"Ucok!" bentak Bu Ita dengan keras, kali ini sambil menggebrak meja, sangarnya
kelihatan.
Ucok loncat, jantungnya hampir copot, "Yes Ma'am," lagi-lagi cuma jawaban seperti
itu.
Vera tak sabar, naik pitam, "Hey Ucok! what are you waiting for?"
Ucok memicingkan matanya ke arah Vera, aneh ada yang tak beres dengan diri Vera,
berkali-kali Ucok mengedipkan mata ke arah Vera tapi Vera tak merespon. Ucok seolah tak Â
mengenal diri Vera yang sebenarnya, apa mungkin karakternya berbeda ketika sedang di kelas. Raut wajah Vera tampak serius bukan main, matanya melototi Ucok.
Saking jengkelnya Vera menghambur ke depan kelas menghampiri Ucok dengan
gagah berani.
"Wah gawat!" ucap Ivan
"Coba lihat kerjaanmu!" Vera langsung merampas kertas Ucok yang sejak tadi
dilekatkan di dadanya. Ucok pasrah lagian Vera tahu surat apa itu, tak mungkin dia
melaporkan kepada Bu Ita. Tapi wajah Vera memerah, bukannya merah malu tapi merah
muram. Tak serius, suka bercanda, kata Vera dalam hatinya. Vera bergegas menyerahkan
kertas itu kepada Bu Ita.
"Ver?" Ucok ingin menghalangi tapi apa daya.
"Ini Bu kerjaan Ucok," Vera menyerahkan kertas itu.
Bu Ita melotot, melihat kertas itu seperti melihat mangsanya yang siap untuk
diterkam.
"Ini apa Cok?" tanya Bu Ita pelan, sabar, menahan amarah. Kertas itu ditunjukkan di
depan kelas, hukuman moral bagi yang tidak mengerjakan tugas.Â