Mohon tunggu...
Thomas HenkB
Thomas HenkB Mohon Tunggu... Insinyur - Insan Sumber Daya Air. Any question about water resource?

Lets Think Simple.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Khazanah Kosakata Bahasa Indonesia: Pengayaan dan Tantangannya

17 April 2024   10:31 Diperbarui: 17 April 2024   10:54 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Kosakata harus ringkas dan mudah diucapkan

Kata "piket" yang merupakan adaptasi dari bahasa inggris "pick it" sangat sering digunakan, dan malah berkembang penggunaannya dari semula di bidang kebersihan dan sekarang malah merambah ke bidang keamanan karena ringkas serta mudah diucapkan.

2. Kosakata harus memiliki kesesuaian dengan objek atau konsep hendak yang dikomunikasikan.

Kata "kulat" yang berarti cendawan atau jamur, saat diucapkan memiliki kesan jamuran bukan? Kita dapat merasakan sensasi jamur saat mengucapkan kata "kulat". Memang kata-kata itu ajaib. Kata "gowes" juga cukup populer, meski merupakan kata yang tidak baku dari kata baku "bersepeda"

3. Memiliki Unsur Emosi (memiliki kesan dan berseni)

Agar masyarakat mengingat dan menggunakannya, harus ditanamkan unsur emosi terutama pada kosakata baru. Misalnya penggunaan kosakata baru pada lirik lagu (pernahkah Anda mendengar kata "gawai" atau "peretas" pada syair lagu kesayangan Anda? Mungkin ini penyebab tidak populernya istilah tersebut sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan kata gadget atau hacker). Atau dapat pula penggunaan dalam bidang seni lainnya seperti dalam film indonesia, iklan, dll.

4. Pengembangan teknologi sehingga melahirkan Inovasi dan Discovery

Dengan penelitian untuk pengembangan teknologi, akan melahirkan istilah atau kosakata baru, dan bahkan akan dipakai oleh bahasa lain. Penulis menggunakan kata "discovery" karena memang kosakata bahasa indonesia untuk makna dari "discovery" sendiri belum ditemukan.

5. Riset Bahasa, seperti struktur bahasa yang cenderung kita kenal sebagai EYD/Ejaan Yang Disempurnakan (Tata Bahasa atau "Grammar" dan Penggunaan Kosakata secara Sosial "Pragmatik")

Mungkin bukan hanya ejaan (EYD) saja dan pemaknaan (semantik) saja yang perlu disempurnakan. Tata Bahasa pun perlu dibakukan, tidak hanya sekedar berupa kaidah. Misalnya dalam bahasa inggris, terdapat Kamus khusus untuk English Grammar. Demikian juga pragmatisme perlu dibukukan secara lebih struktural, sehingga dapat memicu perkembangan bahasa Indonesia tercinta yang lebih sistematis.

Kata "membersamai" yang belakangan diakui menjadi kosakata baru dalam KBBI, apakah memiliki riwayat, seberapa dikenal di kalangan masyarakat, apa makna spesifik yang membedakannya dengan kata "menyertai", dan lain-lainnya perlu riset yang lebih mendalam dan spesifik sehingga perkembangan dapat bersifat positif dan memiliki kontribusi yag berarti dalam pengembangan kebudayaan dan mendukung perkembangan teknologi kita

sumber gambar: freepik
sumber gambar: freepik

6. Dukungan terhadap Literasi

Dari sisi literasi, yang berarti kemampuan seseorang dalam memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi suatu tulisan, kita masih sangat ketinggalan. Dapat kita lihat dari hasil penelitian OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) bahwa di Indonesia, 70% siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana. Untuk itu, budaya membaca, serta apresiasi terhadap cerita-cerita otentik dari pengarang Indonesia yang menggunakan bahasa indonesia juga masih terbatas dan membutuhkan dukungan. Penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa indonesia seringkali menimbulkan kebingungan saat dibaca masyarakat terkait perbedaan budaya pengarang buku dengan pembacanya. Literasi juga tidak terbatas dari cerita-cerita saja, namun dari buku-buku ilmu pengetahuan. Misalnya saja, istilah "sand dune" dan "sandhill" dalam bahasa indonesia masih dianggap sama yakni "bukit pasir", yang sebenarnya "sand dune" dengan "sandhill" adalah berbeda. Bahasa Indonesia yang induknya adalah Bahasa Melayu, sebagaimana Bahasa Latin seringkali menjadi induk dari Bahasa Inggris, saat ini diperkaya dengan rumusan Ejaan Yang Disempurnakan dengan kosakata dari bahasa Sanskerta, Jawa Kuno, Cina, dan Arab.

Demikian sekilas analisa dan respon penulis akan isu pengayaan kosakata Bahasa Indonesia, semoga bermanfaat.....

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun