Ingat Demo 4 Desember, saya jadi ingat demo serupa yg terjadi USA puluhan tahun silam. Demo tsb bahkan jauh lebih besar.
Hari2 ini tak ada berita yg lebih panas daripada urusan ahok, meski cuma gubernur suatu daerah namun gema beritanya bukan hanya hingga ke seluruh nusantara tapi juga ke Manca Negara. Bahkan ada rekan yg bilang bahwa kemenangan Trump yg mengejutkan tsb sebetulnya disumbang oleh peristiwa 411 2016. Jadi kaki kanan Trump bertumpu pada tragedi 911 sedang kaki kirinya peroleh pijakan yg mantap saat terjadi demo 411 di jakarta.
Boleh saja kita ngomong bahwa omongan tsb di atas bersifat spekulatip namun harus diingat bahwa bandul kecendrungan berubah drastis setelah terjadinya demo tsb. Sebelumnya SEMUA lembaga survey memastikan kemenangan Hilary, bahkan kemenangan tsb cukup telak yakni hingga 11 point. Begitu masyarakat dunia melihat demo raksasa di Jakarta maka rakyat paman SAM langsung putar haluan. Begitu mendadak sehingga pihak Demokrat tak sempat mengantipasinya. Ya demo Ahok tanggal 4 sedang pilpres paman SAM tanggal 8. Itu tak mungkin dapat diantisipasi karena terlalu dekat.
Tapi yaaa sudahlah… semua sudah terjadi, orang yg tidak kita harapkan ternyata terpilih di negeri paman SAM karena kebencian sebagian masyarakat kita pada Ahok. Yg tersisa di benak saya cuma satu sekarang ini, yakni apa betul kita ini benar2 butuh Ahok ??? Sebelum menjawab itu semua coba kita flash back sedikit ke belakang sebagi bahan renungan.
Mungkin diantara kita tak banyak yang kenal dengan Truman, dengar namanyapun mungkin tidak, maklum dia tak setenar Kennedy. Padahal dialah yg memaksa Belanda untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Bahkan sesungguhnya dia itu pada masanya masih menjabat bukan saja tidak tenar tapi juga dibenci oleh rakyat paman Sam. Pada akhir masa jabatannya rating kepuasaan publik hanyalah 22%, itu adalah yg terendah bagi petahana, Rekor tsb bertahan hingga kini. Padahal tanpa dia mungkin, sekali lagi saya bilang mungkin… kita ini mungkin tidak pernah ada, tidak pernah exis … tidak pernah hidup. Guys mungkin kalian berpikir saya membual atau Hoax. Mari lihat faktanya.
Begini, perang korea adalah perang yg unik sebab meskipun perang tsb memakan ratusan ribu nyawa melayang dipihak USA namun secara resmi itu tidak disebut sebagai perang namun hanyalah aksi polisional. Lho apa bedanya ? Aksi polisional hanyalah sekedar aksi yg dilakukan oleh pasukan PBB untuk suatu penertiban, dalam hal ini penertiban terhadap korea utara yg melanggar garis perbatasan korea selatan. PBB dengan dimotori oleh USA melakukan penertiban tsb, namun seperti biasanya, USA selalu memperalat PBB. Harusnya aksi tsb berhenti saat pasukan korut telah dihalau dari garis perbatasan. Namun sang jendral USA malah justru bernafsu untuk menguasai seluruh korut dan ini membuat RRT akhirnya mengerahkan pasukan membela sekutunya. Maka perang besarpun tak terhindarkan, nah disini salah Truman bermula karena kalau yg namanya perang haruslah dengan persetujuan Konggres.
Truman terlalu underestimate terhadap kekuatan Korut dan sekutunya, Truman terlalu percaya pada kehebatan jendralnya yg legendaris tsb. Mungkin juga sang jendral terlalu banyak PHP pada Truman, itulah awal kekesalan truman pada sang jendral. Insiden kecil akhirnya membengkak menjadi perang dan lebih celaka lagi perang tsb benar-benar menemui jalan buntu, alias tak ada yg menang atau kalah. Yg ada cuma korban yg terus berjatuhan.
Rupanya sang jendral legendaris berpikir situasi ini harus diakhiri, maka dia mempersiapkan diri untuk melakukan invasi besar-besan, invasi pamungkas untuk menyerang pusat pangkalan tentara RRT. Begitu terobsesinya sang jendral Besar sehingga dia melupakan satu fakta penting bahwa Uni Soviet telah mengultimatum bahwa bila pasukan USA bergerak lebih jauh melewati perbatasan maka mereka akan menurunkan pasukannya secara besar2an. Itu berarti perang frontal, Head to Head. Satu fakta penting lagi yakni beberapa tahun sebelumnya Uni Soviet telah berhasil meledakan bom Nuklir percobaannya. Itu berarti bila eskalasi memuncak maka Nuklir yg akan berbicara, artinya selesailah sudah peradaban di bumi ini.
Truman menolak mentah2 ide sang Jendral, karena sudah terobsesi maka sang jendral mengirim surat ke Josep William Martin, pimpinan DPR dari faksi Republik yg merupakan lawan dari partainya Truman. Surat permohonan dukungan tsb dibacakan di gedung DPR namun DPR tak berani gegabah memberikan dukungan. Karena tak kunjung dapat dukungan maka sang Jendral menelpon Josep Martin mengabarkan dia akan tetap melakukan invasi. Rupanya Josep William Martin tak berani menanggung akibat bila urusan jadi meledak hingga berujung ke Perang Dunia 3, maka keesokan harinya dia membocorkan hal tsb kepada press.
Ternyata omongan serupa bukan hanya ditujukan kepada josep Martin semata tapi juga kepada Duta Besar Jepang untuk Spanyol dan Portugal. Truman begitu marah atas hal tsb dan memerintahkan Menteri Pertahanan, kepala Staff Gabungan (semacam PangAb kalau di Indo), dan menteri Luar Negeri membahas hal tsb. Rapat menyimpulkan bahwa sang Jendral berdasarkan pertimbangan murni militer pantas untuk dicopot. Tapi mereka tidak berani merekomendasikan hal tsb meski sebelumnya pernah ada preseden serupa, yakni pada diri Billy Mitchell yg bukan hanya dicopot tapi bahkan diadili di Mahkamah Militer. Mereka tidak merekomendasi pemecatan bukan karena kasihan pada sang Jendral namun justru kasihan pada Truman.
Kenapa para pembantu Truman tak berani merekomendasikan pemecatan tsb ? Jawabnya gampang. Karena itu berarti bunuh diri politik. Tak akan ada seorang politisi manapun yg berani melakukan hal tsb. Memang sang jendral belum sampai level menteri namun nama besarnya justru melampui sang presiden itu sendiri. Bagaimana mungkin sang presiden yg dimasa mudanya pernah dapat predikat Kopral terbaik berani memecat Jendral Terbaik, bahkan bukan hanya jendral bintang 4 tapi bahkan Jendral bintang 5. Tentu bintang 5 disini bukan seperti pada Suharto yg menganugerahi diri sendiri.
Dia berbintang 5 karena membawahi para jendral bintang 4 yang tergabung dalam sekutu di saat perang dunia 2. Ya dialah Jendral Douglas Mac Arthur, sang Living Legend yg ucapannya, I shall Return amat termasyur, dia bukan hanya dikagumi di USA tapi juga di manca negara, tak kurang jendral Rudini, mantan KSAD kita, merupakan pengagum beliau. Satu lagi komparasi yg njomplang, Truman pernah ditolak masuk West Point (akademi militer terbaik di USA bahkan mungkin di dunia) sedang MacArthur justru merupakan lulusan terbaik West Point.
Tak perlu jadi cerdik pandai untuk mengetahui reaksi masyarakat USA. Mereka kecewa, marah, dongkol. Semua perasaan bad feeling teraduk jadi satu. Maka tak heran saat sang Living Legend tsb mendarat di USA, jutaan rakyat tumplek blek di jalanan menyambut sang Pahlawan. Jalan yang dilewati sang Pahlawan Perang Dunia 2 tsb penuh disesaki masyarakat yg mengelu elukannya. Bahkan saat dia menyampaikan pidato perpisahkan di Kongres, konggres adalah rapat gabungan antara DPR dan Senat (semacam DPD di Indo). Terjadi 50 kali standing ovation, tepuk tangan bergemuruh memberi sanjungan penghormatan dengan cara berdiri.
Yah itulah akhir karir Truman, meski sebelumnya dia memenangi pilpress dengan perolehan suara spektakuler walaupun sebelumnya dia diprediksi akan kalah telak. Namun kali ini dia harus sadar bahwa keberaniannya tsb telah menghancurkan karirnya. Dia terlalu berani, masyarakat USA SAAT itu tak dapat menerimanya meski yg dilakukan tsb sesungguhnya demi kebaikan amerika juga. Para menteri & jendral anak buahnya hanya dapat menatap sedih atas hal tsb.
Namun masyarakat amrik adalah masyarakat cerdas terdidik, saat amarah mereka mereda dan mereka membaca ulasan para ahli. Barulah mereka sadar bahwa Truman tidak sepenuhnya salah. Mereka juga baru tahu bahwa Truman adalah satu2nya komandan di amrik yg menerima Trophy Penghargaan (Loving Cup) dari para anak buahnya. Ini unik sebab penghargaan bukan datang dari atasannya tapi justru dari para bawahan. Penghargaan tsb atas pemeliharaan dia terhadap kesatuannya, sehingga kesatuannya merupakan satu-satunya yg berhasil selamat semuanya, tak ada satupun tewas dalam perang dunia I. Sesungguhnya Truman juga pernah membangkang terhadap atasan, namun atasannya tak mungkin menyeretnya ke mahkamahh militer sebab justru karena pembangkan tsb dia berhasil menyelamatkan nyawa rekan yang lain.
Dengan kesadaran semacam itu maka tak pelak persepsi masyarakat berubah drastis terhadap Mac Arthur, maka di saat Mac Arthur mencalonkan diri untuk jadi presiden berikutnya, sambutan masyarakat sangat dingin sehingga Mac Arthur tidak meneruskan proses pencalonannya.
Masyarakat yang cerdas adalah masyarakat yg dapat memilah mana yg cocok jadi presiden mana yg cocok jadi Jendral atau Panglima perang. Tugas Pertama dan Utama presiden bukanlah untuk berperang tapi menciptakan kesejahteraan masyarakat. Mac Arthur dinilai tak cocok untuk jabatan tsb, beliau memang pantasnya menjadi jendral namun tentunya Jendral yg dikontrol oleh presiden bukan maunya sendiri.
Setelah pensiun Truman balik ke kampung halaman dan tinggal di rumah pertanian tsb. Ya beliau terlahir dari keluarga petani. Itu karena beliau begitu miskinnya sehingga tak punya harta lagi. Satu2nya uang pensiun yg dia peroleh adalah pensiunan dia sebagai tentara yg nilainya Cuma $112,56 atau kalau kita kurs dengan rate Rp 13.000/dollar hanya diperoleh kurang dari Rp 1,5 juta perbulan. Untuk menambah biaya hidup beliau terpaksa berhutang ke bank dan agar dapat membayar hutangnya tsb beliau menerbitkan memoirnya.
Sesuatu yg dicontek oleh presiden2 berikutnya meskipun setelah dipicu kasus Truman tsb konggres menerbitkan undang2 yg memberikan bekas presiden uang pensiun. Hal yg tragis juga terjadi padanya, yakni saat dia terjatuh di kamar mandi dan dibawa kerumah sakit, ternyata dia tak punya Kartu Jaminan Kesehatan padahal dialah yg memperjuangkan Jaminan Kesehatan tsb bagi rakyatnya. Begitu mendengar hal tsb presiden Lyndon B Johnson mengundang mereka ke Gedung Putih dan memberi dia dan istrinya kartu Jaminan Kesehatan.
Ini kontras dengan sang jendral yg saat pensiun menempati Penthouse Waldorf Towers yg merupakan bagian dari Waldorf Astoria Hotel, hotel super mewah kaum miliarder atau raja minyak.
Pernah dengar Richard M Nixon, dia adalah seorang bandit yg menjadi presiden USA. Seluruh anak buahnya masuk penjara gara-gara jadi kaki tangannya di skandal Water Gate. Nixon tidak masuk penjara HANYA karena beroleh pengampunan namun dia harus berhenti secara tak terhormat meski masa jabatannya belum habis. Dia dapat menaruh pantatnya di gedung putih hanya karena menjual 1 (satu) janji yakni akan mengembalikan seluruh anak2 america dari neraka Vietnam. Itu saja titik. Karena rakyat america begitu muak & benci pada perang yg konyol dan memakan banyak korban tsb maka rakyat tak peduli lagi dengan character bandit tsb & menjadikannya presiden.
Tragisnya Harry S Truman, presiden terbuang, terhina karena ketidak setujuannya akan kelanjutan perang Korea, justru wafat pada saat skandal Watergate meledak. Rakyat amrik serasa dibenamkan kepala mereka ke air dingin. Nikh orang yg dulu kamu caci sebagai pengkhianat padahal dia justru ingin menyelamatkan anak2mu dari kejamnya perang telah wafat. Kamu telah membabi buta, kalap angkat seorang bandit Nixon jadi pimpinanmu hanya karena kamu tak tak tahan anakmu mampus di vietnam. Nah sekarang rasakan akibatnya.
Mungkin ini skenario Tuhan yg maha dahsyat, mengetahui duduk masalah tsb secara kontras langsung sontak nama Truman menjadi Harum. From Zero to Hero. Public america agak telat padahal jauh sebelumnya sebuah survey terhadap pendapat para sejarawan mengatakan Truman tsb dapat disejajarkan dengan Para Presiden Agung sebelumnya. Bahkan kalau ditinjau dari sejarah presiden modern mungkin beliau itu adalah satu-satunya orang ter Agung, maklum presiden USA sekarang banyak bejatnya daripada baiknya.
Kisah tsb dapat menjadi refleksi bagi kita semua karena ada kemiripan yg sangat kuat yakni demo besar-besaran karena faktor kemarahan, ketidak puasan dsb dsb. Ada 1 pesan moral kuat tersirat disitu yakni persepsi masyarakat dapat berubah, saat emosi telah mendingin, rasio mulai menggeliat maka narrow minded dapat mejadi wide minded.
Pepatah mengatakan : setiap masa amrik membutuhkan presidennya, presiden yg bisa jadi berbeda 180 derajat dibanding masa sebelumnya. Amrik pernah punya pejuang persaaman hak, yakni abraham Lincoln. Namun disaat amrik dilanda paranoia yg disebut islamphobia maka muncullah Donal Trump yg justru dianggap Rasis, kontras khan. Begitu pula dengan philipina yg saat ini dipimpin Duterte yg tak kenal ampun, tapi masyarakat philipina yg dicekam oleh Narkoba justru sangat puas dengan beliau. Kalau Trump dan Duterte muncul beberapa tahun silam pastilah mereka tsb tak laku. Jadi pepatah tsb memang ada benarnya setiap masa masyarakat membutuhkan pimpinnnya, tak peduli jenis & macam dari pimpinan tsb. Mereka tak lebih hanyalah ALAT dari masyarakat untuk mewujutkan keinginan, kebutuhan dari masyarakat itu sendiri.
Terkadang malah terasa ada campur tanggan Tuhan di keadaan tertentu, misal di kasus Truman vs MacArtur. Andaikan yg jadi presiden saat itu bukan Truman tapi Donal Trump, kebayang gak sikh apa jadinya. Perang Dunia ke 3 ? Perang Nuklir ? Only God Knows. Kadang masyarakat butuh orang yg berani untuk tidak populer, berani untuk dimusuhi, berani untuk terkucil. Berani namun sesungguhnya benar meski saat itu dianggap salah.
Lantas coba kita tengok ke Ahok. Apakah kita butuh Ahok, apa istimewanya Ahok ? Jujur ? Ya mungkin beliau jujur, tapi kalau hanya sekedar jujur sikh sebetulnya masih banyak kok yg jujur. Mungkin satu-satunya yg istimewa dari Beliau tsb adalah keberaniannya, berani menentang arus. Persis seperti Truman di atas. Keberanian menentang arus adalah sesuatu yg amat sangat langka dalam dunia politik. Bahkan sebaliknya dalam politik itu berlaku pepatah “Pandailah Mengikuti Arah Angin”. Mereka tak segan bahkan tak malu untuk berubah haluan, menjilat ludah sendiri demi mengamankan posisi. Kedudukan & jabatan merupakan segala-galanya, berpura-pura bahkan memfitnah sangat lazim di dunia seperti itu.
Kalau kita pikirkan lebih mendalam, mana yg benar Jakarta butuh Ahok atau Ahok butuh Jakarta. Kalau kita mau jujur, seorang hebat itu justru dicari-cari, dicari perusahan, dicari universitas, cari oleh daerah bahkan dicari oleh negeri. Beda dengan orang payah, kalau orang payah justru amat sangat sibuk mencari pekerjan, mencari jabatan dengan mengiklankan diri, mengkampanyekan diri bahkan tega memfitnah rivalitas demi agar dia yg terpilih. Saya jadi teringat kata2 Einstein, beliau berkata begini : Saat saya belum dikenal, dunia internasional mengatakan saya orang amerika, tapi amerika mengatakan saya orang jerman, sedang jerman mengatakan saya orang yahudi. Tapi begitu saya terkenal mereka berebut mengatakan bahwa saya orangnya mereka.
Jadi bagi saya sikh, kalau memang Ahok adalah orang hebat maka beliau tak perlu khawatir, orang hebat itu akan selalu dicari-cari kok. Bukankah ada istilah Head Hunter, yakni biro jasa yg mencari cari orang hebat yg belum terkenal untuk disodorkan ke perusahaan top. Nah orang hebat namun belum terkenal saja bisa ditemukan apalagi ini sudah hebat bahkan terkenal, tentu mudah sekali ditemukan dan dipekerjakan.
Saya sikh paham perasaan para Ahok Lovers, yg merasa betapa tidak adilnya ini. Masa persaingan harus dengan cara begitu. Ya yah, saya maklum… namun ingat …enersi yg terkuras dari bangsa ini begitu derasnya hanya untuk seorang Ahok. Jadi saya sempat terpikir, ya sudah Ahok sementara menyingkir dulu lah demi kemaslahatan bangsa ini.
Namun ternyata ada yg bilang bahwa yg mereka perjuangkan bukan semata diri Ahok pribadi tapi mencegah suatu upaya penghancuran sistem. Lha kalau cara penurunan seorang pejabat dilakukan dengan cara pengerahan masa, apakah ada jaminan ke depannya bahwa cara cara seperti ini tidak akan terulang. Bukankah ini akan menjadi preseden, suatu bentuk pengulangan yg ada awalnya namun tak akan ada akhiirnya. Ini akan menjadi semacam YurisPrudensi di dalam kasus hukum. Hal yg sebelumnya tak tercantum di kitab hukum manapun namun begitu diputus Hakim akan menjadi patokan Hukum bagi peristiwa serupa di masa-masa yg akan datang. Jika begitu maka akan hancur lebur seluruh tatanan kenegaran di negeri ini.
Nah kalau sudah begitu argumentasinya, jujur saya tak bisa menjawab sebab mengharap masyakat ini sadar seperti sadarnya masyarakat amrik setengah abad yg lalu. Hmm memang tidak gampang, meski itu sudah terpaut lebih dari setengah abad silam. Memang cara terbaik, terelegan adalah tetap membiarkan Ahok tetap ikut Pilkada, apapun hasilnya. Itu bukan karena Ahok lho, suara Ahok khan cuma 1, tapi karena tidak pantas ada sebagian masyarakat mencoba mencabut Hak Memilih masyarakat DKI yg jumlahnya jutaan. Biarlah masyarakat DKI menentukan pilihannya, bukankah selama ini kita selalu ngomong diantara yg lain, masyarakat DKI lah yg paling rasional. Nah biarlah masyarakat yg paling rasional tsb menentukan pilihannya tanpa dihalang-halangi.
Atau bisa juga dicari jalan tengah (win-win solution), yakni Ahok tetap maju terus namun bila dia menang langsung akan meletakan jabatan. Tokh bagi tokoh sekelas Ahok yg namanya jabatan sangat mudah diperoleh. Bahkan ada rekan yg entah serius atau bercanda mengusulkan Ahok jadi gubernur di Amrik aja, setelah itu barulah maju menantang si Rasis Trump. Bagus khan, tokh disitu yg berkulit hitam aja boleh jadi presiden, sedang Ahok khan tak terlalu hitam. Lagipula si Rasis Trump tsb khan membahayakan dunia, jadi pantas secepatnya dicongkel jabatannya.
Rekan Kompasianer artikel ini merupakan pemenuhan janji saya di artikel sebelumnya https://goo.gl/YW4Ks7 yg intinya mau mencoba expriment baru yakni mentransform artikel kompasiana menjadi video & audio sebagaimana terpampang di Youtube yg dapat rekan lihat di link https://youtu.be/bAmc1Bmna-s
Bila ada rekan yg berminat, silahkan sebutkan artikel yg mau ditransform. Bila rekan ingin me narasikan sendiri maka itu lebih bagus meski tidak harus, silahkan kirim rekaman suara rekan ke WA saya di 081283947887. Bila yg rekan ingin tampilkan sastra apalagi puisi maka mutlak harus ada rekaman suaranya.
Mengingat merubah ragam tulis menjadi ragam tontonan mungkin baru ada kali ini, maka tolong beri kritik & saran. Baik dari segi teknis pembuatan, narasi, maupun gambar / photo document bukti pendukung. Terimakasih sebelumnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H