Ketika kita berbicara tentang ekonomi berkelanjutan, sering kali terlintas gambaran besar: teknologi hijau, kebijakan pemerintah, atau investasi perusahaan besar. Namun, salah satu pilar penting yang sering terlupakan adalah peran generasi muda.
Dalam era transformasi digital ini, anak muda memiliki kekuatan untuk menjadi agen perubahan melalui sinergi keuangan dan inovasi. Dengan tagline #UangKita untuk Masa Depan Indonesia, mereka tidak hanya dapat menggerakkan roda perekonomian, tetapi juga menciptakan solusi kreatif untuk masalah yang menghambat keberlanjutan ekonomi.
Di tengah gejolak ekonomi global dan tantangan lingkungan, generasi muda Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk membangun masa depan yang lebih baik. Tantangan ini memerlukan pendekatan yang tidak hanya kreatif, tetapi juga praktis dan relevan dengan situasi saat ini. Salah satu langkah awal yang penting adalah pengembangan diri (self-development). Dalam konteks ekonomi berkelanjutan, self-development menjadi kunci utama untuk menciptakan generasi muda yang tangguh, inovatif, dan berdaya saing.
Self-development, dalam hal ini, mencakup pendidikan literasi keuangan dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan teknologi. Ketika anak muda memahami cara mengelola keuangan pribadi dengan bijak, mereka dapat menjadi agen perubahan di lingkungan sekitar mereka. Dengan pendekatan komunitas atau komunita, mereka dapat membangun ekosistem ekonomi lokal yang saling mendukung. Komunita ini dapat berperan sebagai ruang belajar dan berbagi pengalaman, di mana setiap individu saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama.
Di sisi lain, inovasi teknologi membuka peluang besar untuk menciptakan model bisnis baru yang mendukung keberlanjutan. Misalnya, platform digital yang memungkinkan masyarakat untuk berinvestasi dalam proyek-proyek ramah lingkungan atau mendukung usaha kecil yang berfokus pada keberlanjutan. Generasi muda dapat memanfaatkan teknologi ini untuk mendorong transformasi keuangan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Namun, sinergi keuangan dan inovasi ini tidak akan berjalan tanpa dukungan kebijakan dan kolaborasi yang tepat. Oleh karena itu, peran komunitas seperti #UangKita menjadi sangat penting. #UangKita adalah simbol bagaimana kekuatan kolektif bisa menciptakan perubahan nyata. Dengan dukungan pemerintah, lembaga keuangan, dan komunitas lokal, gerakan ini dapat membantu generasi muda untuk memahami pentingnya investasi, tabungan, dan pengelolaan uang dalam mewujudkan tujuan jangka panjang.
Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh World Economic Forum menunjukkan bahwa 70% generasi muda di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, percaya bahwa teknologi dapat membantu mereka mencapai kebebasan finansial. Namun, mereka juga menghadapi tantangan besar, seperti rendahnya tingkat literasi keuangan dan kurangnya akses ke layanan keuangan. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2023 mencatat bahwa tingkat literasi keuangan Indonesia baru mencapai 49,68%. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, terutama dalam membekali generasi muda dengan pengetahuan dasar tentang pengelolaan keuangan.
Selain itu, menurut laporan Bank Dunia, potensi ekonomi kreatif di Indonesia sangat besar, dengan kontribusi sekitar 7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2022. Ini adalah peluang emas bagi generasi muda untuk terlibat dalam sektor-sektor kreatif, seperti teknologi digital, seni, dan budaya, yang dapat mendukung keberlanjutan ekonomi. Dengan pendekatan yang tepat, generasi muda dapat mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan ke dalam proyek-proyek kreatif mereka, sehingga menghasilkan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Untuk memperkuat peran generasi muda dalam mewujudkan ekonomi berkelanjutan, penting untuk menyoroti peran pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai keberlanjutan sejak dini. Kurikulum sekolah dan universitas perlu menambahkan elemen literasi keuangan dan keberlanjutan ke dalam program pembelajarannya. Generasi muda yang dididik untuk memahami hubungan antara keputusan finansial, keberlanjutan lingkungan, dan dampaknya pada masyarakat akan lebih siap mengambil langkah konkret di dunia nyata. Di sini, kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas seperti komunita dapat menjadi katalisator utama.
