Tanpa sadar, pada saat yang sama kita menuding Tuhan tidak pakai otak. Asal bertindak tanpa pikir. Seolah Tuhan tidak tahu kalau anak-anak masih kecil dan masih bergantung sepenuhnya kepada kita.
Sungguh, adalah suatu bahaya yang tidak disadari adalah ketika manusia menganggap diri lebih tahu dari Penciptanya apalagi lebih tahu apa yang baik dan apa yang jahat.
Kedua: Seolah Tuhan tidak punya perasaan! Mengapa Tuhan membiarkan anak-anak itu tanpa ayah atau/dan ibu lagi? Dengan pandangan ini, secara tidak langsung, pada saat yang sama, kita mengecam Tuhan seolah Tuhan tidak punya perasaan.
Bagaimana mungkin? Sementara anak-anak itu Dia-lah yang berikan. Dia yang ciptakan. Kalau kita saja manusia yang tahu berbuat jahat bisa punya rasa kasihan kepada anak-anak yang masih kecil apalagi Tuhan!
Kasih yang kita punyai hanya secuil dari kasih yang Ia punyai. Kasih-Nya sempurna. Kebaikan yang kita punyai tidak ada apa-apanya dari kesempurnaan kebaikan yang ada pada-Nya.
Kalau kita saja manusia bisa mikir bagaimana anak-anak apalagi Tuhan. Apakah Tuhan tidak tahu anak-anak tidak ada ayah atau ibunya lagi? Manusia saja tahu itu apalagi Dia.
Jika Tuhan mengambil kita dari anak-anak, itu berarti Ia telah memikirkan apa yang Ia akan kerjakan selanjutnya untuk anak-anak kita. Tuhan punya cara untuk menyediakan orang-orang yang akan mengasihi anak-anak kita.
Iman itulah yang harus dipunyai oleh semua orangtua. Dengan demikian, orangtua tidak menaruh harap semata-mata pada manusia, tetapi pertama-tama dan terutama kepada Tuhan.
Tuhan-lah yang menciptakan anak-anak menjadi pemberian-Nya untuk kita sehingga menjadikan kita adalah orangtua mereka.
Tanpa Tuhan memberikan mereka kepada kita, kita tidak akan pernah disebut orangtua. Tanpa Tuhan menganugerahkan anak-anak kepada kita, maka kita hanya akan menjadi orang tua tetapi bukan orangtua.
Berat? Ya, paham, sebab kasih orangtua kepada anak bisa melampaui kasih terhadap dirinya sendiri. Akan tetapi, ada hal mendasar yang harus pula kita insafi, bahwa kita bukan pemilik dan penguasa yang sesungguhnya atas anak-anak kita.