Majelis itu menemui Pak Pendeta untuk menyampaikan maksud Minoy. Pak Pendeta pun ke luar ruangan menemui Minoy dan berkata,
"Jangan kuatir, Pak Minoy. Uang Bapak tiba di Tuhan Rp. 2.000,-. Tidak lebih dari itu. Manusia tahunya itu adalah Rp. 20.000,-, tetapi yang tiba kepada-Nya adalah Rp. 2.000,-. Itulah maksud hati Bapak, maka itu pula yang tiba kepada-Nya."
Demikian pula halnya dengan suatu doa. Kita bisa salah mengucap doa, tetapi Tuhan tahu apa yang ada di hati dan pikiran kita. Ia Mahatahu. Ia Mahasempurna. Tidak ada yang tersembunyi bagi Dia.
Kita mungkin salah berdoa tetapi Tuhan tidak pernah salah menjawab doa kita, sebab Ia tahu apa yang terbaik bagi kita.
Hakikat Doa
Doa adalah komunikasi pribadi manusia dan Tuhan. Ditujukan kepada Tuhan. Untuk didengar oleh Tuhan. Tidak ada pribadi lain yang kepadanya doa itu ditujukan selain Tuhan dan tidak ada pendengar lain yang kepadanya doa itu dimaksudkan untuk didengar selain Tuhan pula.
Singkatnya, entah doa itu adalah doa pribadi ataupun doa umat, alamat tujuan doa adalah Tuhan dan pendengar doa adalah Tuhan. Tidak ada yang lain selain itu.
Oleh sebab itu, pada hakikatnya doa sama sekali tidak memerlukan telinga manusia. Doa hanya memerlukan telinga Tuhan. Sebab, doa adalah privat connection antara manusia dan Tuhannya dan privat communication dari manusia kepada Tuhannya.
Doa Bersama
Akan tetapi, ada ucapan doa yang harus tertangkap pendengaran telinga manusia lain, yakni ketika doa itu mau dijadikan doa bersama, misalnya, doa bersama dari dua orang, keluarga, umat atau jemaat atau jemaah, dan lainnya.
Suara pemimpin doa harus bisa didengar oleh orang yang ikut berdoa pada saat itu. Bukan berarti, bahwa doa itu ditujukan untuk mereka, melainkan untuk menjadikan mereka juga adalah pemohon doa itu sehingga doa itu dapat disebut doa bersama.