Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Begitu Ibu, Begitu Anak

24 Oktober 2018   17:47 Diperbarui: 29 Januari 2019   02:41 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atau "Like father, like son"; "Like mother, like daughter". 

  • Anak perempuan yang melihat ibunya adalah seorang perokok akan punya kecenderungan merokok pula. 
  • Anak laki-laki yang melihat ayahnya adalah seorang peminum minuman keras (miras) akan punya kecenderungan menjadi peminum miras pula.
  • Anak yang seringkali mendengar kata-kata kotor yang diucapkan ayah dan ibunya akan cenderung lincah juga mengucapkan caci maki di bibirnya.
  • Anak yang sering mendengar ibunya menghina orang akan juga bisa menghina orang.
  • Anak yang seringkali mendengar ayah atau ibunya lihai berbohong akan pandai pula berbohong.
  • Anak yang seringkai mendengar ayah atau ibunya bercakap meninggikan diri akan cenderung juga meninggikan dirinya dari orang lain.
  • Anak yang melihat kemesraan ayahnya dengan perempuan yang bukan ibunya akan cenderung memiliki perilaku seks bebas dengan pasangan yang berbeda-beda, dan lain-lain.

Tentu ini tidak mutlak, tetapi kecenderungan untuk sama seperti ayah atau ibu akan dimiliki oleh seorang anak. Pembiasaan yang tidak disengaja akan menjadi kebiasaan yang tidak disengaja pula.

Kebiasaan yang diperoleh dari lingkungan di luar rumah akan mudah ditiadakan bila orangtua tidak memiliki kebiasaan itu. Namun, akan sulit mengubah suatu kebiasaan buruk bila hal buruk itu justru dibudidayakan di dalam rumahnya sendiri.

Orangtua adalah guru perdana dan selamanya bagi anak-anaknya. Orangtua atau keluarga adalah Ring Satu bagi pembentukan karakter anak. 

Cara bicara orangtua, cara bertindak orangtua, cara hidup orangtua, bahkan cara berpikir orangtua menjadi bagian dari proses pengajaran dan pembentukan lisan, laku, dan pikir anak.

Contoh-contoh yang disebutkan di atas adalah jejak penyerapan verbal, yakni pengajaran yang diserap anak dari hasil mendengar lisan orangtuanya, dan jejak penyerapan virtual, yakni pengajaran yang diserap anak dari hasil melihat perilaku orangtuanya.

Jika Anda mendengar seorang anak mengucapkan kata kotor, maka cari tahu saja siapa orangtuanya. Kalau Anda mengenal orangtuanya tidak seperti itu, maka Anda cukup berkata: "Awas, ya, nanti Tante/Om lapor ke ayah dan ibumu". 

Anak itu akan sangat takut, sebab ia tahu bahwa ia pasti akan mendapat marah bahkan hukuman sebab kata-kata kotor tidak pernah terdengar di rumahnya.

Namun, bila Anda tahu bahwa orangtua anak itu juga suka berbicara kotor, maka nasihat itu nyaris tidak ada gunanya. Saat Anda tidak terlihat mata lagi, ia kembali berkata kotor. 

Orang di luar rumah mencoba untuk mematikan pertumbuhan benih yang jahat pada anak, tapi bila itu justru dirawat dan dipelihara oleh orangtuanya sendiri, maka upaya dari luar rumah akan sulit membawa perubahan baik pada anak.

Yang menarik, tahu anaknya mendapat teguran, di depan orang yang menegur, mulut anak dipukul, seolah hendak menunjukkan kepada orang lain bahwa ia tidak mengajari hal itu.

Memang tidak pernah diajar dengan teori, tapi disajikan langsung dalam bentuk praktek. Ilmu pengetahuan manapun, serapan pengetahuan yang efektif akan diperoleh dari praktek daripada teori.

Termasuk cara pandang dan cara berpikir orangtua dalam memahami dan menilai sesuatu serta menyelesaikan masalah. Semua menjadi pengajaran kepada anak yang seringkali tidak disadari oleh orangtua.

Demikian juga hal kebiasaan suami melakukan tindakan kekerasan kepada isteri. Anak melihat hal itu. Perlu diketahui, anak memiliki penilaiannya sendiri terhadap kedua orangtuanya. Bila ia memandang ibunya memang bersalah, maka ia akan cenderung setuju dengan kekerasan itu.

Karena ia setuju dengan kekerasan itu, maka pada saat yang sama ayah menanamkan pengajaran kepadanya bahwa begitulah yang harus dilakukan terhadap isteri yang bersalah. Di kemudian hari, cara yang sama dilakukan anak kepada isterinya.

Tanpa disadari, beribu pengajaran diberikan oleh orangtua secara tidak sengaja kepada anak-anaknya. Semuanya mengalir dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

Orangtua memandang anak tidak tahu apa-apa. Justru karena masih anak-anak, maka segala hal yang didengar maupun dilihat oleh anak akan terserap secara murni ke pikiran anak tanpa penjelasan.

Tentulah tidak ada orangtua menginginkan yang buruk bagi anak-anaknya. Dengan ini perlulah orangtua berhati-hati dalam bertutur kata dan berlaku di hadapan anak-anak agar yang baiklah yang mewaris kepada anak, bukan yang buruk.

Semoga "Begitu Ibu/Ayah, Begitu Anak" adalah hal yang membanggakan, bukan sebaliknya.

Salam. HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun