Ha-Jin mengambil cuti libur setelah novel perdana yang ia tulis terjual lebih dari lima juta eksemplar dalam tiga bulan. Ia tidak menyesal keluar dari pekerjaan lamanya dan memilih menekuni hobinya, yaitu menulis novel.Â
Liburan hari pertama, pagi itu, ia sampai di pulau Nami yang masih sepi. Berhubung ini hari biasa, ia tak perlu khawatir dengan padatnya pengunjung. Udara tempat pariwisata yang populer karena menjadi latar dari drama korea ternama Winter Sonata kali ini sejuk, tidak terlalu dingin karena masih awal musim gugur. Dedaunan dari pohon-pohon sekitar sudah mulai berubah warna, Ha-Jin mengabadikan pemandangan cantik itu di ponselnya.Â
Saat sedang asyik mengabadikan momen, tiba-tiba Ha-Jin merasakan ada seseorang di belakangnya. Ia kemudian berjalan cepat, orang di belakangnya tetap mengikuti, akhirnya ia berbelok ke arah kanan saat ada pohon besar. Orang yang mengikuti tadi terlihat kebingungan. Ha- Jin kini berada di belakang orang yang tadi mengikutinya yang ternyata seorang pria. Dengan cekatan, dia menarik lengan pria tersebut kemudian mengunci tubuh pria yang tidak terlalu besar itu. Si pria yang tidak punya persiapan kaget dan berteriak kencang karena kesakitan. Dia tidak tahu kalau perempuan yang dia ikuti adalah pemegang sabuk hitam taekwondo.
"Argh, tolong... lepaskan aku!" Si pria memohon pada Ha-Jin.
"Berani-beraninya kamu mengikutiku, Hah!" ujar Ha-Jin gemas.
Ia masih tidak melepaskan kuncian tangan si pria.
"Argh, sakit. Tolong lepaskan. Aku bukan orang jahat," teriaknya.
"Aku tidak percaya. Bagaimana mungkib pria baik mengikuti perempuan," teriak Ha-Jin tidak mau kalah.Â
"Ah, Wang Eun, rupanya kamu di sini. Hey? ada apa ini? lepaskan dia!" Seorang pria paruh baya dan seorang wanita terlihat panik melihat orang yang saat ini menjadi tawanan.
Ha-Jin yang mendengar nama Wang Eun disebut sontak kaget dan spontan melepaskan kunciannya. Pria yang disebut Wang Eun itupun berlari ke belakang pria paruh baya tadi.Â