Selain pendidikan formal, peran pelatihan informal dan pengalaman langsung juga tak kalah penting. Program magang, proyek komunitas, dan kegiatan berbasis lingkungan dapat memberikan pemahaman praktis kepada generasi muda tentang bagaimana sinergi keuangan dan inovasi dapat diterapkan. Misalnya, bekerja sama dengan usaha kecil yang bergerak di sektor keberlanjutan, seperti pertanian organik atau energi terbarukan, dapat memberi mereka wawasan tentang bagaimana bisnis dapat tetap menguntungkan sekaligus mendukung tujuan keberlanjutan.
Lebih jauh lagi, generasi muda juga perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan di tingkat lokal maupun nasional. Banyak anak muda yang memiliki ide-ide segar namun sering kali terkendala akses ke platform yang memungkinkan suara mereka didengar. Oleh karena itu, forum diskusi, hackathon, dan kompetisi inovasi bisa menjadi jembatan bagi mereka untuk berkontribusi. Inisiatif seperti gerakan #UangKita dapat menyediakan wadah bagi generasi muda untuk berbagi ide dan membangun solusi bersama, sekaligus menciptakan jaringan yang memperkuat kolaborasi mereka.
Keberlanjutan ekonomi juga harus dilihat sebagai peluang untuk menciptakan lapangan kerja baru, terutama di sektor hijau. Data dari International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa transisi menuju ekonomi hijau dapat menciptakan hingga 24 juta pekerjaan baru secara global pada 2030. Generasi muda Indonesia dapat memanfaatkan tren ini dengan mengembangkan keterampilan yang relevan, seperti pengelolaan energi terbarukan, teknologi ramah lingkungan, dan desain produk berkelanjutan. Dengan menyesuaikan diri pada kebutuhan masa depan ini, mereka tidak hanya menjadi lebih kompetitif di pasar kerja, tetapi juga membantu mempercepat transisi menuju ekonomi berkelanjutan.
Terakhir, penting untuk menekankan bahwa keberlanjutan bukanlah tanggung jawab yang berdiri sendiri, melainkan sebuah gaya hidup yang harus diterapkan secara konsisten. Generasi muda dapat menjadi role model dengan mempraktikkan pola konsumsi yang bijak, mendukung produk lokal yang ramah lingkungan, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan komunitas. Dengan semangat kebersamaan dalam gerakan #UangKita, setiap langkah kecil yang diambil akan berdampak besar pada masa depan Indonesia. Ini adalah perjalanan panjang, tetapi dengan semangat kolaborasi dan inovasi, generasi muda dapat membawa perubahan yang nyata dan positif bagi negeri ini.
Referensi:
Bank Dunia. (2022). The contribution of creative economy to Indonesia's GDP. Diakses dari https://www.worldbank.org
Financial Times. (2024). Global jobs market shaken by green transition. Diakses dari https://www.ft.com/content/a15badc1-93ba-4a3a-b763-66b183d93f67
International Labour Organization. (2022). Green economy and job creation: A global perspective. Diakses dari https://www.ilo.org
Le Monde. (2024). Are green jobs the blue-collar jobs of tomorrow? Diakses dari https://www.lemonde.fr/en/employment/article/2024/10/08/are-green-jobs-the-blue-collar-jobs-of-tomorrow_6728640_103.html
Otoritas Jasa Keuangan. (2023). Survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2023. Diakses dari https://www.ojk.go.id
World Economic Forum. (2023). Youth financial inclusion in Southeast Asia. Diakses dari https://www.weforum.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H