Bertemu Mas Giri Lumakto, yang dari tampangnya saja sudah "digital" alias "smart looking". Tanpa melihat tulisannya, pintarnya sudah terlihat :-D Beliau adalah peraih penghargaan Kompasiana Awards 2018 Kategori Kompasiana of The Year 2018. Selamat, Mas Giri!
Bertemu "dokter" Bahasa Indonesia Kompasiana, Mas Khrisna Pabichara. Home Mas Khrisna selalu menjadi pencarian saya bila ingin menemukan sesuatu tentang penulisan bahasa Indonesia yang benar.
Beliau adalah peraih penghargaan Kompasiana Awards 2018 Kategori Best in Opinion. Selamat, ya, Mas Krisna!! Oya, menunggu buku terbaru tentang penemuan adanya sekitar 3.000-an penggunaan Bahasa Indonesia yang salah. Waow! Tak sabar.
Bertemu dokter benaran Posma Siahaan peraih penghargaan Kompasiana Awards 2018 Kategori Best in Specific Interest. Dokter Posma mengatakan, "Saya kira orang Spanyol, padahal orang Batak juga!" Sementara Pak Yon Bayu mengatakan, "Saya kira orang Cina." Hiks. Wong hitam asli Indonesia gini :-D Selamat, ya, Dok!
Bertemu Mbah Ukik dan isteri tercinta. Senang sekali. Beliau mendapat sekaligus dua penghargaan Kompasiana Awards 2018, yakni Best in Citizen Journalism dan People Choice. Waow! Selamat, ya, Mbah Ukik!  Dan, tentu saja selamat kepada Bapak Pepih Nugraha, penerima penghargaan Lifetime Achievement! Selamat, ya, Pak!Â
Sebagai orang yang baru pertama kali menghadiri Kompasianival, tentu ini hal yang spesial bagi saya bisa bertemu langsung dengan para penulis Kompasiana lainnya walau beberapa nama yang saya cari tidak sempat bertemu. Namun syukurlah, saya bisa bertemu dengan "The Manstaff"-nya Kompasiana, Edy Priyatna. Manstaff, Pak Edy!
Tidak hanya itu. Admin Kompasiana tidak ingin para Nomine pulang tanpa cendera. Saya menerima pesan dari Admin untuk mengambil hadiah bagi para Nomine.
Senang sekali. Kini sudah dua koleksi cendera dari Kompasiana yang saya simpan, yakni ketika menghadiri Syukuran HUT Kompasiana ke-10 dan Kompasianival 2018. Terima kasih, ya, Miiiin!
Setelah berpamitan dengan Mas Khrisna di pintu keluar, saya memilih naik taxi regular sebelum benar-benar pulang. Untuk apa? Saya lapar. Hiks. Kepada supir taxi saya minta diantar ke tempat makan yang masih buka jam segitu. Setelah makan, barulah saya memesan taxol pulang.
Sampai di rumah sudah hampir jam 02 dini hari. Saya masih harus berbenah menuju Bandara. Tak mau tidur lagi, takut bablas, mengingat sepanjang hari itu sangat melelahkan.