Masing-masing komponen berusaha untuk dipenuhi oleh setiap institusi dalam melaksanakan program P5. Ada institusi yang dengan sangat baik mengimplementasikan filosofi Ki Hadjar Dewantara yang berorintasi pada perkembangan minat dan potensi siswa. Terutama untuk sekolah-sekolah yang memang sudah menjalankan "ritme"nya bahkan sebelum Kurikulum Merdeka diimplementasikan secara meluas.Â
Namun, tak banyak sekolah yang pada akhirnya hanya sekedar menjalankan kewajiban saja hingga akhirnya hanya menjadi formalitas tanpa memahami maksud dan tujuan digulirkannya program P5 oleh pemerintah.
Banyak guru mengeluhkan ketidakpahaman mereka terhadap implementasi Kurikulum Merdeka, terutama dalam pelaksanaan program P5. Teknis pelaksanaan yang disesuaikan dengan tafsiran sekolah masing-masing memberikan hasil yang juga disesuaikan dengan tafsiran tersebut.Â
Hal ini tentunya berimbas pada tidak tepatnya tujuan yang diharapkan dapat tercapai, yaitu penguatan Profil Pelajar Pancasila. Pelaksanaan program P5 seolah menjadi projek uji coba atau trial and error.
Masalah bermunculan semenjak sekolah-sekolah mulai mencoba untuk melaksanakan P5. Kurangnya informasi yang jelas dan detail tentang teknis pelaksanaan P5 membuat banyak sekolah, terutama guru sebagai pelaksana di lapangan, merasa kebingungan bagaimana harus melaksanakan program yang sejatinya baik untuk pendidikan.Â
Meskipun pemerintah telah menerbitkan buku Panduan Penguatan Projek Profil Pelajar Pancasila, namun pendistribusiannya belum tersebar ke seluruh sekolah pelaksana Kurikulum Merdeka.
Ditambah lagi dengan tidak adanya kewajiban pada para guru untuk mengikuti pelatihan mengenai hal yang baru ini. Kedua hal tersebut tentu saja berimbas pada ketidakutuhan informasi yang diperoleh guru untuk melaksanakan P5 sehingga berimbas kepada kekurangjelasan dan ketidakyakinan guru dalam merancang dan melaksanakan P5.Â
Masing-masing sekolah mencoba menerka-nerka teknis implementasi P5, terutama sekolah berlabel swasta yang seolah diharuskan memiliki kemandirian yang lebih dalam melaksanakan program pemerintah.
Salah satu hal yang perlu disoroti adalah pengintegrasian kebudayaan pada pendidikan yang idealnya terlaksana dalam program P5. Banyak sekolah yang pada akhirnya hanya mencocok-cocokkan kearifan budaya lokal dengan projek yang dilakukan siswa dalam program P5.Â
Sayangnya, budaya lokal yang diangkat dalam projek siswa kebanyakan hanya sekedar membuat panganan khas daerah setempat. Selain itu, pameran hasil karya siswa dalam program P5 juga diramaikan oleh pembuatan karya seni rupa oleh siswa.Â