Tidak lama setelah Columbus berbicara, bulan perlahan-lahan menjadi gelap. Melihat itu, penduduk asli Jamaica menjadi sangat ketakutan. Mereka pun percaya, bahwa tuhannya Columbus benar-benar marah kepada mereka.
Ketakutan itu dituliskan oleh Ferdinand, putra Columbus, yang mengikuti perjalanan ayahnya saat ia berusia 13 tahun:Â
"... dengan raungan dan ratapan hebat mereka datang berlarian dari segala arah ke kapal, sarat dengan perbekalan, berdoa kepada Laksamana (= Columbus) untuk menjadi perantara kepada tuhan, agar dia tidak mendatangkan amarahnya atas mereka ..."
Seluruh penduduk berlarian membawa apa saja yang diperlukan oleh Columbus dan meminta Columbus untuk memohon kepada tuhannya agar kiranya tuhan Columbus mau mengampuni mereka dan tidak mengambil bulan dari mereka.
Columbus menyetujui permintaan mereka. Columbus meminta waktu untuk sendirian saja di gubuk guna membicarakan perkara itu dengan tuhannya.
Padahal Columbus tidak melakukan apa pun di dalam gubuk itu, kecuali memandangi jam pasir miliknya. Sebab, dari almanak Regiomontanus, Columbus tahu bahwa gerhana bulan itu akan berlangsung selama kurang lebih 48 menit.Â
Mendekati menit ke-48, Columbus ke luar dari gubuk menemui para pemimpin suku dan seluruh penduduk pulau yang telah berkumpul ketakutan menanti hasil pertemuan Columbus dan tuhannya.
Kepada mereka Columbus berkata, bahwa ia telah meminta tuhannya mengampuni mereka dan tuhannya menyetujuinya. Begitu Columbus selesai berbicara, bulan mulai terlihat muncul kembali.
Sejak itu, Columbus dan krunya hidup berkecukupan hingga tiba waktu meninggalkan pulau itu (Juni 1504) mereka berangkat dengan kapal-kapal yang dipenuhi dengan perbekalan yang melimpah.Â
Salam. HEP.-