Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Kita Salah Berdoa

6 Februari 2019   19:04 Diperbarui: 7 Februari 2019   11:05 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
images.wallpaperscraft

Kita mungkin salah berdoa, tetapi Tuhan tidak pernah salah menjawab doa kita.

Minoy dan Rp. 2.000,-

Suatu ketika Minoy hendak beribadah Minggu di sebuah Gereja yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Waktu ibadah sudah dekat.

Sambil berjalan dengan langkah cepat menuju ke gereja, Minoy berpikir keras. Pasalnya, sisa uang Minoy adalah Rp. 22.000,- terdiri dari selembar uang dua puluh ribu dan selembar uang dua ribu. Minoy memisahkan dua uang lembaran itu.

Setahu Minoy, lembaran Rp. 2.000,- ia masukan ke dalam saku celana sebelah kanan dan uang lembaran Rp. 20.000,- ke dalam saku sebelah kiri. Dengan maksud, Rp. 2.000,- itu untuk persembahan.

Khusyuk Minoy beribadah. Tibalah saat memberi persembahan. Sambil serius bernyanyi mengikuti nyanyian persembahan jemaat, Minoy merogoh uang lembaran dari saku sebelah kanan celananya.

Dengan sedikit meremas, uang itu Minoy kepal dalam genggamannya, mengeluarkan dari sakunya, dan langsung memasukkannya ke dalam pundi persembahan.

Ketika ibadah selesai dan saat hendak mampir membeli rokok di warung, Minoy terkejut. Ternyata, uang yang ia masukan ke dalam pundi persembahan adalah lembaran Rp. 20.000,- bukan Rp. 2.000,-!!

Bergegas Minoy kembali ke gedung gereja dan langsung menuju ruang konsistori di mana Majelis Jemaat masih berkumpul. Ia memberi kode memanggil kepada salah satu Majelis. Majelis itu mendekati Minoy.

Minoy berbisik kepadanya, "Pak, maaf, tadi saya salah ngasih duit persembahan. Maksudnya, Rp. 2.000,-, tetapi tadi saya masukan Rp. 20.000,-. Saya mau minta kembaliannya, Rp. 18.000,-"

Majelis itu menemui Pak Pendeta untuk menyampaikan maksud Minoy. Pak Pendeta pun ke luar ruangan menemui Minoy dan berkata,

"Jangan kuatir, Pak Minoy. Uang Bapak tiba di Tuhan Rp. 2.000,-. Tidak lebih dari itu. Manusia tahunya itu adalah Rp. 20.000,-, tetapi yang tiba kepada-Nya adalah Rp. 2.000,-. Itulah maksud hati Bapak, maka itu pula yang tiba kepada-Nya."

Demikian pula halnya dengan suatu doa. Kita bisa salah mengucap doa, tetapi Tuhan tahu apa yang ada di hati dan pikiran kita. Ia Mahatahu. Ia Mahasempurna. Tidak ada yang tersembunyi bagi Dia.

Kita mungkin salah berdoa tetapi Tuhan tidak pernah salah menjawab doa kita, sebab Ia tahu apa yang terbaik bagi kita.

Hakikat Doa

Doa adalah komunikasi pribadi manusia dan Tuhan. Ditujukan kepada Tuhan. Untuk didengar oleh Tuhan. Tidak ada pribadi lain yang kepadanya doa itu ditujukan selain Tuhan dan tidak ada pendengar lain yang kepadanya doa itu dimaksudkan untuk didengar selain Tuhan pula.

Singkatnya, entah doa itu adalah doa pribadi ataupun doa umat, alamat tujuan doa adalah Tuhan dan pendengar doa adalah Tuhan. Tidak ada yang lain selain itu.

Oleh sebab itu, pada hakikatnya doa sama sekali tidak memerlukan telinga manusia. Doa hanya memerlukan telinga Tuhan. Sebab, doa adalah privat connection antara manusia dan Tuhannya dan privat communication dari manusia kepada Tuhannya.

