Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Apa Itu 'Janji'

15 Agustus 2018   20:26 Diperbarui: 27 Januari 2019   18:31 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi satu detik di depannya. Oleh karena itu jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan.

Libatkan Tuhan dalam janji yang diucapkan. Bawalah janji itu ke dalam doa kepada-Nya. Mohonlah perkenanan-Nya.

Kita bisa memberi kepastian dari kesediaan dan kesanggupan kita, tetapi kita membutuhkan kepastian dari Yang Empunya hidup dan kehidupan ini untuk membuat janji itu benar-benar digenapi. Kita semua membutuhkan pertolongan Tuhan.

Janji Tinggal Janji

Dengan ini kita bisa mengetahui mengapa banyak janji yang tinggal janji. Itu bisa disebabkan karena:

Pertama. Ketika mengucapkan janji, ia punya kesediaan namun belum punya kesanggupan. Lalu beralasan, bahwa janjinya terhalang ketidaksanggupan. Itu tidak mungkin, sebab janji sudah mengandung kesanggupan. Karena itu, jangan berjanji bila belum punya kesanggupan.

Kedua. Punya kesanggupan tetapi tidak punya kesediaan. Kesediaan yang disebutkan dalam ucapan janjinya bukan karena 'mau' (tekad; sungguh-sungguh), tapi hanya 'ingin' saja (harapan; hasrat). Terlihat dari tidak adanya tindakan; perbuatan; usaha; upaya untuk mewujudkan janji itu.

Ketiga. Hanya ucapan saja. Tidak ada kemauan dan juga tidak ada kesanggupan. Janji di bibir semata.

Keempat. Tidak melibatkan Tuhan. Mengandalkan terwujudnya janji hanya berdasarkan kesediaan manusia, tanpa kesediaan Tuhan. Mengandalkan kesanggupan manusia tanpa meminta pertolongan Tuhan. 

Akhirnya

Janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Ada ucapan, ada kesediaan, ada kesanggupan, dan melibatkan Tuhan. 

Keempatnya adalah kesatuan dalam sebuah janji. Kesediaan adalah kesediaan yang sungguh-sungguh (mau) dan kesanggupan sudah ada sebelum janji diucapkan. Ucapan, kesediaan dan kesanggupan dibawa kepada Tuhan untuk beroleh restu-Nya.

Jangan pernah berucap janji bila tidak ada kesungguhan hati dan belum ada kesanggupan. Jangan menjanjikan apa yang Anda sendiri tidak dapat pastikan. Dan jangan pernah berjanji tanpa melibatkan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun