Diksi atau istilah nikreuh itu lazim disebut dalam budaya Sunda yang bermakna berjalan kaki. Tempo jalan kaki secara lambat dan cenderung perlahan.Â
Filosofi nikreuh itu sendiri menggambarkan berjalan untuk mencapai satu tujuan, perlahan tapi pasti setiap langkah diarahkan untuk mencapai tujuan.
Behaviour directed by objective, dalam arti perilaku jalan kaki itu diarahkan untuk mencapai tujuan. Dalam konteks melakukan sebuah upaya, ikhtiar dan usaha; nikreuh memberikan spirit semangat untuk terus melangkah, terus berjuang, terus berupaya demi tercapainya tujuan.
Secara fisik, aktivitas jalan kaki di ruang terbuka, menikmati udara segar, bertemu dan menyapa warga.Â
Berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain menikmati setiap sudut kehidupan. Berjalan kaki, menyaksikan bagaimana kualitas capaian pembangunan sejak infrastruktur hingga pembangunan kualitas sumber daya manusia.
Nikreuh adalah aktivitas seorang pejalan kaki, seseorang yang akan mencatat setiap pengalaman yang ditemukan dalam langkah kakinya dari satu tempat ke tempat lain.Â
Nikreuh adalah pengalaman berjalan kaki yang memberikan banyak inspirasi, pembelajaran, dan pengalaman.
Nikreuh ini aktivitas yang bertumpu pada kekuatan dua kaki. Kondisi jalan tidaklah sama, kadang mulus aspal berhotmix. Di waktu yang lain, aktivitas jalan kaki terkadang berada di jalan becek, berlumpur. Kontur jalan pun bisa jadi berbeda keadaan. Kadang rata, lain tempat kondisinya nanjak dan mudun. Bahkan berkelok dengan tikungan tajam.Â
Nikreuh di perkotaan ataupun di pedesaan; sensasi yang dirasakan akan berbeda. Perbedaan itulah yang membuat aktivitas jalan kaki terasa sempurna.Â
Secara sosiologis kita bisa menyaksikan secara langsung bagaimana kehidupan warga masyarakat di perkotaan dan pedesaan.
Dalam konteks kepemimpinan, pendekatan nikreuh memberikan kesempatan kepada para pemimpin untuk memahami persoalan secara langsung di lapangan.Â
Nikreuh merupakan pendekatan yang menyentuh akar rumput. Tentu saja, pengetahuan kita menyepakati betapa pentingnya manajerial skills yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Tanggung jawab sebagai pemimpin sejak perencanaan hingga pengawasan atau pengendalian.
Energi seorang pemimpin mesti ekstra kuat dan berlimpah; mengingat banyaknya dinamika dan persoalan yang mesti disikapi dengan solusi yang efektif dan efisien.Â
Seorang pemimpin yang berorientasi pemecahan masalah, tidak akan mengandalkan satu pendekatan.Â
Pada umumnya kertas kerja, setumpuk berkas dan laporan yang dihadrikan dalam rapat-rapat entah offline maupun online dijadikan rujukan untuk memahami peta masalah dan menyiapkan alternatif solusi.
Pendekatan model paper-based tidaklah keliru, namun akan menjadi lebih sempurna ketika seorang pemimpin juga mau terjun ke lapangan.Â
Dengan nikreuh atau jalan kaki, akan banyak insight, gagasan, inspirasi dan terobosan penting yang diperoleh. Memadukan antara data-data di atas kertas dengan kondisi nyata di lapangan.
Nikreuh itu merupakan pendekatan management by walking around. Pemimpin yang menghabiskan waktu berlama-lama di belakang meja akan kehilangan kesempatan untuk memahami persoalan yang sesungguhnya di lapangan.
Nikreuh adalah pendekatan yang memiliki daya gugah yang dahsyat; nikreuh bisa menjadi upaya untuk memutus mata rantai laporan Asal Bapak/Ibu Senang (ABS).Â
Budaya kerja ABS ini sesungguhnya menyimpan potensi yang membahayakan organisasi dalam mencapai tujuan. Kembali pada kecakapan manajerial.
Pemimpin manapun pasti punya cita dan idealisme agar apa yang direncanakan dapat tercapai dengan bak, tercapai secara efektif dan efisien. Itulah sebabnya mengapa fungsi kepemimpinan/pengarahan/motivasi perlu dioptimalkan. Dan pendekatan nikreuh ini menjadi salah satu upaya, untuk memastikan bahwa fungsi perencanaan dan pengorganisasian berjalan dengan baik.Â
Sumber daya yang dimiliki organisasi manapun amatlah terbatas, namun dengan segala keterbatasan; seorang pemimpin mestilah mengupayakan agar tujuan organisasi tercapai. Tentu akan menjadi terbuang percuma segala sumber daya yang digunakan ketika budaya organisasi yang berkembang adalah budaya organisasi ABS.Â
Jadi hakikatnya, pendekatan nikreuh ini memberikan kesempatan kepada para pemimpin sebelum fungsi controlling atau pengawasan dan pengendalian dijalankan. Ada komprehensivitas data yang dimiliki ketika pendekatan nikreuh dijalankan.
Pertama data yang disampaikan oleh para staf dan kedua data di lapangan yang ditemukan langsung oleh pemimpin ketika melakukan pendekatan management by walking around.Â
Keseimbangan kualitas data itu sangat diperlukan agar proses pengambilan keputusan benar-benar memiliki basis data yang kuat.Â
Pemecahan masalah yang dihadapi perlu supplya data yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan. Ini mengingat dampak dari keputusan itu menyangkut kepentingan banyak stakeholders.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H