Dengan begitu, orang yang tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu makin tahu serta makin mengerti dan memahami ajaran agama berdasarkan Kitab Sucinya.
Sebagaimana sudah saya kemukakan pada artikel lain yang terkait dengan ini, bahwa keyakinan akan kebenaran suatu agama hanya dapat dijelaskan oleh agama itu sendiri dan oleh orang yang mengimani agama itu.
Keyakinan akan kebenaran Alkitab hanya dapat dijelaskan oleh Alkitab itu sendiri dan orang yang mengimani apa yang tertulis di dalam Alkitab. Demikian pula, keyakinan akan kebenaran Alquran hanya dapat dijelaskan oleh Alquran itu sendiri dan orang yang mengimani apa yang tertulis di dalam Alquran.
Ketika Alkitab itu dipercakapkan dari sudut pandang Alquran oleh orang yang tidak beriman Kristen atau tidak lagi beragama Kristen dan itu dipublikasikan menjadi konsumsi publik dan apa yang disampaikan itu bertentangan atau tidak sesuai dengan apa yang diajarkan dalam keyakinan agama Kristen, maka pergesekan bahkan perlawanan akan hal itu tidak terhindari.
Demikian juga sebaliknya. Ketika Alquran dipandang dari sudut pandang Alkitab oleh orang yang tidak beriman Islam atau tidak lagi beragama Islam dan itu dipublikasikan menjadi konsumsi publik dan apa yang disampaikan itu bertentangan atau tidak sesuai dengan apa yang diajarkan dalam keyakinan agama Islam, maka pergesekan bahkan perlawanan akan hal itu pun tidak terhindari.
Namanya agama, itu berbasis iman; percaya; yakin. Membahas isi Kitab Suci tidak dapat dilepaskan dari subjektivitas beriman atau tidak beriman terhadap Kitab Suci tersebut. Tanpa iman, Kitab Suci hanyalah sebuah buku ilmu pengetahuan, bukan ilmu kehidupan di dunia dan di akhirat.
Adalah hak setiap agama untuk menguatkan iman umatnya dengan berbagai cara. Akan tetapi, bila itu sudah terkait dengan agama lain atau Kitab Suci agama lain, maka sebaiknya itu menjadi percakapan dalam lingkup komunitas agama itu sendiri.
Kalau publikasi tersebut dimaksudkan untuk menarik hati penganut agama lain, maka saya kira adalah keliru bila itu dilakukan dengan menghina dan menertawakan suatu agama dengan maksud supaya penganut agama itu meninggalkan agamanya.
Perhatikanlah para penjual di pasar. Mereka menyebutkan harga dan kualitas dagangannya. Mana ada penjual di pasar berteriak-teriak dengan maksud agar orang membeli jualannya dengan berkata: "Pedagang di sebelah jualannya busuk!". Pasti terjadi konflik di situ.
Kalau pun mau menggunakan metode menjatuhkan pedagang lainnya, dia tidak melakukannya dengan berteriak hingga didengar oleh pedagang lain, tetapi berbisik, "Bu, jangan beli ikan di situ. Ikannya busuk". Itu lebih dapat menarik langganan orang lain.
Tentu saya tidak menyarankan metode itu. Itu hanya contoh, bahwa jika ingin menjual, sampaikan kualitas jualan Anda. Itu jauh lebih dapat menarik minat pembeli. Apalagi bila Anda menyampaikan dengan cara yang baik dan tutur kata yang sopan. Itu lebih simpatik lagi.