telah dikaruniai anak. Kebanyakan dari kita tentu mengutamakan pergi liburan bersama keluarga.

Seorang teman saya setiap tahunnya selalu pergi berlibur dengan teman-temannya semasa masih kuliah dulu. Sejak masih sendiri dan sekarang masing-masing telah memiliki keluarga sendiri. Mereka selalu pergi bersama tanpa membawa anak dan istri masing-masing.

Ia mengatakan, ada petualangan yang lebih gampang ia lakukan dengan teman-temannya. Jika membawa istri dan anak-anak, tentu mereka harus memikirkan kenyamanan anak dan istri mereka.

Salah seorang tetangga saya punya hobi mancing. Ia juga merupakan pengurus salah satu klub pancing di wilayah tempat kami. Setiap tahunnya mereka pergi memancing ke negara lain. Ke Norwegia contohnya, biasanya mereka pergi sekitar seminggu hingga 10 hari. Istrinya tidak suka kegiatan ini, dan tidak ingin ikut bergabung bersama suami dan teman-temannya. 

Begitu juga suami saya. Hampir setiap tahun ia pergi liburan main ski dengan teman-temannya. Awalnya memang ia menanyakan apakah saya keberatan. Tapi saya tidak punya alasan untuk tidak membolehkannya. Kegiatan yang sudah dilakukannya bertahun-tahun lalu sebelum kami saling mengenal.

Bagaimana dengan wanita? Bagi wanita yang masih memiliki anak kecil, kemungkinan harus menunggu hingga anak lebih mandiri.

Sebagai ibu tentu akan berat rasanya meninggalkan anak beberapa hari. Rasa khawatir pasti ada. Tetapi di rumah ada ayahnya, yang pasti bisa diandalkan untuk mengurus anak-anak.

Perjalanan pertama bisa direncanakan misalnya melewati akhir minggu saja. Sehingga suami tidak perlu terlalu lama mengambil jatah cuti kerjanya.

Satu kali dalam setahun, atau satu kali tiap dua tahun, terserah berapa seringnya, liburan bersama teman tanpa pasangan dan anak bisa dicoba.

Memberi ruang pada pasangan, untuk menikmati waktunya sendiri, bersenang-senang dengan teman-temannya.

Tetapi bagaimana bila pasangan berbeda keinginan dan pandangan. Satu menginginkan selalu bersama-sama kemanapun pergi, yang lainnya tidak. Pertengkaran bisa saja terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun