Mohon tunggu...
Heni Prasetyorini
Heni Prasetyorini Mohon Tunggu... Tutor - Edupreneur

Pegiat pendidikan coding untuk anak-anak di Heztek Coding

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ada Obat Kanker dari Nuklir?

9 Agustus 2018   23:29 Diperbarui: 9 Agustus 2018   23:46 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini ada berita yang mengguncang jagad netijen, yaitu tentang putri artis ternama Indonesia yang menderita kanker darah (leukemia). Berita yang mendadak ini, membuat publik bertanya-tanya, bagaimana mungkin anak selincah itu bisa terkena penyakit yang cukup panjang penanganannya.

Tapi Risetpedia, kali ini tidak ingin berpolemik panjang tentang Apa Sebab Kanker pada Anak. Melainkan memberikan berita gembira, bahwa ada satu cara inovatif untuk treatment pada kanker ini menggunakan teknologi NUKLIR.

Wah, bisa tercengang dua kali ya.

NUKLIR bisa untuk pengobatan? bukannya nuklir itu buat nge-BOM saja?


credit

Informasi tentang teknologi nuklir memang masih sedikit sekali untuk orang awam. Untuk penulis sendiri yang pernah belajar  tentang nuklir, juga tercengang ketika mendengar ada inovasi nuklir untuk pengobatan. Karena yang diketahui, paling-paling nuklir bisa dijadikan untuk Bahan Bakar yang maha dahsyat. 

Karena, sekali lagi, mengingat peristiwa pengeboman nuklir di Jepang itu saja yang dialihkan ke hebatnya dampak bom jika dijadikan sumber energi atau bahan bakar.

Marlina, peneliti yang saat ini bekerja di BATAN yang menjadi bagian dari Puspiptek,  menjelaskan tentang konsep obat dari nuklir ini. 

Baca profilnya di sini, Marlina: Jadi Peneliti Nuklir? Siapa Takut!

Baik, silahkan lanjut disimak hasil wawancara singkat melalui aplikasi kirim pesan berikut ini:

Kak Marlina sekarang bekerja di departemen apa?

Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka, BATAN

Sekarang meneliti tentang apa?

Pengembangan radioisotop dan radiofarmaka utk kesehatan

Jadi intinya kita bikin produk obat2an berbasis nuklir (radiofaraka) yang nantinya dipakai untuk pasien yg dirujuk di kedokteran nuklir.

Kedokteran nuklir? maksudnya?

Misalnya pasien kanker, banyak cara untuk diagnosa (deteksi penyakit) dan terapi (pengobatan) kanker. Bisa pakai kemoterapi, cryosurgery, dan nuklir.

Di beberapa rumah sakit (RS) ada yg memiliki fasilitas kedokteran nuklir, artinya pasien bisa ditangani dengan nuklir, nah obatnya itulah yg disebut radiofarmaka

RADIOFARMAKA = farmaka (obat) yang mengandung isotop

Contoh radiofarmaka:

Tc-99m-MDP

Tc-99m adalah bagian radioisotopnya sdk MDP adalah farmaka-nya

Rumah sakit mana yang sudah menerapkan?

Jakarta = RSCM, RS kanker Dharmais, RSPAD, RS jantung harapan kita, RS gading pluit, MRCCC Siloam

Bandung = RSHS

Semarang = RS. Karyadi

Yogya = RS dr. Sardjito, RS Annur

Padang = RS M.Djamil

Itu semua RS sudah bekerja sama dengan PTRR

Mekanisme kerja Radiofarmaka?

Yang diperlukan adalah radioisotop dan farmaka. Farmaka ini ibarat kendaraan yg akan membawa radioisotop ke organ target. Misal MIBI secara umum digunakan untuk deteksi jantung, MIBI akan lari ke jantung. Nah jika dokter spesialis kedokteran nuklir menggunakan Tc-99m-MIBI, maka radioisotop Tc akan terbawa ke jantung, sehingga bisa digunakan utk deteksi jantung.

Nah, dr mana radioisotop ini diperoleh?

Dari reaksi inti isotop stabil yg ditembak neutron sehingga menghasilkan isotop yg bersifat radioaktif (radioisotop). Bisa terjadi di reaktor nuklir, atau fasilitas akselerator.

Radioisotop yang meluruh dengan memancarkan sinar gamma, digunakan untuk deteksi penyakit atau deteksi kelainan organ, misal thiroid, jantung, ginjal.

Sdk radioisotop yg meluruh dengan memancarkan partikel beta atau alfa, digunakan untuk terapi (mengobati) penyakit.

Radiofarmaka ini bisa digunakan pasien BPJS?

Rata-rata yg di rumah sakit pemerintah, bisa pake BPJS, apalagi sekarang banyak pasien kanker di RS Dharmais, sebagian besar pasien BPJS.

PTRR dituntut buat produk radiofarmaka.

Alhamdulillah sudah ada 5 produk yg sudah mendapat ijin edar dr BPOM, karena PTRR lembaga litbang (penelitian dan pengembangan), maka tidak boleh menjual produk. Jadi produk hasil litbang kita kerjasamakan dengan industri farmasi untuk pemasaran produk. Kita menggandeng Kimia Farma, jadi produk PTRR dijual dengan merk kimia farma

--

Dengan penjelasan singkat hasil wawancara ini lumayanlah jadi wawasan baru buat kita, kalau ada inovasi teknologi nuklir di bidang kesehatan. Semoga penelitian terkait ini semakin sukses ya. Jadi untuk dunia kesehatan Indonesia bisa sangat terbantu dengan produk radiofarmaka ini. 

Bayangkan juga jika salah satu dari kita, atau salah satu dari murid dan anak kita menjadi bagian dari peneliti radiofarmaka ini. Betapa besar pahala kebaikan yang tiada putusnya untuk mereka, para peneliti ini. Majulah terus peneliti nuklir Indonesia.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun