Gereja harus berperan nyata ikut memerdekakan warganya dari segala beban hidup yang ditanggungnya seorang diri, terutama dari kemiskinan. Bukankah Rasul Paulus juga menasihatkan: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."Â (Galatia 6:2)?
Jika ada keberatan dari jemaat untuk melakukan itu, pertanyaannya: mengapa jemaat mau bertolong-tolongan menanggung beban membangun GEDUNG MATI, tapi enggan membangun kehidupan sesamanya manusia apalagi itu adalah saudara seimannya?
Jika demikian, berarti ada yang belum beres di hati jemaat. Itu dulu harus dibereskan. Sebab bukankah jelas tertulis:Â
"Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan." (2 Korintus 8:13-14)?
Bukan supaya orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan.Â
Pertanyaannya, sudah seimbangkah kesejahteraan hidup warga jemaat Anda?
Gedung gereja hanyalah bangunan tembok mati yang tidak dapat bersuara apa pun tentang siapa Yesus. Namun, jiwa-jiwa yang ada di dalamnya, merekalah yang bersaksi siapa Yesus itu.
Cukupkanlah segala upaya membangun gedung setinggi langit dengan segala kemewahan dunia. Utamakan sekarang melihat manusia-manusianya yang menjadi bagian dari tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepada gereja masing-masing. Sebab, gereja bukan gedung, melainkan manusianya.
Biarlah gedungmu sederhana dan tampak miskin di mata dunia, tapi jemaatmu seimbang sejahtera. Maka, mereka akan memuliakan Tuhan dan menjadi saksi hidup betapa baiknya Tuhan itu!
Salam. HEP.-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H