Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

BPJS Bukan untuk Sakit Tetapi untuk Membantu yang Sakit

31 Agustus 2019   07:33 Diperbarui: 2 November 2019   04:58 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: southshorehealth.org

Itu prinsip ber-BPJS saya. BPJS bukan untuk saya sakit, tetapi untuk membantu mereka yang sedang sakit.

Memang tidak seberapa jumlahnya. Namun, kiranya itu dapat ikut membantu mereka yang sedang memerlukannya, yakni mereka yang saat ini sedang sakit dan membutuhkan topangan biaya pengobatan melalui bantuan dana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Lalu, bagaimana kalau tidak pernah sakit tapi saya terus membayar iuran dengan setia, rugikah? Di mana ruginya? Bukankah justru adalah lebih baik bila kita sama sekali tidak pernah menggunakannya? Dengan demikian, puji Tuhan, kita tidak menjadi sakit karena memiliki BPJS.

Uang itu, yang kita bayarkan setiap bulan sebagai iuran wajib peserta BPJS, sama sekali tidak terbuang percuma bahkan tidak mendatangkan kerugian apa pun bila kita sendiri tidak sakit, sebaliknya uang itu telah menjadi berkat bagi banyak orang.

Uang itu menjadi uang yang penuh manfaat, karena uang itu telah berarti bagi kehidupan manusia. Bahkan, uang itu mungkin lebih bermanfaat daripada uang yang saya gunakan bagi diri saya sendiri.

Saya tidak ber-BPJS untuk sakit, sebab saya tidak berharap besok saya sakit. Bukan juga untuk "nanti saya sakit". Mengapa menantikan sakit? Maka, jangan bertanya kalau di kemudian hari benar-benar sakit. Bukankah sakit itu sudah dinantikan jauh hari sebelumnya?

Berharaplah yang baik bukan yang buruk! Berharaplah, bahwa Anda ber-BPJS bukan untuk yang buruk, tetapi untuk yang baik! Nantikanlah yang baik!

Kalau pun di hari esok saya mengalami sakit, itu adalah keputusan Tuhan yang harus saya jalani, entah karena kesalahan saya sendiri atau karena murni dari-Nya sebagai bagian dari seluruh rencana-Nya atas hidup saya.

Bukan sakit yang harus saya siapkan, tetapi hati saya yang harus saya siapkan untuk menerima kenyataan apa pun di depan sana. Baik atau buruk, yang harus saya siapkan adalah kerelaan hati menerimanya. Itulah yang saya sebut "kita perlu daya tahan hati" [Senandika 17-21].

hep@kompasiana
hep@kompasiana
Yang harus kita khawatirkan adalah bila kita melakukan yang jahat, sebab hal baik atau jahat punya upahnya masing-masing. Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita tuai. Takkan lari tuaian dari taburan. Hanya soal waktu saja.

Lalu, mengapa ada kekhawatiran bila melakukan yang baik? Bukankah bila menabur yang baik akan menuai yang baik pula?

BPJS dan sejenisnya adalah salah satu alat di tangan Tuhan untuk mendidik kita hidup tidak hanya bagi diri kita sendiri tetapi juga bagi orang lain. Hidup untuk peduli. Hidup untuk mengasihi orang lain dengan tulus. Pada saat yang sama, Ia hendak menjadikan kita manusia-manusia yang memiliki dan memberi arti bagi kehidupan.

Mungkin ada yang berkata, orang berduit kali bisa ngomong begitu!

Sejak Januari 2015 saya memutuskan untuk melakukan pelayanan yang tidak terikat hanya pada satu lembaga gereja atau tidak lagi menjadi pegawai organik suatu lembaga gereja tertentu melainkan freelance atau pelayanan umum.

Otomatis sejak itu saya tidak bergaji lagi. Saya pernah menulis hal ini dalam artikel Hidup Tanpa Gaji. Lalu, bagaimana pembayaran BPJS saya? Bisa lancarkah? Sampai bulan ini, OK. Bulan depan? Belumlah! Hari ini 'kan masih Agustus. Lagi pula, belum tentu saya masih hidup di bulan September, ya, kan? #smile

Pembayaran iuran BPJS saya memang pernah mengalami kemacetan cukup lama, tetapi itu dikarenakan miscommunication dengan kakak saya. Entah bagaimana, dia lupa dan terbiar tanpa sepengetahuan saya sampai akhirnya saya terkejut kala mendapat pemberitahuan dari pihak BPJS, bahwa saya punya tunggakan dan jumlahnya tak kecil karena sudah menumpuk.

Lagi-lagi, puji Tuhan, dengan pertolongan Tuhan, itu terlunasi dan sejak itu hingga bulan ini pembayaran berlangsung lancar. Dan, selama memiliki BPJS, saya menggunakannya satu kali di awal memilikinya. Setelah itu, sampai detik ini, saya belum pernah menggunakannya lagi.

Saya mulai memiliki BPJS pada Januari 2014. Ketika itu saya membayar iuran BPJS Kelas I Rp59.500. Lalu, sejak 1 April 2016 naik menjadi Rp80.000. Dan. rencananya akan naik lagi menjadi Rp160.000 per 1 Januari 2020.

gambar: medcom.id
gambar: medcom.id
Banyak keluhan perihal rencana kenaikan iuran BPJS. Sebagai orang yang tidak bergaji, saya amat memahami keluhan itu. Akan tetapi, kalau boleh, janganlah menyikapi segala sesuatunya dengan hanya mengeluh. 

Pemerintah wajib memperbaiki kinerja BPJS dan memang perlu pengkajian yang matang untuk menaikkan iuran ini. Namun, marilah juga kita belajar bersyukur, bahwa dalam segala kekurangan dan kelemahan praktik pelayanan BPJS, banyak orang telah terbantukan karenanya.

Kalau Anda menanggung pembayaran iuran BPJS untuk keluarga, lakukanlah itu dengan prinsip yang sama, yakni bukan untuk keluarga Anda menjadi sakit di kemudian hari, tetapi untuk membantu keluarga lain yang sedang membutuhkannya.

Percayalah, Tuhan tahu membalas perbuatan baik tanpa perlu kita menuntut balasan dari-Nya dan Ia punya banyak cara untuk menolong kita, bahkan Ia sanggup membuat kekuatiran Anda tidak terbukti.

Lakukanlah yang baik, maka Anda layak menantikan yang baik.

Salam. HEP.-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun