Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengampuni "Pembunuh" Ayah Saya | 1

25 Juli 2018   12:44 Diperbarui: 29 Januari 2019   16:34 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri_alwaysinmyheart

Papi bertemu seorang bapak di jalan, "Kasihan dia. Papi kasih saja semua uang papi." Setelah itu ia tertawa. Katanya, mobil kawan papi lewat lalu berhenti sejenak menyapa papi, "Pak, darimana?", tanya mereka. Papi jawab, "Oh, dari situ" sambil menunjuk toko tidak jauh dari papi berdiri.

Padahal, "Papi berdiri istirahat sebentar di situ karena cape. Papi lihat ada toko di situ. Papi tunjuk saja toko itu. Tidak tahu itu toko apa", kata papi sambil tertawa. Sama sekali tidak terlihat wajah kesal karena berjalan kaki malah tampak bahagia.

Pada hari pemakamannya, begitu banyak orang yang tidak kami kenal datang melayat, baik di rumah duka maupun di TPU. Mereka juga menangis seperti kami. Siapa papi buat mereka?

Ternyata mereka adalah orang-orang yang mengaku menerima berbagai macam bentuk kebaikan dan kemurahan hati papi di hidup mereka. Kami tidak pernah tahu itu.

Dan, Tuhan memberitahu kami dengan menghadirkan mereka bagi kami, untuk mengatakan kepada kami, bahwa memang papi pergi dengan cara mengenaskan, tapi hidupnya tidak mengenaskan. Ia telah menjadi berkat bagi banyak orang.

Itulah papi. Itulah ayah saya, Arsjik Strausz Paulus.-

Salam. HEP.-

Bersambung ke Bagian 2 : Malam yang Mengenaskan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun