Mohon tunggu...
Hening Nugroho
Hening Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Laki-laki

Menulis itu sederhana Ig @hening_nugroho Waroenkbaca.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pohon Kehati dan Beras Hitam: Menanam Harapan di Tengah Perubahan Iklim

1 Desember 2024   14:45 Diperbarui: 1 Desember 2024   14:58 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tingkat nasional, cerita tentang pohon kehati dan beras hitam ini membawa harapan baru. Pemerintah mulai melirik potensi sistem ini untuk diintegrasikan ke dalam program ketahanan pangan nasional. Pada 2023, Kementerian Pertanian meluncurkan program percontohan agroforestri di 10 provinsi, bekerja sama dengan universitas dan lembaga penelitian.

Namun, keberlanjutan program ini masih bergantung pada dukungan kebijakan dan investasi jangka panjang. Banyak pihak berharap pemerintah lebih serius mengalokasikan anggaran untuk penelitian dan pengembangan agroforestri, termasuk untuk mendukung petani dalam masa transisi.

Agroforestri bukan hanya praktik yang relevan di Indonesia, tetapi juga telah diadopsi di banyak negara dengan hasil yang menjanjikan. Di India, pohon neem (Azadirachta indica) sering digunakan untuk memberikan naungan dan melindungi tanaman pangan dari serangan hama. Sistem ini tidak hanya meningkatkan hasil panen tetapi juga membantu petani mengurangi penggunaan pestisida kimia. Di Kenya, proyek agroforestri dengan pohon akasia (Acacia senegal) telah membawa manfaat serupa, termasuk peningkatan produktivitas lahan dan penyediaan resin alami sebagai sumber pendapatan tambahan.

Laporan dari World Agroforestry Centre (ICRAF) pada 2022 menyebutkan bahwa agroforestri memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan petani kecil hingga 40% sekaligus mengurangi risiko kerusakan tanah. Lebih dari 100 juta hektare lahan di seluruh dunia telah berhasil diintegrasikan ke dalam sistem agroforestri, menunjukkan skalabilitas pendekatan ini dalam konteks perubahan iklim global.

Masyarakat adat di Indonesia juga memiliki tradisi agroforestri yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Suku Dayak di Kalimantan, misalnya, mengelola hutan adat dengan menanam pohon buah-buahan seperti durian, rambutan, dan cempedak di antara tanaman pokok seperti padi gogo dan singkong. Sistem ini dikenal sebagai simpukng dan terbukti menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Sementara itu, di Sulawesi, masyarakat adat Toraja mempraktikkan teknik mappasilaga tana yang mengintegrasikan pohon bambu sebagai pelindung lahan pertanian dari erosi dan banjir. Teknik ini tidak hanya mempertahankan kesuburan tanah tetapi juga mendukung keanekaragaman hayati lokal.

Inspirasi dari masyarakat adat ini menunjukkan bahwa solusi berbasis alam (nature-based solutions) seperti agroforestri sebetulnya bukanlah hal baru. Tantangan utamanya adalah bagaimana memperkenalkan metode ini kepada masyarakat luas dalam skala yang lebih besar.

Salah satu keunggulan beras hitam adalah statusnya sebagai komoditas premium yang bernilai ekonomi tinggi. Di pasar internasional, harga beras hitam bisa mencapai tiga kali lipat harga beras putih biasa. Hal ini membuka peluang untuk meningkatkan pendapatan melalui sistem agroforestri. Namun, untuk mencapai potensi ini, diperlukan dukungan dalam bentuk pemasaran dan branding.

Keberhasilan agroforestri di Indonesia sangat bergantung pada dukungan pemerintah. Saat ini, program percontohan yang dikelola Kementerian Pertanian dan lembaga penelitian seperti LIPI merupakan langkah awal yang baik. Namun, untuk mencapai dampak yang lebih luas, diperlukan kebijakan yang lebih proaktif, seperti pemberian subsidi dan insentif, investasi dalam infrastruktur, serta kemitraan publik-swasta untuk mendukung pemasaran produk agroforestri.

Di tengah ancaman perubahan iklim, agroforestri menawarkan harapan baru bagi ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Pohon kehati seperti trembesi, lontar, dan akasia tidak hanya menjadi pelindung tetapi juga pilar bagi masa depan pertanian yang lebih resilien.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun