Anak dengan kecerdasan linguistik biasanya mampu mengungkapkan isi pikiran dan perasaannya dengan lugas, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan ini membantu anak menghindari rasa sensitif berlebih, tantrum, dan anxiety (kecemasan). Kecerdasan ini juga memaksimalkan kemampuan mendengar dan memahami informasi. Dengan begitu, kesempatan untuk memperoleh pengetahuan baru dari orang dan media lain juga jadi lebih besar. Kecerdasan dalam menyampaikan, menerima dan memahami informasi inilah yang selanjutnya mendorong anak tumbuh percaya diri dan memiliki daya tawar dalam komunitas mereka kelak.
Hmm, parents tertarik menggali kecerdasan linguistik anak? Mari kita bahas lebih jauh.
A. Definisi dan Karakteristik
Seorang profesor pendidikan dari Harvard University, Dr. Howard Gardner dalam temuannya mengenai multiple intelligences mengusulkan 8 kecerdasan berbeda pada diri manusia. Salah satunya kecerdasan linguistik. Secara sederhana beliau mendefinisikan kecerdasan linguistik sebagai kemampuan seseorang menemukan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan apa yang ia maksud.
Seseorang dengan kecerdasan linguistik menikmati aktivitas membaca dan menulis serta memiliki kemampuan persuasif dan story telling yang baik. Jika ditarik mundur ke masa anak-anak, biasanya ia suka menenteng buku dan pura-pura membaca. Ketika masuk usia sekolah, ia tidak kesulitan menirukan kata untuk ditulis. Kosa kata yang dimiliki pun cenderung lebih banyak sehingga suka ngobrol baik dengan teman sebaya maupun orang dewasa.
Menggali kecerdasan linguistik anak sedini mungkin dapat membantu meningkatkan kualitas hidupnya. Kelebihan mereka untuk menangkap dan menyaring berbagai informasi dengan efektif, membuat isi 'cangkir pengetahuan' mereka berkualitas. Ruang toleransi mereka juga luas, karena banyaknya sudut pandang yang mampu mereka pahami. Beragamnya pengetahuan mengantarkan mereka pada beragam pilihan impian. Sehingga anak cerdas linguistik cenderung tahu apa yang mereka inginkan atau cita-citakan.
B. Cara Mengasah
Setiap anak tentu memiliki tipe kecerdasannya masing-masing, bisa dalam hal musikal atau spasial. Mengasah kecerdasan linguistik ini bisa parents artikan sebatas pengenalan pada anak bahwa ada bidang lain (bahasa/linguistik) loh di luar sana. Namun, bisa juga untuk melengkapi potensi anak supaya lebih kaya akan pilihan minat atau profesi nantinya. Lalu darimana memulainya?
1. Ajak bernyanyi sejak dini
Selain mengajak bicara, kerap bernyanyi di depan anak sejak bayi merupakan bentuk pembiasaan untuk mengenal bahasa. Variasi nada dan lirik dalam lagu sederhana membantu anak fokus untuk melihat gerak bibir dan mendengar beragam suara. Bernyanyi membuat suasana menjadi cair dan lebih menyenangkan. Anak-anak pun cenderung lebih tertarik pada hal-hal yang membuat diri mereka senang dan bersemangat. Sehingga lambat laun mereka tak sekadar hafal lirik tapi akan menangkap makna dari lirik lagu tersebut. Dari sinilah kosa kata mulai bertambah sehingga mereka mampu mengucapkan kata-kata dengan konteks yang tepat.
2. Buku, buku dan buku
Parents, selelah apapun kita ketika sudah sampai rumah sebaiknya sempatkan membaca bersama anak. Saat parents seharian bekerja, tidak sempat mengajak anak bermain keluar untuk melihat kupu-kupu hinggap pada bunga atau cacing masuk ke dalam tanah, buku bisa mewakilinya. Dimulai dengan buku cerita bergambar. Ajak anak duduk bersama dan bacakan dengan pelafalan jelas. Cerita yang dilengkapi dengan gambar akan membuat imajinasi anak menjadi liar. Sesekali berikan anak pertanyaan untuk memantik  kosa kata dan rasa penasarannya. Dari sinilah kamus bahasa anak akan berkembang. Ia akan terbiasa menghubungkan kata per kata untuk menjadi kalimat.
3. Ajak anak keluar rumah
Tak perlu jauh-jauh. Pergi saja ke warung untuk sekadar membeli garam dapur. Anak akan melihat cara kita berinteraksi dengan penjual. Lalu libatkan anak di dalamnya untuk sekadar mengucapkan terima kasih. Sepulang dari warung mungkin saja kita akan bertemu tetangga di sudut jalan. Kita bisa sapa untuk sekadar menanyakan kabar. Membiasakan anak untuk berinteraksi dengan orang di luar rumah akan menambah pengalamannya bersosialisasi. Selanjutnya kebiasaan bersosialisasi akan mengasah kemampuan persuasi dan negosiasinya.
4. Menulis Surat
Untuk anak yang sudah bisa menulis, ajaklah menulis surat singkat yang ditujukan kepada keluarga atau sahabat mereka yang jauh lokasinya. Meskipun terkesan ketinggalan jaman, tapi aktivitas menulis surat ini adalah pancingan ampuh agar anak mau menuangkan isi pikirannya. Dengan menulis, anak belajar untuk menguraikan hal-hal kompleks jadi sederhana. Dari "aku mau nulis apa ya?" lalu menghubungkan kata-kata yang ada di kepalanya untuk kemudian dituliskan jadi kalimat sarat makna.
Oh ya, apakah parents tahu kalau penulis terkenal asal Amerika, John Steinbeck, yang juga peraih nobel sastra 1962 dulunya adalah seseorang yang sangat produktif menulis surat? Ia penah menulis 850 surat kepada keluarga, teman dan koleganya. Dari kegemarannya menulis, ia menjadi salah satu penulis paling berpengaruh di dunia pada abad ke-20.
So, parents, tak ada salahnya kan mengasah kecerdasan lingustik anak? Dari sini mereka akan memiliki kemampuan literasi yang mumpuni. Bukankah literasi bisa memajukan peradaban? Yuk, kita dampingi generasi penerus ini mengolah pengetahuan agar menumbuhkan kematangan berpikir dan kepekaan terhadap sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H