Setiap anak itu unik dan menarik. Karena setiap anak memiliki kemampuan atau keterampilan yang berbeda-beda. Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengarahkan segala daya kodrat yang ada pada diri anak, agar manusia dan kelompoknya, dapat mencapai keamanan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai guru, kami sangat memahami bahwa setiap anak itu unik dan memiliki kepribadiannya masing-masing. Peran kami sebagai guru adalah menyediakan lingkungan pendidikan yang membantu setiap anak tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan sifat masing-masing, dan untuk memastikan bahwa, dalam prosesnya, anak-anak ini merasa berdaya. Setiap siswa di kelas kita adalah unik dan ini harus menjadi dasar praktik pembelajaran kita di kelas dan di sekolah, serta kerangka acuan ketika kita mengevaluasi praktik pembelajaran kita.
Percaya bahwa setiap anak itu unik, sebagai guru, kita harus membuka mata kita kepada semua siswa yang berbeda di kelas kita. Jika kita berbicara tentang jenis siswa yang berbeda-beda, maka tentu saja bidangnya sangat luas. Bukan hanya dari kemampuan akademiknya saja, namun juga lebih dari itu dari latar belakang keluarganya, kondisi ekonominya, etnik keluarganya, kulturalnya, minatnya, kemampuan awalnya, gaya belajarnya, motivasinya, perkembangan emosinya, perkembangan sosialnya, perkembangan moral dan spiritualnya, perkembangan motoriknya, serta bakat atau talentanya.
Mengingat keragaman siswa kita, sebagai guru kita perlu memikirkan bagaimana kita dapat memberikan layanan pengajaran yang memberi semua siswa akses kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagai pendidik, kami percaya itu adalah tanggung jawab kami untuk melayani siswa dari keragaman ini dan memberi mereka lingkungan dan pengalaman belajar terbaik.
Dalam mewadahi keragaman siswa ini, maka kita harus yakin bahwa:
- Setiap murid kita pasti bisa sukses sesuai bidang yang diminatinya
- Pembelajaran tidak melulu harus menulis dan berhitung
- Adil bukan berarti semua siswa diperlakukan sama
- Setiap murid memiliki pola belajarnya sendiri yang unik
- Siswa yang pintar bukanlah anak yang selalu diam dan tertib
- Guru merupakan kunci keberhasilan belajar siswa (dalam mengembangkan minat dan bakatnya) di kelasnya.
Fakta bahwa siswa kami memiliki karakteristik yang berbeda, dengan karakteristik khusus, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, harus diperhitungkan dengan cermat. Jika tidak demikian, tentu akan terjadi learning gap, dimana keberhasilan yang ditunjukkan siswa tidak sesuai dengan keberhasilan yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa. Salah satu cara kita dapat menanggapi identitas siswa yang beragam ini adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berbeda.
Setiap hari, tanpa disadari, guru menghadapi situasi yang berbeda dengan cara yang berbeda, sehingga sering melakukan banyak tugas atau mengambil keputusan dalam waktu yang bersamaan. Misalnya, ketika mengajar di kelas, seorang guru dapat membantu siswa yang kesulitan, tetapi pada saat yang sama harus merencanakan cara-cara agar ketika membantu siswa tersebut, pelajaran dapat berlanjut dengan cara yang mendukung. Dalam kehidupan sehari-harinya, guru harus melakukan ini sepanjang waktu, sehingga kemampuan melakukan sebagian besar pekerjaan alam adalah milik guru. Banyak dari kemampuan tersebut yang tidak dipahami oleh guru karena merupakan hal baik yang terjadi di dalam kelas dan bagaimana guru digunakan untuk mengatasi tantangan tersebut. Semua upaya tersebut sebenarnya dilakukan oleh guru dengan maksud agar setiap siswa di kelas berhasil dalam proses pembelajaran. Disitulah diperlukan keterampilan melakukan direfensiasi pembelajaran.
Menurut Tomlinson  (1999:14), Pembelajaran  Berdiferensiasi  adalah  usaha  guru  untuk  menyesuaikan  proses pembelajaran  di  kelas  untuk  memenuhi  kebutuhan  belajar  individu  murid.
Jika di dalam kelas terdapat 28 siswa bukan berarti guru harus mengajar dengan 28 cara yang berbeda untuk 28 siswa. Juga tidak berarti bahwa guru harus menambah jumlah soal untuk siswa yang bekerja lebih cepat dari yang lain. Namun pembelajaran yang berbeda bukan berarti guru harus mengatur yang pintar dan yang pintar dan yang kecil dan yang kecil. Dan itu bukan pekerjaan yang berbeda untuk setiap anak. Diferensiasi pendidikan bukanlah proses pembelajaran yang kacau balau, dimana guru akan membuat banyak rencana pengajaran dalam waktu yang bersamaan, bukan berarti guru akan menambah jumlah soal untuk siswa yang bekerja lebih cepat dari yang lain. Namun pembelajaran yang berbeda bukan berarti guru harus mengatur yang pintar dan yang pintar dan yang kecil dan yang kecil. Dan itu bukan pekerjaan yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran yang dibedakan bukanlah proses pembelajaran yang kacau balau, di mana guru akan menyajikan beberapa rencana pengajaran pada saat yang bersamaan, sementara guru akan berlari membantu siswa A, siswa B atau siswa C pada waktu yang bersamaan.
Pendidikan yang berdiferensiasi adalah proses keputusan rasional yang dibuat oleh guru berdasarkan kebutuhan siswa. Keputusan yang diambil terkait dengan:
- Kurikulum yang mendefinisikan tujuan pembelajaran dengan jelas.
- Respon guru dalam menanggapi kebutuhan belajar murid. Guru bisa menggunakan sumber belajar yang berbeda, cara yang berbeda, serta penugasan dan penilaian yang berbeda.
- Terwujudnya lingkungan belajar yang "mengundang' murid untuk belajar dan bekerja keras agar mencapai tujuan belajar.
- Manajemen kelas yang efektif. Terkait dengan prosedur, rutinitas, metode yang fleksibel dan adaptif.
- Adanya penilaian yang berkelanjutan. Meliputi assessment for learning (Penilaian yang  dilakukan  selama  berlangsungnya  proses pembelajaran  dan  biasanya  digunakan  sebagai  dasar  untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar), assessment of learning (Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif.), dan assessment as learning (Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif).
Pembelajaran berdiferensiasi ini jika dilakukan dengan baik dan konsisten, dapat memaksimalkan potensi diri murid, termasuk minat dan bakatnya. Beberapa orang masih berfikir bahwa pengembangan minat dan bakat atau talenta seorang anak hanya bisa dilakukan di luar jam pembelajaran inti atau dilakukan di kegiatan ekstrakurikuler saja. Namun sesungguhnya pengembangan talenta anak/ siswa bisa dilakukan baik pada pembelajaran intra kurikuler maupun kokurikuler.
Apalagi saat ini kurikulum merdeka menerapkan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Konten pembelajaran yang dimuat akan lebih optimal agar siswa memiliki waktu yang cukup untuk memahami dan mendalami konsep pembelajaran dan menguatkan kompetensi yang dimilikinya. Kurikulum otonom memungkinkan guru untuk memilih bahan ajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan harus disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat siswa.
Pada kegiatan intrakurikuler kurikulum merdeka, pembelajaran dilakukan dengan sefleksibel mungkin. Guru dapat memodifikasi dan me-manage pembelajaran di kelasnya disesuaikan dengan kondisi kelas, kebutuhan murid, minat murid, maupun profil belajar murid-muridnya. Fleksibilitas pembelajaran intrakurikuler mengacu pada kemampuan suatu kurikulum untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan karakteristik murid, memungkinkan variasi dalam metode pengajaran, konten, dan penilaian. Ini adalah pendekatan yang berfokus pada murid dan memungkinkan guru untuk mengakomodasi gaya belajar yang berbeda, minat murid, dan tantangan individual. Beberapa cara fleksibilitas dapat diterapkan dalam pembelajaran intrakurikuler meliputi:
- Varian Konten: Memberikan opsi pada siswa untuk memilih dari beberapa topik atau topik terkait yang mereka minati, memungkinkan mereka untuk lebih mendalami bidang yang menarik bagi mereka.
- Metode Pengajaran: Menggunakan berbagai metode pengajaran, seperti kuliah, diskusi kelompok, proyek, penelitian, atau pembelajaran berbasis masalah, yang dapat sesuai dengan gaya belajar yang berbeda.
- Penilaian Alternatif: Memberikan beragam jenis penilaian, seperti tugas proyek, presentasi, atau portofolio, yang dapat menunjukkan pemahaman siswa dengan cara yang berbeda.
- Waktu Pembelajaran: Memberikan waktu lebih panjang atau lebih singkat untuk belajar bagi siswa yang memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit waktu untuk memahami materi tertentu.
- Pemilihan Materi: Mengizinkan murid untuk memiliki suara dalam pemilihan materi atau topik yang ingin mereka pelajari, dengan mempertimbangkan standar kurikulum yang tetap.
- Penggunaan Teknologi: Memanfaatkan teknologi dalam pengajaran untuk memberikan pilihan murid dalam belajar secara mandiri atau berkolaborasi dengan sesama.
- Penyesuaian Kurikulum: Mengadaptasi kurikulum untuk murid dengan kebutuhan khusus atau tingkat penguasaan yang berbeda.
- Pemberian Tanggapan: Melibatkan murid dalam memberikan masukan tentang pengalaman belajar mereka dan menggunakan informasi ini untuk terus meningkatkan pendekatan pembelajaran.
Penting untuk diingat bahwa fleksibilitas pembelajaran intrakurikuler tetap harus didukung oleh kerangka kerja dan pedoman yang jelas, sehingga tujuan pembelajaran tetap tercapai. Selain itu, komunikasi yang terbuka antara guru, murid, dan orang tua juga merupakan faktor kunci dalam menjalankan pendekatan pembelajaran yang fleksibel.
Sementara itu diferensiasi pembelajaran yang memperhatikan minat dan bakat murid, selain dapat dioptimalkan pada kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler dan intrakurikuler, juga dapat dilakukan pada kegiatan kokurikuler. Pembelajaran kokurikuler merujuk pada kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar kurikulum utama sekolah atau institusi pendidikan. Ini melibatkan aktivitas yang berfokus pada pengembangan keterampilan, minat, dan aspek non-akademis lainnya yang dapat membantu dalam pembentukan kepribadian dan pengembangan siswa secara holistik.
Pemilihan kegiatan kokurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat murid sangat penting untuk mengembangkan potensi mereka secara optimal. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh sekolah atau pendidik untuk memastikan pemilihan pembelajaran kokurikuler yang tepat:
- Observasi dan Pengamatan: Guru atau konselor sekolah perlu secara aktif mengamati dan berinteraksi dengan murid untuk mengidentifikasi minat dan bakat mereka. Ini bisa dilakukan melalui percakapan informal, observasi di kelas, dan kegiatan di luar kelas.
- Kuisioner Minat dan Bakat: Sekolah dapat merancang kuisioner atau survei untuk mengumpulkan informasi tentang minat dan bakat murid. Pertanyaan dalam kuisioner ini harus beragam dan mencakup berbagai bidang seperti olahraga, seni, musik, sains, sastra, dan lainnya.
- Diskusi Individu: Melalui diskusi satu lawan satu dengan murid, guru atau konselor dapat lebih mendalam memahami minat dan bakat mereka. Pertanyaan terbuka tentang aktivitas yang mereka nikmati, hal-hal yang ingin mereka pelajari lebih lanjut, dan apa yang membuat mereka bersemangat dapat memberikan wawasan yang berharga.
- Kolaborasi dengan Orang Tua: Orang tua memiliki pemahaman yang mendalam tentang minat dan bakat anak-anak mereka. Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk berdiskusi tentang minat anak dapat memberikan pandangan tambahan dalam pemilihan kegiatan kokurikuler yang sesuai.
- Penawaran Beragam Kegiatan: Sekolah sebaiknya menawarkan berbagai pilihan kegiatan kokurikuler yang mencakup berbagai bidang minat. Ini termasuk olahraga, seni, musik, bahasa asing, sains, teknologi, kewirausahaan, dan lain-lain. Dengan begitu, setiap murid memiliki peluang untuk mengeksplorasi minatnya.
- Uji Coba Aktivitas: Beberapa kegiatan kokurikuler dapat diawali dengan periode uji coba. Ini memungkinkan murid untuk mencoba beberapa kegiatan sebelum memutuskan mana yang paling sesuai dengan minat dan bakat mereka.
- Pemantauan dan Evaluasi: Setelah murid terlibat dalam kegiatan kokurikuler, penting untuk terus memantau dan mengevaluasi perkembangan mereka. Jika murid tampak enggan atau tidak berkembang dalam suatu kegiatan, mereka dapat diarahkan ke kegiatan lain yang lebih sesuai.
- Dukungan dan Pembinaan: Guru atau mentor yang bertanggung jawab atas kegiatan kokurikuler harus memberikan dukungan dan bimbingan kepada murid. Ini membantu dalam pengembangan keterampilan dan kepercayaan diri mereka.
- Fleksibilitas: Minat dan bakat anak dapat berkembang seiring waktu. Oleh karena itu, penting untuk tetap fleksibel dan memungkinkan murid untuk mencoba kegiatan baru jika mereka tertarik.
- Penghargaan dan Pengakuan: Sekolah dapat memberikan penghargaan atau pengakuan bagi murid yang berhasil dalam kegiatan kokurikuler. Ini dapat meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri mereka.
Lewat penjelasan di atas, penulis berharap setiap Lembaga pendidikan terutama sekolah dapat memastikan bahwa setiap murid memiliki kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat mereka melalui kegiatan pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H