Mohon tunggu...
Heni Suryani
Heni Suryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya mempunyai hobi menulis dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dari Eksploitasi Tenaga Kerja Hingga Merusak Lingkungan: Realitas di Balik Industri Fast Fashion

9 April 2024   16:30 Diperbarui: 9 April 2024   16:35 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baju Bekas Yang Sulit di Urai (dok. halle.de)

5. Upah Rendah bagi Pekerja

Memakai Jasa SDM Asia untuk memberi upah rendah (indian.in)
Memakai Jasa SDM Asia untuk memberi upah rendah (indian.in)

Karena memperkejakan banyak karyawan, Perusahaan Fast Fashion banyak mengeksploitasi tenaga kerja, biasanya Perusahaan mengambil pekerja dari negara-negara berkembang agar memberi upah yang terbilang cukup rendah. Selain mendapatkan upah yang rendah, pekerja juga seringkali dihadapkan pada jam kerja yang berlebihan.

Hal-hal diatas merupakan masalah yang kompleks serta memerlukan perhatian yang serius bagi suatu Perusahaan dan pemerintah. Industri Fast Fashion yang kini telaah merambah dalam pencemaran lingkungan yang serius. Produksi massal pakaian menyebabkan peningkatan limbah tekstil dan polusi air yang merusak ekosistem lokal. Proses pewarnaan dan pengolahan bahan-bahan juga telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan.

Dalam beberapa tahun terakhir, fast fashion ini sudah mulai menguasai industry tekstil, fashion yang terdiri dari beberapa jenis kini mulai tidak melihat resiko panjang yang akan terjadi dan melebihi jumlah produksi yang seharusnya. Hal ini yang berdampak pada buying impusive bagi masyarakat karena selain untuk ajang gengsi, produk fast fashion juga salah satu bagian dari konsep fesyen yang trendy sehingga seseorang dapat melihat bahwa hal tersebut adalah salah satu bentuk modernisasi bagi masyarakat.

Fast fashion memberikan keuntungan yang besar dalam jumlah besar bagi para produsennya dalam memasarkan produknya, namun hal ini menyebabkan industri fesyen berkontribusi besar dalam mencemari lingkungan akibat produksi besar-besaran. Pada saat ini konsumen mulai menyadari dampak manufaktur pakaian terhadap lingkungan.

Media sosial menjadi salah satu sarana yang mudah digunakan oleh suatu perusahaan maupun brand untuk memasarkan produk/jasa yang dimiliki. Dengan adanya globalisasi inipun memudahkan para produsen untuk memasuki pasar domestik ataupun pasar internasional melalui platfrom marketplace, media sosial, dan lain-lain, hal ini menyebabkan meningkatnya tingkat permintaan pasar sehingga mendorong munculnya persaingan tinggi antar produsen . Baju, celana, rok, sepatu, tas, topi dan semua yang berkaitan dengan fesyen kini mulai mendominasi pasar di sosial media, hal ini tak urung perusahaan industri berbondong- bondong untuk melakukan pemasaran produk sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan jangka panjang terhadap lingkungan atau yang biasa disebut fast fashion.

Industri fast fashion terkenal karena kemampuannya untuk menghasilkan pakaian dalam waktu singkat, memungkinkan konsumen untuk selalu tampil trendy tanpa harus menguras kantong. Dari catwalk ke rak toko dalam waktu singkat, model bisnis ini telah mengubah cara kita memandang mode dan konsumsi. Dengan pembaruan koleksi setiap minggu, brand-brand fast fashion seperti Zara, H&M, dan Forever 21 telah menarik perhatian masyarakat global, mengubah cara orang berbelanja pakaian.

Organisasi hak asasi manusia dan lingkungan telah mengecam keras praktik-praktik eksploitatif ini dan menyerukan perubahan mendesak dalam industri fast fashion. Seruan untuk meningkatkan perlindungan tenaga kerja dan memastikan standar produksi yang lebih ramah lingkungan semakin menguat. Dari laporan investigatif juga terlihat, bahwa pabrik-pabrik produksi fast fashion yang terjadi di negara-negara berkembang sering kali memperkerjakan pekerja dalam kondisi yang tidak manusiawi. Mereka terjebak dalam jam kerja yang panjang, tanpa perlindungan keselamatan yang memadai, dan dengan bayaran yang jauh di bawah standar kehidupan layak. Kisah nyata dari para pekerja pabrik fast fashion mengungkapkan keadaan pekerja dieksploitasi secara menyeramkan, menyoroti bagaimana ketidakpedulian perusahaan-perusahaan terhadap hak-hak pekerja telah menjadi norma dalam industri ini.

Kritik terhadap praktik produksi industry fast fashion ini telah memicu dari berbagai pihak yang terkait. Organisasi Hak Asasi Manusia dan lingkungan yang sudah menekankan perlu adanya perubahan dalam praktik industri ini, sementara sudah ada beberapa merek fashion yang telah berkomitmen untuk dengan penuh meningkatkan transparansi dalam prosuki rantai pasokan mereka serta mengadopsi distribusi fashion yang lebih bertanggung jawab. Konsumenpun juga semakin sadar akan dampak sosial dan lingkungan dari produk fashion yang mereka beli, dan mendorong mereka untuk memilih merek yang berkomitmen pada praktik produksi yang lebih berkelanjutan.

Fast fashion juga mendorong pertumbuhan emisi karbon industri fesyen yang berkelanjutan. Memahami bagaimana konsumsi fesyen yang cepat memperburuk emisi karbon sangat penting untuk memandu strategi mitigasi bagi industri fesyen. Masyarakat juga memiliki peran yang penting dalam mengurangi dampak fast fashion terhadap lingkungan. Mengurangi konsumsi, memilih pakaian berkualitas tinggi dan tahan lama, serta mendukung merek yang berkomitmen terhadap keberlanjutan adalah langkah-langkah kecil namun berarti yang dapat diambil oleh setiap individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun