Papi bertemu seorang bapak di jalan, "Kasihan dia. Papi kasih saja semua uang papi." Setelah itu ia tertawa. Katanya, mobil kawan papi lewat lalu berhenti sejenak menyapa papi, "Pak, darimana?", tanya mereka. Papi jawab, "Oh, dari situ"Â sambil menunjuk toko tidak jauh dari papi berdiri.
Padahal, "Papi berdiri istirahat sebentar di situ karena cape. Papi lihat ada toko di situ. Papi tunjuk saja toko itu. Tidak tahu itu toko apa", kata papi sambil tertawa. Sama sekali tidak terlihat wajah kesal karena berjalan kaki malah tampak bahagia.
Pada hari pemakamannya, begitu banyak orang yang tidak kami kenal datang melayat, baik di rumah duka maupun di TPU. Mereka juga menangis seperti kami. Siapa papi buat mereka?
Ternyata mereka adalah orang-orang yang mengaku menerima berbagai macam bentuk kebaikan dan kemurahan hati papi di hidup mereka. Kami tidak pernah tahu itu.
Dan, Tuhan memberitahu kami dengan menghadirkan mereka bagi kami, untuk mengatakan kepada kami, bahwa memang papi pergi dengan cara mengenaskan, tapi hidupnya tidak mengenaskan. Ia telah menjadi berkat bagi banyak orang.
Itulah papi. Itulah ayah saya, Arsjik Strausz Paulus.-
Salam. HEP.-
Bersambung ke Bagian 2 : Malam yang Mengenaskan