Doa Bersama

Akan tetapi, ada ucapan doa yang harus tertangkap pendengaran telinga manusia lain, yakni ketika doa itu mau dijadikan doa bersama, misalnya, doa bersama dari dua orang, keluarga, umat atau jemaat atau jemaah, dan lainnya.

Suara pemimpin doa harus bisa didengar oleh orang yang ikut berdoa pada saat itu. Bukan berarti, bahwa doa itu ditujukan untuk mereka, melainkan untuk menjadikan mereka juga adalah pemohon doa itu sehingga doa itu dapat disebut doa bersama.

Sebab, sebuah doa hanya dapat disebut "doa bersama" bila doa itu disepakati oleh dua orang atau lebih. Atau, doa bersama adalah doa yang dimohonkan oleh lebih dari satu orang. Tanpa kesepakatan orang lain akan suatu doa, maka doa itu bukanlah doa bersama, melainkan doa pribadi.

Namun, bagaimana orang lain menyepakati sebuah doa, bila ia tidak mendengar doa apa yang hendak disepakati itu? Oleh karena itulah, kata-kata yang diucapkan oleh pemimpin doa harus bisa tertangkap telinga orang-orang yang ikut berdoa bersamanya untuk diaminkan bersama.

Kesepakatan itu disahkan dengan kata 'amin'. Karena pembaca terdiri dari berbagai agama, maka kita pakai pengertian KBBI saja, bahwa kata 'amin' artinya "terimalah; kabulkanlah; demikianlah hendaknya".

Ketika kita berkata 'amin', maka itu berarti kita bersepakat dengan apa yang diucapkan oleh pemimpin doa dan dengan demikian, kita menjadikan diri kita juga adalah pemohon doa tersebut.

Doa bersama bukan lagi doaku, melainkan doa kita. 'Kita' dalam sebuah doa bersama adalah orang-orang yang turut mengaminkan doa itu. Doa yang diaminkan oleh 'kita' menjadi "doa kami kepada Tuhan".

Siapa yang mengaminkan ucapan doa itu, maka dia terhisab ke dalam "doa kami" itu. Yang tidak mengaminkan ucapan doa si pemimpin doa, ia tidak termasuk di dalamnya. Ia dapat berkata, itu doa mereka bukan doa saya.

Jadi, suara si pemimpin doa harus jelas terdengar telinga semua orang yang ikut dalam doa bersama itu. Dan sebaliknya, semua yang ada dalam suatu doa bersama harus menyimak dengan baik doa yang diucapkan oleh si pemimpin doa. 

Jangan tidur! Atau, menghayal apalagi mengutak-atik gawai. Doa bersama bukanlah jam istirahat.

Simak dengan baik setiap kata dan rangkaian kata demi kata si pemimpin doa untuk Anda mengaminkannya atau tidak. Anda dapat mengaminkan itu di dalam hati atau di bibir dengan volume suara secukupnya. Sebab, doa itu masih sedang berlangsung.

Mengaminkan doa dengan suara yang keras bisa mengganggu konsentrasi orang lain yang juga sedang menyimak doa yang masih sementara diucapkan oleh pemimpin doa.

Satu hal lain yang juga perlu dipahami, bahwa doa bersama adalah waktu untuk doa bersama bukan waktu untuk doa pribadi.

Namun, ada orang yang ketika pemimpin doa sedang mengucapkan doa, ia malah berdoa pribadi yang tidak ada kaitannya dengan doa yang diucapkan oleh si pemimpin doa. Padahal, kehadiran kita dalam sebuah doa bersama adalah untuk mengaminkan doa yang diucapkan oleh pemimpin doa sehingga doa itu menjadi doa bersama.

Telinga tertuju kepada ucapan doa si pemimpin doa dengan hati dan pikiran yang terarah sepenuhnya pada Tuhan. Doa yang didengar dari ucapan si pemimpin doa diaminkan oleh umat dan bersama-sama doa itu diarahkan kepada Tuhan.

Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang pasif dalam doa bersama. Semua sama-sama fokus berdoa kepada Tuhan dalam satu doa bersama. Maka, doa itu menjadi doa kita bersama dan kepada Tuhan menjadi "Inilah doa kami kepada-Mu, ya Tuhan".

Lalu, Bagaimana Bila Salah Berdoa?

Salah menyebut kata atau, misalnya, salah menyebut nama seseorang dalam sebuah doa adalah bukan hal yang langka di dunia ini. Saya cukup yakin, bahwa ada banyak pemimpin umat yang pernah salah menyebut nama seseorang di dalam doanya.

Saya sendiri pernah mendengar pelayan Tuhan salah menyebut nama dalam doanya. Bahkan, mungkin, saya pun pernah melakukannya, tetapi saya lupa, sebab telah 22 tahun ini kerjaan saya salah satunya adalah mendoakan orang sehingga saya tidak dapat lagi mengingatnya secara pasti.

Pertanyaannya adalah salahkah? Salah apanya dulu? Salah kata, iya! Namun ingat, doa adalah komunikasi manusia dengan Tuhan Yang Mahatahu!

Sama seperti contoh kisah Minoy di awal tulisan ini. Minoy maunya Rp. 2.000,- saja. Namun, ia salah memasukkan uang. Yang ia masukan Rp. 20.000,-. Maka, yang tiba di Tuhan adalah apa yang diketahui Tuhan adalah maksud yang sesungguhnya dari Minoy.

Jadi, jangan kuatir, bahwa kekeliruan kata-kata manusia dalam doanya akan menjadi kekeliruan Tuhan dalam memahami sebuah doa. Apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh si pendoa, itulah yang sampai kepada-Nya.

Lalu, bagaimana dengan orang yang ikut dalam doa bersama, bilamana pemimpin doa salah mengucap kata atau kalimat doanya tidak sesuai dengan hati nurani?

Oleh sebab itulah, penting di sini untuk mendengar atau menyimak dengan baik ucapan doa si pemimpin doa.

Ketika sedang berdoa, pikiran jangan ke mana-mana. Lalu, amin-amin saja tanpa tahu apa yang diaminkan. Jikalau Anda mengaminkan salah kata itu, maka itu artinya, bukan si pemimpin doa saja yang salah kata, tetapi Anda pula salah amin.

Nah, kalau semua sudah salah, yakni salah kata dan salah amin, apa yang terjadi dengan doa itu?

Pertanyaan itu saya jawab dengan pertanyaan: kalau manusia sudah salah kata dan salah amin, apakah itu berarti Tuhan juga salah terima sehingga salah menjawab suatu doa?

Jangan pernah kuatir dengan doa! Sebab, doa adalah dari manusia kepada Tuhan Yang Mahatahu dan Mahabijaksana bukan dari manusia kepada manusia. 

Jangankan salah kata, bahkan sekalipun itu adalah doa kutukan, tidak berarti itu akan dijawab mentah-mentah oleh Tuhan seturut mau si pengutuk.

Tuhan ikut kita atau kita ikut Tuhan?

Sebab, apa yang baik dalam pandangan kita, belum tentu itu juga baik dalam pandangan Tuhan. Akan tetapi, apa yang baik dalam pandangan Tuhan pasti baik bagi kita.

Kesalahan sebuah kata dalam doa bukan berarti kesalahan Tuhan dalam memahami maksud sebuah doa.

Kita mungkin salah dalam berdoa, tetapi Tuhan tidak akan pernah salah menjawab doa kita. Sebab, Ia tahu apa yang tepat dan terbaik bagi kita. Ia akan memberikan yang baik bukan yang jahat. Maka, tetaplah berdoa. 

Salam. HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun